I'm not alone!

Jumat, 31 Januari 2014

Standing alone doesn't mean I'm Alone!
It means I'm strong enough to handle things all by my self.

*****

Hari ini aku cukup terkejut dengan tingkah kalian. Tiba-tiba kalian marah dan cuek. Beberapa menit kemudian, mendekatiku dan mengajakku mengobrol. Dan 1 jam kemudian, kalian kembali cuek dan menjauh.

Aku bingung dengan sikap kalian! Salah satu dari kalian bilang kalau 'Aku Berubah'. Okey, aku terima itu. Dan kemudian, kalian mencoba untuk menyindirku. Okey, untuk kedua kalinya, aku masih terima hal itu. Untuk yang ketiga, aku hanya ingin intropeksi diriku! Tenang, aku tidak akan mengintropeksi diri kalian. Aku sadar dengan kesalahanku. Dan aku ingin, itu juga terjadi dengan kalian. Kalian akan sadar dengan kesalahan kalian juga.

Tentu kalian sendiri yang menyadarinya. Bukan disadarkan oleh orang lain.

*****

Aku akan mengintropeksi kesalahanku.

1.) Mungkin ucapan kalian memang benar! Aku berubah akhir-akhir ini. Jadi pendiam. Dan tak banyak omong. Tapi, itulah diriku sebenarnya. Memang dari awal, aku adalah sosok pendiam. Kalian saja yang tak tau. Lagi pula, kalau biasanya aku seorang yang ceria, Apa harus, aku tersenyum setiap hari pada semua orang? Tentu tidak, kan? Ada saatnya dimana aku harus diam dan butuh waktu untuk sendiri.

2.) Aku juga minta maaf, jika menurut kalian aku jadi cuek. Padahal, kalau aku fikir-fikir, aku tak se-cuek yang kalian ucapkan! Kalau memang aku cuek, aku pasti tak akan menjawab setiap pertanyaan kalian. Atau bahkan, aku tak memanggil kalian, sedikit pun! Tapi nyatanya? Kalian saja, saat ku panggil hanya diam dan berlalu. Hmm..
Okey, itu mungkin memang pendapat kalian tentangku. Aku tak bisa menyangkalnya.

3.) Aku sempat mendengar beberapa omongan. Menurut salah satu sumber, aku mendapat informasi kalau kalian pernah berkata, "Kenapa kamu sekarang jadi dekat sama ***i ? Kenapa kamu jadi ngejauh dari kita?"
Hhmm.. aku agak risih dengan yang satu ini. Apa maksud kalian bicara seperti itu? Apa kalian tidak suka jika aku dekat dengannya? Jika benar, lalu kenapa? Apa aku tidak boleh berteman dengannya? Lagi pula, kita sama-sama sudah mengenalnya. Jika aku dekat dengannya, apa itu suatu masalah? Toh, selama ini jika kalian dekat, apa aku pernah marah?

*****

So? Jika kalian sudah membaca postingan di atas, apa kalian masih menganggapku cuek? Atau bahkan sombong? Itu terserah kalian. Terserah kalian ingin menilaiku seperti apa.

Asal kalian tau saja. Tujuanku mempublikasikan postingan ini adalah, berharap agar kalian membuka blogku dan membacanya. Berharap kalian akan tau dan mengerti.

Mengerti maksud dari sikapku yang terkadang aneh dan berubah-ubah. Mengerti perasaanku. Dan berharap kalian mengerti kapan saat aku bisa tertawa bersama kalian atau kapan saat aku ingin sendiri.

*****

Aku tak ingin cari keributan. Makanya, aku tak menyampaikan hal ini secara langsung. Lagi pula, sekarang kalian mulai menjauh dariku. Bagaimana caranya aku menjelaskannya? Ku panggil saja, kalian tak menoleh. Malah menyindirku dan ***i.

*****

Apa aku pernah berlaku seperti itu pada kalian? Apa aku pernah bilang kalian adalah orang yang sombong? Apa aku pernah bilang pada kalian, jika aku senang kalau tidak bertemu kalian? Apa aku pernah bilang kalau aku tidak selera ketika shalat di shaf yang sama dengan kalian, sedangkan kalian sudah mengatur shaf agar kita muat shalat ber-empat di shaf yang sama?
Hhmm..

****

Kau berubah. Begitu juga denganku.

Sabtu, 25 Januari 2014

Aku hanya diam dan melamun.
Memikirkan sikapmu akhir-akhir ini.
Kau bilang, sikapku berubah.
Apa kau sadar? Aku berubah karna kamu!!
Kamu yang membuatku menjadi seperti ini.
Hanya saja, kau tak pernah sadar.

*****

Sesekali aku melirikmu. Lebih tepatnya, 'kalian'. Dulu, ketika melihatmu, selalu saja membuat nafasku berat. Tapi, sekarang tidak lagi. Berkat mamaku, aku bisa menghapus harapan yang telah kamu berikan itu.

Sungguh, aku tak bermaksud untuk menghakimi siapa pun. Aku hanya merasa, ada yang berbeda darimu. Kau benar-benar berubah.

Aku mengerti, meskipun baru 1 tahun mengenalmu, paling tidak, aku bisa hafal sikapmu. Tapi, sekarang kau jauh dari tingkahmu biasanya.

Dulu, kau tak seperti ini!

*****

Entah, apa hanya aku yang merasa atau orang lain juga berpendapat sama. Setiap kali di dekatmu, aku merasa asing. Kau bertingkah seperti orang yang tak ku kenal. Sekarang, kau bagai orang lain.

Aku sadar dan benar-benar tau, aku bukan siapa-siapa untukmu. Hanya segelintir teman yang tak berguna. Teman yang hanya sekedar diajak mengobrol atau tertawa.

Tapi, yang harusnya kau tau, aku peduli denganmu. Sayang, ya, kamu gak pernah tau dan gak akan mau tau. Oke, fine. Aku tak masalah dengan itu.

Dalam postingan ini, aku tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Kau telah memberikan keputusan. Dan aku akan menghargai keputusan itu. Meskipun, aku butuh waktu untuk menerimanya.

Tapi, apakah keputusanmu itu mengharuskan kamu untuk menjadi sosok yang berbeda? Menjadi orang yang cuek dan (menurutku) aneh. Aneh dalam banyak hal. Dan sepertinya, aku tak harus menyebutkannya.

*****

Aku mengerti, kau cuek karna sikapku juga. Yang akhir-akhir ini dingin dan diam. Dan seandainya kau tau, alasanku bersikap seperti itu karna apa.

Aku yakin 100%, jika kau tau alasanku, kau pasti terkejut. Menjelaskan bahwa kau hanya menganggapku teman. Dan yang paling aku takutkan, kau akan menjauhiku.

Point terakhir itu, yang selalu membuatku takut, untuk mengungkapkannya.

Seandainya, kau bisa mengerti. Jika aku mengungkapkannya, bukan berarti aku mengharapkan jawaban atau status. Aku hanya berharap, paling tidak kau tau, kalau ada seseorang yang masih peduli denganmu. Dan itu sudah cukup untukku. Tak perlu, kau berucap, 'Aku hanya menganggapmu sebagai teman.'

Oh Tuhan, sampai kapan kau akan mengerti? Aku tak memintamu untuk menganggapku sebagai teman! Aku juga tak memintamu untuk menganggapku sebagai orang yang spesial atau istimewa!

Aku tak mengharapkan semua itu!
Dan aku juga tak ingin itu!!

Aku hanya ingin kau tau. Dan menghargainya. Itu saja.

*****

Mungkin, kau masih bingung dengan maksudku. Atau kau bingung, bagaimana caranya menghargaiku? Apakah dengan tidak berpacaran dengan orang lain, bisa membuktikan kalau kau menghargaiku? Bukan! Bukan itu maksudku! Itu namanya mengekang. Dan aku tak ingin mengekang siapa pun.

Bagaimana pun juga, pacaran  itu hak siapa saja. Aku tak bisa memaksa.

Yang aku maksudkan adalah, ketika aku tau kau sudah punya pasangan, kau akan mengerti betapa hancurnya aku saat itu. Sebagai orang yang menyukaimu diam-diam, mungkin menjauh darimu adalah cara terbaik. Dan aku telah melakukannya.

Tapi, kau telah salah mengartikannya. Kau menganggapku berubah. Padahal, aku tetap sama. Aku hanya mencoba untuk mengobati perasaanku. Dan itulah maksudku, 'kau bisa menghargainya.'

Paling tidak, kau menghargai setiap perhatian yang ku berikan. Tak perlu status 'teman', 'sahabat', apalagi 'pacar'. Aku sangat sadar, itu adalah harapan yang terlalu tinggi.

*****

Apa kau sadar? Mengetahui, kalau kau tau aku menyukaimu saja, itu membuatku lega. Dan aku tak berharap lebih.

Andai kau tau, menyukaimu itu menyakitkan.

*****

So, apa kau sudah mengerti alasanku menjauhimu? Apa kau sudah mengerti alasan dari sikapku yang berubah? Ku harap, jawabannya adalah YA.

*****

Jadi, jangan bilang kalau sikapku berubah. Jika kau sudah membaca postingan ini, kau akan tau, sikapku berubah karna keputusan kamu. Dan aku butuh waktu untuk menerimanya. Dan keputusan yang terbaik, adalah dengan menjauhimu untuk waktu dekat ini.

Aku Temanmu. Dan Selamanya Akan Begitu

Selasa, 21 Januari 2014

Beberapa hari ini, aku telah menjauhimu.
Menjaga jarak, agar aku tak kembali jatuh ke lubang yang sama.
Beberapa hari ini, aku telah menjadi sosok Atika yang berbeda.
Diam. Cuek. Dan suka melamun.
Dan akhirnya, aku berhasil. Aku bisa kembali bangkit.
Melupakanmu. Menghapus perasaan itu, dan menjadi teman 'biasa' mu lagi.

*****

Aku kembali melihat layar ponselku. 3 pesan darimu tak ku balas. Harusnya kau mengerti, aku masih butuh waktu untuk sendiri dan menerima kenyataan.

Maaf, jika aku tak membalas pesanmu. Maaf, jika akhir-akhir ini aku cuek padamu. Tak banyak bicara. Dan lebih suka membaca novel-novel roman favoriteku.

Tapi sekarang, insyaallah, aku bisa kembali seperti dulu lagi. Bicara padamu. Tersenyum. Tertawa. Dan berbagi cerita. Asal kau tau saja, tak mudah untuk menjauhimu.

Aku harus menahan rasa untuk membalas pesanmu. Tapi, entahlah. Jari tanganku terasa gatal jika tak membalasnya. Tapi, aku tetap menahannya. Banyak sekali pertanyaan yang inginku lontarkan padamu. Tapi, tak ada satu pun yang terucap.

Dari rumah, aku sudah berniat untuk tak menghiraukanmu lagi! Tapi sayang, niat itu terasa sudah tidak berlaku lagi saat aku sampai.

Melihat hidung kecilmu yang seperti hidung badut itu. Mulut kecil yang sering mengeluarkan lelucon lucu. Mata yang memberikan tatapan nanar itu. Dan wajah biasamu yang entah kenapa, bisa selalu menyihirku. Membuatku tak tega untuk membiarkanmu berlalu begitu saja dihadapanku.

Terkadang aku berfikir, "Apa kau merasakan perubahan sikapku padamu? Tak membalas sms atau sekedar mengobrol?" Tapi, aku segera menghilangkan pikiran itu jauh-jauh. Aku baru ingat, kini disampingmu sudah ada sosok yang kau suka. Dia akan selalu ada untukmu. Kapan pun kau mau.

Aku hanya bisa berharap, perempuan itu adalah sosok yang benar-benar kau cari. Tak akan mengecewakanmu.

Jujur, terkadang aku tak suka melihat kalian berdua. Apalagi dalam jarak yang cukup dekat denganku. Aku akan lebih suka untuk duduk sendiri dan tenggelam dengan dunia yang ku buat sendiri. Tak menghiraukan apapun di sekitarku. Termasuk kalian.

Cukup tau, kalian pacaran saja, itu membuat nafsu makanku hilang(sampai saat ini). Dan aku tak mau orang akan bertanya padaku, "Wah.. Tika kurusan. Rahasianya apa?"

"Kamu mengetahui, kalau orang yang kamu suka, jadian dengan perempuan lain. Terus, dia curhat ke kamu, betapa sayangnya dia dengan pacarnya itu. Dijamin, kau tak akan nafsu makan untuk beberapa hari."

Tak mungkin, aku diet dengan alasan putus asa seperti itu!

*****

Aku sering kali diam jika mengingatmu. Ketika melihat wajahmu(yang sebelas-duabelas sama wajah pengemis) itu, aku selalu tak tega. Ingin sekali aku menyapa. Tapi, aku selalu mengingatkan diriku sendiri, kalau kau sudah punya pasangan. Dan aku tak berhak menganggu.

Tapi, ada satu hal yang aku ingin, kau mengetahuinya.

"Aku akan selalu ada di dekatmu. Bersedia meminjamkan bahu untuk tempat kau bersandar. Kau bisa bercerita tentang semua hal padaku. Tanpa harus takut, akan ketahuan banyak orang. Aku akan berusaha untuk menjaganya! Tenang saja. Aku tak akan berharap banyak lagi. Cukup anggap aku sebagai temanmu. Dan aku akan siap mendengarkan masalahmu." - Nur Atika.

Ingatlah, aku temanmu. Dan selamanya akan begitu. Jangan sungkan! :')

Disappointed

Jumat, 17 Januari 2014

Hari ini aku kembali menangis.
Bukan menangisi ketidak pastian. Tapi, menangisi jawaban dari semua pertanyaanku di postingan-postingan sebelumnya.
Aku benar-benar kecewa padanya! Sangat kecewa.
Jika tau, akan jadi begini, aku lebih memilih untuk tidak mengenalnya.

*****

Beberapa menit yang lalu, dia mengirimiku pesan. Dia mencoba mencurahkan perasaannya padaku. Bukan! Ini bukan tentang kami. Tapi, tentang mereka. Aku baru tau, kalau ternyata dia sudah punya pasangan. Dia bicara tentang hubungannya dengan pasangannya.

Dari pesan itu, aku tau dia sangat kebingungan. Kalau bisa jujur, aku pun juga sama bingungnya. Ketika dia bilang, kalau dia sudah punya pasangan, aku benar-benar tak percaya. Lututku terasa lemas. Tenggorokanku juga terasa sakit.

'Jadi? Selama ini aku hanya dianggapnya teman? Oh Tuhan, saat itu juga aku benar-benar down. Aku tak percaya kalau dia punya pacar.'  Karna, jujur saja, aku jarang melihatnya bertemu dengan cewek di luar kelas. Apalagi, pacaran. Murid-murid lain pun, mungkin juga tak pernah tau hal ini.

*****

Aku hanya kecewa. Rasanya aku seperti benar-benar dipermainkan. Apa-apaan ini? Dalam 1 minggu ini, dia menjadi sosok yang benar-benar berbeda! Beberapa hari yang lalu, dia menanyaiku. Mengirimkan kata-kata yang membuatku merasa ke-PEDE-an. Dan di akhir pekan, dia mengatakan, kalau dia cemburu saat melihat pacarnya dekat dengan orang lain.

Aku sendiri juga bingung. Apakah aku yang berharap terlalu banyak darinya? Atau dia yang hanya memberikan harapan kosong padaku? Saat ini, aku tak bisa membedakan keduanya.

*****

Sampai ketika aku mengetik postingan ini, aku masih tak percaya. 'Jadi, selama ini aku menyukai orang yang sudah memiliki pasangan? Lalu untuk apa aku menunggu dan berharap sekian lama? Apa penantianku yang sekian lama itu, hanya menunggu untuk jawaban sesakit ini?'

Aku kecewa. Sangat-sangat kecewa. Kecewa padanya! Kecewa pada diriku sendiri! Dan kecewa pada keadaan! Kenapa tidak dari awal saja, aku tau kalau dia sudah punya pacar? Kenapa baru sekarang? Kenapa jawaban itu datang di saat perasaanku sudah benar-benar kembali untuknya?

Aaarrrgghhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Aku sangat kecewa.

Disatu sisi, aku benar-benar tak tahan untuk menangis. Tapi, di sisi lain, aku lelah untuk menangisinya. Menangisi orang yang jelas-jelas tak pernah peduli denganku. Aku sendiri tak terlalu menghakiminya. Ku akui, aku juga salah. Dia tak pernah tau, bagaimana perasaanku padanya. Itu pun, aku beruntung. Karna, bisa tau kebenaran langsung darinya. Kebenaran kalau ternyata, dia sudah jadi milik orang lain.

Dia juga masih merahasiakan siapa pacarnya itu. Bagiku, itu bukan point pentingnya. Yang masih sulit ku terima, adalah, ketika aku tau, kalau dia sudah punya pacar. Hatiku terasa ditampar saat tau hal itu. Benar-benar sulit dipercaya.

Tapi, paling tidak aku bersyukur. Bukankah, ini yang ku tunggu-tunggu sejak dulu? Sebuah kepastian. Dan sekarang,aku sudah tau jawabannya. "Ia tak pernah menyukaiku. Selama ini ia punya pacar. Dan mereka sangat menikmatinya." Jadi, untuk apa aku menangisinya? Dia bahkan tak pernah peduli.

Sekarang, aku memilih untuk menjauh darinya. Jaga jarak. Itu lebih baik. Aku ingin kembali melupakannya. Melupakan untuk kedua kalinya. Dan ku harap, ini yang terakhir. Aku tak ingin kembali berada dalam kondisi seperti ini- benar-benar menyakitkan!

*****

Bimbang

Bimbang.
Bimbang itu menyakitkan.
Ketika kau dihadapkan dengan 2 pilihan sulit.
Dan sayangnya, kedua pilihan tersebut adalah hal yang kau inginkan sejak dulu.
Aku harus pilih yang mana? Jika aku salah memilih, ku pastikan aku akan menyesal nantinya.

*****

Hari ini, sikapmu terasa aneh bagiku. Diam dan cuek. Hanya bertanya ketika aku sedang sendirian. Untuk sekali lagi, aku merasa bingung dan bimbang. "Apakah ini yang sebenarnya ku inginkan sejak dulu? Menjadi dinding untuknya bersandar tanpa memikirkan, jika aku yang roboh, kemana aku akan bersandar?" Lucu. Apa kalian pernah melihat dinding bersandar pada tembok lain?

Yang aku tau, jika sebuah tembok roboh, ia akan menjadi kepingan batu-bata kecil. Dan itulah aku. Mencoba menjadi tempat ternyaman untuknya. Melindunginya. Menjaganya. Tempatnya berteduh. Tanpa memikirkan, apa jadinya aku nanti? Tembok yang retak. Dicoret-coret. Kotor. Bagian bawahnya yang sedikit berlumut. Dan perlahan akan ambruk di telan usia.

Sebagian diriku ingin tetap menjadi tembok. Tapi, sebagiannya lagi ingin menjadi Tika. Nur Atika. Bukan tembok. Aku ingin terlihat. Kalau perlu, aku ingin membuka kelopak matamu lebar-lebar dan berteriak di depanmu, "Coba saja kau sedikit peka!" Lalu mundur beberapa langkah dan berkata dengan suara pelan, "Hey kawan, aku menyukaimu. Apa kau tak pernah sadar itu? Aku bosan hanya menjadi tembok saja. Diam. Dan tak bisa berbuat apa-apa."

Harapan

Ketika di dekatmu, aku kehilangan kata-kata. Hanya bisa berharap, tatapan mataku dapat menyampaikan perasaanku. Jika harapan untuk memilikimu hanya sebatas mimpi, maka biarkan aku tidur untuk selamanya~

*****

Untuk kesekian kalinya, aku kembali melirik layar handphoneku. Berharap kau mengirimkan pesan untukku. Hampir setiap 15 menit, aku mengeceknya. Tapi, yang ku harapkan tak pernah ada. Sampai waktu menjelang tidur, aku mengeceknya kembali. Tapi, tak pernah ada pesan darimu.

Tunggu! Kegiatan itu berlangsung pada hari berikutnya. Kembali menunggu pesan darimu. Berharap kau akan menanyakan kabarku. Atau sekedar menanyakan tugas sekolah. Setiap hari, aku hanya menunggu. Menunggu. Dan menunggu. Terkadang, aku jenuh dengan ketidak pastian ini. Sampai kapan aku harus menunggumu? Kenapa aku tidak memulainya dari diriku sendiri? Andai saja, kau tau. Menunggu itu tak semudah yang kau bayangkan.

Berharap sesuatu yang tak pernah pasti. Hanya bisa duduk sendirian dan menerka-nerka tanpa ada jawaban yang jelas.

Suatu hari, aku memperhatikan layar ponselku. Melihat beberapa foto, dan berfikir, "Tika, sebenarnya apa yang kau tunggu? Jawaban atas perasaanmu? Dia sendiri bahkan tidak tau, kalau kau menyukainya. Jadi, untuk apa kau menunggu? Berharap dan terus berharap. Berharap dia akan peka dan menjawab semua pertanyaanmu selama ini? Tapi, kapan waktu itu datang? Apa kau harus menunggu lebih lama lagi?" Dan sejak itu, aku memutuskan untuk melupakannya.

*****

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Aku bisa bangkit dari harapan semu dan ketidak pastian. Dan sekarang, aku sudah menganggapnya biasa saja. Aku tak harus mengecek handphoneku dan menunggu pesan darimu lagi. Sekarang, aku benar-benar lepas dari harapan tentangmu!

Tapi, ternyata aku salah. Ku kira, setelah melupakanmu, semua masalah akan selesai. Tapi, ternyata harapanku tak sejalan dengan kenyataan. Aku kembali dekat denganmu. Berbagi kisah dari sepotong pesan. Dan sekarang, kau kembali membuatku menunggu lagi.

Aku kembali memeriksa ponselku. Melihat percakapan kita beberapa hari lalu, dan tersenyum kecut. "Apa arti setiap pesanmu itu? Apakah pesan itu benar-benar serius atau hanya lelucon?"

*****

Hari ini, aku kembali menunggumu. Berharap, kau mengirimkan pesan dan bertanya kabarku. Tapi, entah kenapa hari ini terasa berbeda. Kau tak mengirimiku pesan. Namun, sama seperti biasanya, aku terus menunggu dan berharap.

Menunggu dan berharap kau peduli padaku. Atau yang lebih baiknya, kau memberikan kepastian untukku.

Luka Lama Yang Kau Buka Lagi

Rabu, 15 Januari 2014

Setelah dengan susah payah melupakanmu, kau datang lagi...

Kau datang dengan sosok yang berbeda.

Membuat luka lama tergores lagi di ingatanku.

Membuat luka yang dulu sudah mengering kembali basah.

Luka yang membuatku menangisimu sepanjang hari.

Apa kau tau? Kau telah mengambil kembali perasaan yang dulu sudah ku lupakan.

Kau datang disaat aku sudah melupakanmu. 

Dan itu berhasil, membuatku 'kembali' menyukaimu.


*****


1 minggu bukan waktu yang sebentar. Aku harus melewati 168 jam, 10.080 menit, 86.400 detik untuk melupakanmu. Aku bersyukur. Karna bisa melewati liburan dan tak harus menemuimu lagi. Aku benar-benar bersyukur. Perasaan itu, sedikit demi sedikit mulai hilang. Perlahan, aku bisa kembali tersenyum tanpamu.

Asal kau tau saja, melupakanmu adalah hal tersulit. Ya, tapi percuma saja. Meskipun itu sulit, aku tau, kau tak pernah mau peduli. 'Untuk apa peduli dengan orang sepertiku?' Aku tau, aku hanya salah satu perempuan yang menyukaimu. Masih banyak perempuan lain yang lebih menyukaimu. Dan yang pasti, lebih baik dariku.

Tapi, setelah waktu libur itu habis, aku mulai takut lagi. Takut, ketika harus bertemu kau lagi setiap harinya. Takut, ketika harus melihat kau bersamanya lagi. Namun, hal yang paling ku takutkan adalah, jika perasaan yang sudah ku lupakan itu kembali lagi.

Perasaan yang bisa membuat nafasku sesak tiba-tiba. Perasaan yang membuatku selalu berharap. Perasaan yang membuatku tetap bertahan. Dan perasaan yang membuatku menangis sendirian.

Dan benar saja! Perasaan itu memang kembali lagi. Dan masih dengan reaksi yang sama. 'Tak Ada Jawaban.' 

Apakah kau sadar? Ketika aku mulai belajar untuk menerima keadaan dan melupakanmu, kau datang kembali. Bersikap baik dan begitu ramah. Benar-benar membuatmu berbeda dengan sebelumnya.

Jika kau membaca postingan ini, aku hanya ingin mengatakan sesuatu yang sulit ku ungkapkan secara langsung. Bahkan, mungkin air mataku sulit mengartikannya. Karna jujur saja, kau tak pernah melihatku menangis. Dan aku juga tak ingin menangis di hadapanmu. Karna kau tau? Aku tak ingin terlihat lemah di depanmu!

"Jangan mematikan perasaanku, jika kau tak pernah tau betapa menyiksanya mencintai kamu." - @dwitasaridwita

Jatuh Cinta Diam-Diam

Jumat, 10 Januari 2014

#Jatuh cinta diam-diam

Sebelumnya gue pernah dengar kalimat itu. Salah satunya di buku idola gue, Bang Raditya Dika♥ Di buku Marmut Merah Jambu. Disana dijelaskan:

"Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.

Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan.

Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka lakukan, jatuh cinta sendirian."

- Raditya Dika, Marmut Merah Jambu

**********

Entah disadari atau tidak, gue pernah mengalaminya. Suatu perasaan senang saat melihat 'dia', sampai gak bisa tidur semalaman. #GueInsomnia-_-

Kalau chattingan, gue selalu bingung mau jawab apa. Nyari topik yang menarik buat obrolan, tapi malah ujung-ujungnya jadi garing.

Selalu ngelihat 'dia' dari jauh tanpa berani menyapa. Hanya diam saat 'dia' lewat di depan gue. Jujur, gue gak berani ngomong apa-apa. Gue berasa tiba-tiba jadi robot, di depan 'dia'. Cuma jawab "Ya" atau "Gitu deh." Dan kalimat singkat lainnya. Sebenarnya, gue ingin bersikap menarik di depan 'dia', tapi malah jadi aneh.

Yang gue tau, ketika gue jatuh cinta sama seseorang, gue hanya bisa melihat 'dia' dari jauh. Mendoakan. Dan support 'dia'(dari belakang).

Gue gak suka jatuh cinta diam-diam! Ketika gue gak bisa ngomong langsung ke 'dia'. Ketika 'dia' gak tau sebesar apa perasaan gue. Dan sayangnya, setiap kali gue jatuh cinta, gue selalu mengalaminya. 'Jatuh cinta diam-diam.'

Ketika gue jatuh cinta diam-diam, gue selalu merasa jadi 'serba salah'. Gue pengen ngomong langsung ke 'dia' tapi, gak berani. Dipendam aja, gue malah jadi gondok! Bener-bener nyebelin!!

Dan kalian tau? Ketika gue jatuh cinta diam-diam, endingnya akan selalu sama. Gue berharap, 'dia' tau apa yang gue rasain, tanpa harus ngasih tau ke 'dia' secara langsung.

Tapi, kenyataannya beda jauh sama harapan gue. "Gue hanya bisa berharap. Menunggu sesuatu yang gak seharusnya gue tunggu. Hingga akhirnya, gue harus merelakan." Dan kalian tau, tahap yang paling gue benci? Ketika gue harus merelakan. Dan menyesali ketidak beranian gue.

Sayang ya, rasa takut gue bisa mengalahkan semuanya. Sampai-sampai untuk jujur sama diri gue sendiri aja, gue masih takut.

Ucapan Bang Raditya bener! "Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka lakukan, jatuh cinta sendirian."

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS