Sejarah Al-Qur'an (Pendidikan Al-Qur'an)

Kamis, 28 Maret 2013


PENDIDIKAN AL-QUR’AN


Sejarah dan ke utamaan mempelajari Al-Qur’an
1.     Pengertian Al-Qur’an
a.     Menurut bahasa
Al-Qur’an berasal dari bahasa arab yang berarti bacaan/sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja Qara’a yang artinya membaca.
b.     Menurut istilah
Al-Qur’an adalah qalam Allah (perkataan Allah) yang merupakan mukzijat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf (kitab suci) dan diriwayatkan dengan mutawatir (menurut orang banyak).
2.     Nama-nama Al-Qur’an
Ø Asy-Syifa: Penyembuh/obat
Ø An-Nur: Cahaya
Ø Al-Huda: Petunjuk
Ø Al-Furqon: Pembeda
Ø Al-Busyraa: Kabar Gembira
Ø Al-Kalam: Ucapan/firman
Ø Al-Balagh: Penyampaian Kabar
Ø Al-Burhan: Alasan atau Hujjah
Ø At-Tanzil: Yang Diturunkan
Ø Al-Muthohharah: Yang Disucikan
Ø Al-Hikmah: Kebijaksanaan
Ø Al-Basha’ir: Pedoman
3.     Tujuan Mempelajari Al-Qur’an
a.     Untuk memimpin manusia ke jalan keselamatan dan kebahagiaan.
b.     Untuk memelihara dan mempertahankan martabat kemanusiaan.
c.      Untuk memelihara dan mempertahankan kesucian manusia.
d.     Sebagai petunjuk, pedoman, dan rahmat bagi orang yang beriman.
e.     Sebagai pelajaran dan penerangan.
4.     Manfaat diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai petunjuk yang mengarahkan manusia ke jalan yang diridhai Allah sehingga akan tercipta kebahagiaan dunia akhirat.

Menjelaskan Keutamaan dan Hukum Mempelajari Al-Qur’an
1.     Keutamaan mempelajari Al-Qur’an yaitu,=
a.     Ditinggikan derajat seseorang melalui Al-Qur’an
b.     Diturunkan kedamaian dan rahmat Allah
c.      Al-Qur’an akan memberikan syafaatnya(pertolongan) kepada para pembacanya
d.     Al-Qur’an itu sebagai pembela “Gi Yaumil Kiamat”
e.     Sebaik-baik orang adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an
f.       Orang yang membaca Al-Qur’an akan dilipat gandakan pahalanya.
2.     Hukum mempelajari Al-Qur’an adalah=
Wajib bagi setiap muslim.

Menjelaskan cara dan periode turunnya Al-Qur’an serta pemeliharaannya
a.     Cara/proses turunnya Al-Qur’an
Cara turunnya Al-Qur’an/wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Banyak ditulis oleh para ulama, diantaranya sebagai berikut=
1)    Allah menyampaikan pengertian kepada hati nabi atau memimpikannya ke lubuk hati nabi. Ini disebut dengan jalan wahyu.
2)    Allah berbicara dengan nabi dibalik hijab(pembatas). Cara tersebut di atas adalah penyampaian wahyu yang tidak menggunakan perantara, sama halnya dengan yang pertama di atas.
3)    Dengan perantara malaikan yang diutus yaitu, Jibril.
b.     Periode turunnya Al-Qur’an
1)    Periode Mekkah (sebelum Rasulullah hijrah(selama 13 tahun))
Surah yang pertama turun adalah Al-Alaq ayat 1-5. Pada waktu nabi sedang bertahanus(berdiam diri) di Gua Hira. Dan, wahyu yang terakhir adalah surah Al-Maidah ayat 3 pada saat nabi sedang berhukuf di Padang Arafah melakukan haji wada(haji terakhir) yaitu, hari Jum’at tanggal 9 Zulhijjah tahun ke 10 hijrah. Bertepatan dengan tgl 7 Maret 632 M atau tahun ke 63 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah masih tinggal di Mekkah sejak turunnya ayat-ayat pertama kali tgl 17 Ramadhan tahun ke 41 usia beliau sampai dengan permulaan bulan Rabiul Awal tahun 54 dari usia beliau. Al-Qur’an turun di Mekkah selama 13 tahun. Disebut surah makkiyah.
2)    Periode Madinah (masa sesudah hijrah(selama 10 tahun))
Periode Madinah, yaitu setelah Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah yakni semenjak permulaan bulan Rabiul Awal tahun ke 54 dari usia beliau sampai dengan tgl 9 Zulhijjah tahun ke 10 hijrah atau tahun ke 63 dari usia beliau. Wahyu terakhir Al-Maidah ayat 3, Al-Qur’an turun di Madinah selama 10 tahun.
c.      Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasidin (khalifah-khalifah yang mendapat ridha)
Al-Qur’an pada masa Rasulullah pemeliharaannya melalui 2 cara, yaitu dengan hafalan dan tulisan setiap kali ayat Al-Qur’an diturunkan kepada nabi. Beliau mengajarkannya dan menyampaikan ayat-ayat itu dibaca berulang-ulang dan beliau menetapkan bahwa membaca Al-Qur’a adalah suatu ibadah. Di antara para sahabat yang hafal Al-Qur’an adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalihah Sa’ad, Abu Huraihah, Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Abu Darda,dsb.
Sedangkan pemeliharaan dengan tulisan adalah cara kedua sesudah hafalan. Sebab, pada umumnya, bangsa Arab pada masa itu, masih buta huruf. Sedikit sekali sahabat nabi yang mampu membaca dan menulis. Sedangkan alat-alat tulisan masih suhuf(lembaran) sangat sederhana. Nabi Muhammad menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis baca sebagai penulis wahyu. Antara lain, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dan Khalid bin Walid. Semua tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis diberbagai benda itu, disimpan di rumah nabi dalam keadaan terpencar-pencar. Ayat-ayatnya belum dihimpun dalam satu mushaf atau suhuf Al-Qur’an.
   Kepada penulis wahyu, Rasulullah memberikan beberapa ketentuan yaitu,
1)    Ketentuan tentang susunan/tertib urutan ayat-ayat dalam masing-masing surah.
2)    Ketentuan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an saja yang boleh ditulis.
3)    Apabila semua ayat suatu surah telah selesai diturunkan dan telah selesai pula dituliskan, maka Rasulullah menyuruh mencantumkan “Basmalah” pada permulaan surah sebagai pemisah antara satu surah dengan yang lainnya, kecuali surah atau bah.
Dengan demikian, sebelum Rasulullah wafat ada 3 faktor yang menjamin keaslian dan kemurnian Al-Qur’an, yaitu:
1)    Hafalan dari orang-orang yang jumlahnya tidak sedikit.
2)    Naskah resmi yang disimpan oleh Rasulullah sendiri.
3)    Naskah-naskah yang tidak resmi yang titulis oleh sahabat yang telah dapat menulis. Untuk kepentingan masing-masing.
  Pada masa pemerintahan Abu Bakar, beliau menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan diantaranya pada saat peperangan Yamamah tahun ke 12 hijriah. Pada peperangan ini, banyak para penghafal Al-Qur’an (khuffazh) yang meninggal dunia. Maka, Umar menemui Abu Bakar, untuk mengajukan usur agar Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an karena, khawatir lenyap dengan banyaknya khuffazh yang gugur. Selanjutnya, Abu Bakar menemui Zaid bin Tsabit untuk diminta mengumpulkan dan menulis kembali ayat-ayat Al-Qur’an.
  Pada masa khalifah Usman bin Affan, terjadilah perbedaan bacaan Al-Qur’an dikalangan umat islam dan bila hal itu dibiarkan, dapat mengganggu persatuan dan kesatuan umat islam. Oleh karena itu, Hudzayfah menyarankan kepada khalifah Usman, agar segera mengusahakan keseragaman penulisan Al-Qur’an itu. Beliau menerima saran dari sahabat kemudian, membentuk panitia yang terdiri dari 4 orang. Yaitu, Zaid bin Tsabit, Said bin Al Ash, Abdullah bin Zubair, dan Abdurrahman bin Al Haris bin Hisyam. Panitia bekerja menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan Khalifah Usman. Panitia berhasil menghimpun 1 mushaf kemudian, diperintahkan untuk menulisnya sebanyak 5 buah. Mushaf itu, dinamakan “Mushaf Al-Imam” atau “Mushaf Usmani.”
   Kelima mushaf itu, masing-masing disimpan di 5 tempat yang berbeda. Masing-masing,  dikirim ke Mekkah, Kufah, Basrah, Syam, dan satu lagi, yang disimpan oleh Khalifah Usman bin Affan di Madinah.
Memahami hukum mempelajari ilmu tajwid
A.    Pengertian
Secara bahasa, tajwid berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwidan yang berarti indah, membaguskan atau membuat sesuatu lebih baik.
Menurut istilah, tajwid adalah ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara melafalkan (menyebutkan) huruf yang benar dan dibenarkan baik berkaitan dengan sifat-sifat huruf, mad, dsb.
Jadi, ilmu tajwid memberikan huruf akan hak-haknya dan mengembalikan huruf kepada makhrajnya serta menghaluskan pengucapannya dengan sempurna tanpa berlebihan dan dipaksa-paksakan.
B.     Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah.
Fardhu Kifayah: Kewajiban suatu kelompok
Yaitu, yang jika dilakukan oleh suatu kelompok, maka kelompok lain tidak diharuskan. Tapi, jika suatu kelompok tidak melakukan, semua kelompok akan berdosa.
Fardhu A’in: Kewajiban seseorang.
Yaitu, jika seseorang melakukan sesuatu, orang itu sendiri yang akan mendapat pahala/dosa. Sesuai dengan apa yang ia lakukan.
C.     Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Tujuannya adalah:
1)    Agar pembaca dapat melafalkan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhraj dan sifatnya dengan benar.
2)    Untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an melalui tata cara membaca Al-Qur’an yang benar.
3)    Agar dapat membaca Al-Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang dianjurkan oleh Rasulullah.
4)    Memelihara lisan dari kesalahan ketika membaca Al-Qur’an yang dapat berakibat pada rusaknya makna yang dikandung oleh Al-Qur’an.
D.    Manfaat Mempelajari ilmu tajwid
Mempelajari dan menerapkan tajwid merupakan bagian adab dalam membaca Al-Qur’an dengan ilmu tajwid, seseorang dapat mengetahui kesalahan dan kekeliruan dalam membaca Al-Qur’an.

Biografi Louis Pastuer

Selasa, 05 Maret 2013


         Kali ini, saya akan menghadirkan sebuah biografi tentang ilmuwan Louis Pastuer. sekilas, ini hanya bagian cerita singkatnya saja. Louis Pastuer sendiri, adalah seorang ilmuwan yang telah banyak menemukan vaksin untuk membantu dunia kedokteran. Inilah, biografi singkatnya.. Setelah membaca, mohon tinggalkan komentar.. :)


Biografi Louis Pastuer

               Louis Pastuer, lahir pada tanggal 27 Desember 1822 di kota Dole, bagian timur Perancis. Louis lahir di rumah, di jalan yang bernama Reu Des Tanneurs, yang artinya jalan para penyamak. Salah satu alasan mengapa jalan ini disebut jalan para penyamak, karena sebagian besar tetangganya adalah penyamak kulit. Termasuk juga ayahnya Louis Pastuer. Kelak, jalan ini akan dinamai Jalan Louis Pastuer.
               Saat usia Louis menginjak tiga tahun, keluarganya pindah ke Arbois. Disinilah Louis dan ketiga saudara perempuannya dibesarkan. Mereka sering bermain di tepi sungai Cuisance. Pada usia 13 tahun, Louis telah menunjukkan kehebatannya melalui lukisan-lukisannya.
               Pada tahun 1838, saat usianya yang ke-16 tahun Louis lulus sekolah dan melanjutkan ke Ecole Normale Superieure di Paris untuk belajar menjadi guru kimia dan fisika. Berangkatlah Louise menuju Paris, 400 km dari Arbois. Louis kini menjadi mahasiswa.
               Beberapa minggu tinggal di Paris, Louis merasa tidak betah. Lalu, pada minggu keenam, ia memutuskan untuk kembali ke Arbois. Ia sekolah di Kolese di Besan On, 40 km dari Arbois. Ia menekuni kegemarannya menggambar dan melukis.
               Louis mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk. Tiba saatnya pengumuman, Louis Pastuer mendapat peringkat 15 dari 20 peserta. Ia merasa tidak puas. Dan ia memutuskan untuk kembali ke Paris. Ia mendapat pemondokan di Barbet. Kegiatan hariannya dimulai dengan kuliah di sekolah terkenal, Liseum St. Louis dan kuliah di Universitas Sorbonne.
               Louis terpana ketika melihat dunia yang baru dikenalnya. Louis mengagumi Profesor Dumas. Baginya, Profesor Dumas adalah penceramah yang tak ada duanya. Louis menulis surat pada profesor Dumas tentang kuliah-kuliahnya. Pengalaman pertama di kelas terpatri di hatinya. Ia pun bersahabat dengan profesor Dumas.
               Berkat ketekunan dan kesungguhannya, Louis dapat menyelesaikan kuliahnya dengan meraih peringkat keempat dalam ujian masuk ke Ecole Normale. Pada bulan Oktober 1843, pada usia 21 tahun Louis masuk ke Ecole Normale untuk menjadi guru fisika dan kimia.
               Menjelang akhir studinya di Ecole Normale, ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang khusus untuk dipelajarinya. Yang bisa memberinya kesempatan untuk lebih berkembang.
               Louis bertekad, bahwa ia harus menjadi guru yang baik. Segala materi yang akan diajarkan harus benar-benar ia pahami. Sehingga dapat membangkitkan semangat dan gairah belajar murid-muridnya kelak. Seperti profesor Dumas yang mempesonanya.
Dalam kuliahnya
               Salah seorang dosennya secara kebetulan mengambil contoh sebuah garam yang telah mengkristal “Garam ini tampak murni sekali. Padahal, ini terdiri dari tiga jenis kristal.” Louis terperangah.
               Kesungguhan Louis untuk belajar membawa ke jalannya sendiri untuk menemukan jawaban atas soal-soal yang paling mendasar dalam ilmu pengetahuan, dari apakah suatu zat terbentuk? Dan bagaimana kita dapat menguraikan zat itu?
               Louis mempelajari dengan teliti rangkaian senyawa. Asam tartar dan tartrat. Mulailah Louis melakukan penelitian yang pertama. Mengamati sebuah kristal dari segala sudut.
               Pada tahun 1848, Louis lulus sekolah Ecole Normale, membacakan makalahnya tentang kristal di hadapan perhimpunan ilmu pengetahuan. Di awal tahun 1849, Louis dipercaya memegang jabatan penting yang merupakan awal perjalanan karirnya.

               Louis menjadi dosen kimia di Universitas Strasbourg. Menginjak usia 26 tahun, Louis berkenalan dengan putri rektor Universitasnya yang bernama Marie Laurent. Perkenalan itu menumbuhkan benih cinta di hati Louis. Dua minggu kemudian, ia menulis surat pada bapak rektor untuk melamar Marie untuk dijadikan pendamping hidupnya.
               Tepat pada tanggal 19 Mei 1849 Louis Pastuer menikah dengan Marie Laurent. Marie bukan sekedar istri, tapi juga seorang mitra kerja yang baik. Selama 5 tahun, berikutnya, mereka tinggal di Strasbourg. Louis sibuk dengan penelitiannya kristal dan tugas mengajarnya. Pengabdian Marie tak hanya sebatas istri dan mitra kerja, namun juga sebagai calon ibu bagi anak-anak mereka.
               Pada tahun 1850, lahir anak pertama mereka, Jeanne. Setahun berikutnya, lahir anak kedua bernama, Jean Baptis. Dan lahirnya anak ketiga, Cecille. Menambah kebahagiaan mereka. Karir Louis semakin menanjak setelah tahun 1854, ia mendapat gelar profesor dan diangkat menjadi dekan fakultas sains di kota industri yang makmur. Tepatnya kota Lille.
               Para mahasiswa sangat tertarik pada kuliah-kuliah Louis Pastuer. Louis mengajak murid-muridnya mengunjungi pabrik pengolahan logam dan produk-produk teknologi yang terbuat dari baja atau logam di Perancis dan Belgia. Pada tahun 1856, Louis Pastuer dimintai saran tentang fermentasi yang gagal oleh seorang pemilik pabrik pembuatan alkohol dari gula bit, Monsieur Biqo.
               Bulan Agustus 1857, ketika sudah betul-betul yakin, ia membacakan makalahnya di depan perhimpunan ilmuwan Lille, tentang apa sebenarnya yang terjadi di balik proses fermentasi. Pada tahun 1859, Jeanne, putri tertua Louis Pastuer meninggal akibat demam tipus.
               April 1864, Louis Pastuer berpidato di di aula Universitas Sorbonne, Paris, menunjukkan  bahwa di udara terdapat jutaan, partikel debu. Pada bulan Juli, Louis Pastuer menguji fermentasi anggur ke Arbois dan menemukan teori pasteurisasi.
               1865, profesor Dumas, sahabat lama sekaligus penceramah pertama yang ia kagumi ketika kuliah dulu, mengundangnya untuk datang ke Alais, sebuah kota di Selatan Perancis.
               Bulan Juni, Louis Pastuer menyelidiki epidemi yang banyak membunuh ulat sutera di Alais Perancis Selatan. Dan pada bulan September, Camille, puteri ketiganya meninggal. Pada bulan Mei 1866, Cecille, puteri keduanya meninggal di usia 12 tahun karena demam tipus.
               Mei 1867, teorinya tentang pasteurisasi mendapat anugerah medali Penghargaan Utama pada Exposition Universelle. Tanggal 19 Oktober 1868, ketika masih sibuk dengan penelitiannya, Louis kembali ke Paris dengan perasaan aneh.
               Louis Pastuer merasa kesemutan pada seluruh tubuh bagian kirinya lumpuh dan ia terkena stroke. Ia tak dapat bicara dan bergerak. Namun, Louis tak patah semangat. Ia berusaha untuk bisa bicara lagi. Awalnya hanya sepatah dua patah kata, kemudian cukup lancar.
               Seminggu kemudian, Louis sudah mendiktekan ide-idenya kepada para asistennya. 1871, ia meneliti fermentasi yang terjadi pada bir. Dan pada tahun 1873, ia diangkat sebagai anggota Ikatan Dokter Perancis. Tahun 1876, Louis Pastuer menyimpulkan, “Setiap penyakit disebabkan oleh mikroba.”
               Pada tahun 1877 saat usianya 55 tahun, Louis Pastuer meneliti penyakit antraks yang sedang melanda wilayah Perancis Timur.  Sedangkan penelitian tentang mikroba penyebab kolera ayam mulai ia lakukan tahun 1878. Dan akhirnya, tahun 1879 menemukan vaksin kolera ayam.
               Tahun 1880, Louis Pastuer meneliti penyakit rabies. Pada tanggal 5 Juni 1881, Louis Pastuer menguji vaksin temuannya di tanah pertanian milik Pouilly-le-Fort, di desa Melun, dan berhasil. Ia juga mendapat anugerah Salib Utama oleh Legion d’Honneur. Dan pada tahun 1882, para dokter mulai menggunakan vaksin temuannya.
               1885, Louis Pastuer menulis surat pada seorang teman tentang keberhasilannya memberikan vaksin rabies pada anjing. Namun belum berani mencoba pada manusia. Pada tanggal 6 Juli 1885, Joseph Meister digigit anjing gila, lalu dibawa ke laboratoriumnya, dan berhasil sembuh dengan vaksin temuannya. Berbondong-bondong korban rabies dari penjuru Eropa menuju ke Paris untuk dirawat oleh Louis Pastuer.
               Pada tahun 1892, ulang tahunnya yang ke-70, tepatnya pada tanggal 27 Desember dirayakan dengan meriah sekaligus sebagai upacara penghargaan prestasi-prestasinya di Universitas Sorbonne.
               Setelah ulang tahunnya yang ke-70, stroke yang dideritanya semakin parah. Ilmuwan yang terkenal gigih ini, akhirnya harus menyerah ketika yang Maha Kuasa mengisyaratkan bahwa tugas mulianya telah selesai. Pada tanggal 28 September 1895, dalam usia 72 tahun, Louis Pastuer wafat.
               Sejak tahun 1888, karya Pastuer dilanjutkan di Institut Pastuer di Paris. Kini, institut itu mempunyai cabang di 60 negara. Makamnya terdapat di bawah institut tersebut. Jenazahnya dimasukkan ke dalam peti mati terbuat dari marmer dan granit.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS