Tanpa Inspirasi

Jumat, 22 Agustus 2014

Sudah lewat dari 10 menit aku menatap layar handphone.
Beberapa kali ku buka aplikasi blogger dan aku mulai kebingungan.
Aku ingin menulis sesuatu, tapi aku bingung. Hal apa yang bisa aku tuliskan?
Di tambah dengan tugas-tugas yang menyita waktu. Maklumlah, kelas 9 sudah bukan jadi bahan ejekkan lagi.
Tak bisa dianggap remeh dan main-main.
Dan mungkin, masa depan setiap orang dipertaruhkan dalam kelas ini. Ya, mungkin saja.

*****

Kali ini, aku kembali membuka aplikasi blogger. Melihat beberapa postingan yang pernah ku ketikkan beberapa bulan yang lalu. Saat aku masih jadi anak kelas 2 SMP dan dipenuhi dengan inspirasi menulis. Ide-ide yang hampir semuanya tercipta dari luapan emosi. Dan kalimat-kalimat yang isinya berupa pesan yang tak pernah sampai. Ya, begitulah...

Ketika ku baca ulang, aku bisa menyimpulkan sesuatu. Aku berekspresi dengan rasa. Menciptakan sebuah tulisan dengan luapan perasaan dan pesan. Menyampaikan sesuatu, dengan caraku sendiri. Dengan menulis, itulah caraku. Jujur, aku tak pandai berkata-kata. Berbicara dengan kata yang bijak atau hal mengagumkan lainnya. Aku pun juga tidak pandai dalam menulis. Aku hanya mengungkapkan. Entah itu sesuai dengan kaidah bahasa indonesia ataupun EyD, aku tak peduli. Tapi kalau bisa lebih baik, kenapa tidak?

*****

Ketika aku sedang menyukai seseorang, maka aku menuliskan postingan tentang perasaanku. Ketika aku sedang merindukan sekelompok orang maka, aku memposting tentang dalamnya rasa rindu yang melekat itu pada blogku. Dan ketika aku marah, aku juga mempostingnya. Itu semua muncul begitu saja. Tanpa berpikir ba bi bu dan a i u e o. Semuanya tiba-tiba datang dan sekejap pergi. Tapi dengan menulis, aku bisa merekam semuanya.

*****

Semua perasaan itu menciptakan emosional yang berbeda-beda (itu menurutku). Ketika sedang marah, aku akan menunjukkan bahwa aku sedang marah saat itu juga. Saat aku sedang sedih, bahkan aku akan menulis sambil menangis. Beda perasaan, maka hal yang kita lakukan juga akan berbeda.

Jujur, ketika aku tidak sedang sedih, aku akan sulit membuat kalimat-kalimat yang menggambarkan bahwa aku sedang sedih. Karna bukan itu perasaan yang ku alami sesungguhnya. Bahkan,jika aku tetap menulis akan jadi terlihat dipaksakan. Itu pendapatku.

*****

Dan postingan ini....

Hmm. Entahlah. Mungkin bisa menggambarkan bahwa aku sedang bingung ingin menulis apa. Hingga tanpa ku sadari, sekarang aku sudah menuliskannya.

*****

Surat Cinta?

Sabtu, 09 Agustus 2014

Ada yang masih ingat dengan surat cinta?
Itu loh, sebuah pesan yang ditulis lewat kertas dengan isi pesan yang  berkaitan dengan cinta-cintaan gitu.
Pake kata-kata puitis dan romantis lainnya.
Gaya bahasanya tingkat tinggi!
Dan biasanya surat itu dibuat oleh sepasang kekasih yang sedang terpisah jarak jauh.
Dan umumnya, surat cinta itu berkaitan sama zaman dulu.
Ya iyalah, zaman sekarang yang namanya surat cinta itu, mungkin udah punah.

*****

Yang akan aku ceritakan di postingan kali ini adalah tentang surat cinta Mamaku dulu. Ya.. lagi dewasa-dewasanya gitu, deh.. :-D
Beberapa hari yang lalu, aku lagi bongkar-bongkar lemari dan menemukan sebuah plastik putih. Awalnya ku kira isinya sisa-sisa koran bekas, eh gak taunya surat.
Ku lihat dan ku baca kertas itu. Warnanya udah menguning dan baunya itu khas barang-barang lapuk. Ya maklumlah, udah lama.:3 (Kalo kertasnya lapuk, kira-kira setua apakah mamaku sekarang?) '-'

Oke lanjut! Suratnya itu tempo dulu banget deh! Nggak ada gaul-gaulnya. -_- Pake kata adinda lah, sayangku lah, rindu lah, ya pokoknya puitis banget. Tulisan tangannya juga, aneh-aneh. Tapi ku akui keren-keren semua. Tulisannya itu meliuk-liuk. Hampir ku kira itu surat satu halaman isinya tanda tangan semua! -_- gegara hurufnya kayak ular. #maafMa:3

Suratnya cukup banyak sih. Dan pengirimnya itu beda-beda. Nah! Bisa kebayang kan, mamaku dulu itu punya mantan berapa? '-'
Kayaknya, mama udah jago banget nulis surat. Beda banget sama aku, yang bahkan nulis surat cinta aja cuma 1 kali sepanjang hidup-.-

Dan karna surat cinta buatanku itu, aku sampe ditegur kepala sekolah.!!!!
JENG!! JENG!!!!!
Kok bisa? Ceritanya begini:

*****

Saat itu jam pulang sekolah. Semua anak (yang masih lugu, kecuali gue) salim dengan guru dan pulang karna ortu sudah menjemput di depan pagar sekolah. Waktu itu aku masih TK nol besar. Ya kira-kira 6 tahunan lah.
Ketika aku mau pulang, ada seorang anak laki-laki (yang lumayan gendut) datengin aku dan manggil namaku. Inisialnya R. Dia ngasih aku sebuah kertas dari binder bermerk "Harv*st" gitulah.. aku lupa.

Terus aku terima. Aku baru membacanya setelah sampai di rumah. Dan betapa kagetnya aku, ketika membaca isi surat itu. Dia menulis kalimat: I LOVE YOU ♡
Dengan goresan pensil yang lari kemana-mana.(khas anak taman kanak-kanak)

Oke, cukup syok mendapat surat yang isinya kayak begituan, aku pun membalasnya. Tapi dengan kalimat yang panjang. Jujur, aku sudah lupa apa isi pesan yang ku kirim ke R. Tapi seingatku, aku menuliskan banyak kalimat. Mungkin hingga 2 paragraf. Dan itu rangkaian tulisan yang cukup panjang untuk anak seusiaku.

Keesokan harinya, ku berikan surat itu padanya. Dia menerima lalu kembali ke kelasnya. Kalau tidak salah, kami berbeda kelas. Dan saat hendak senam pagi di keesokan harinya, aku dipanggil Ibu kepala sekolah.

Hm. Sebagai anak TK ingusan, aku cukup takut. Jadi dengan terpaksa aku menuju kantor beliau. Saat duduk di kursi, Ibu kepsek memperlihatkan sebuah surat di tangannya. Dan itu adalah suratku!!!!! KYYYAAAA!!!! Surat yang ku buat untuk R!!!! Kenapa jadi ada di tangan beliau??? :3
Setelah diselidiki, ternyata aku baru mengerti. Menurut keterangan Ibu kepsek, si R kebingungan melihat balasan suratku yang isinya kepanjangan (ditambah dengan tulisanku yang seperti cakaran tikus itu). Dan si R pun meminta bantuan kepada guru di kelasnya untuk membacakan surat itu padanya. Ya Allah!!! Salah apa hamba ini?? :-( #hiks.
Gue malluuuu bangeetttt!!!

Gue kesel banget sama R. Kok bisa-bisanya gitu, minta tolong sama guru untuk bacain suratnya?! Gue bener-bener nggak habis pikir. Kenapa dia gak minta tolong bacain sama gue aja?

Dan karna itulah, gue mulai berfikir, terlalu terbuka sama guru juga gak baik. Dan itu bukan hanya berlaku pada guru. Tapi juga pada orang lain.
"Karna ada saatnya, di mana kita tak bisa membagi masalah kita pada orang lain. Dan yang bisa kita lakukan, hanyalah dengan menyelesaikannya. Ya, menyelesaikannya seorang diri."-Atika.

Tapi yang dilakukan si R itu memang wajar. Itu karna kepolosannya dan karna kedewasaan gue yang berlebihan. Maklum, waktu itu gue lagi senengnya nonton sinetron. :-D

Dan setelah pulang sekolah, mamaku tahu hal itu. Dia nanya kenapa anaknya yang (mungkin)  baru berusia 6 tahun itu bisa masuk ruang kepala sekolah. Dan.. mama tak berekspresi apa-apa ketika ku jelaskan ceritanya-_-"

*****

Itulah pengalaman surat cintaku yang pertama (dan semoga yang terakhir).
#MohonJanganDicontoh:-I

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS