Akhirnya, Dia Tau...

Sabtu, 24 Oktober 2015

Bismillah...

Aku mulai gugup untuk menulis di blog ini lagi. Ragu, karena kini semua telah berbeda. Dua hari yang lalu tepatnya Jum'at, 23 Oktober 2015. Sesuatu terjadi padaku. Yang membuat segalanya kini berubah dan....
Aku tidak tau ingin menulis apa lagi. Aku takut, jika dia akan membacanya lagi.

*****

23 Oktober,

Aku tak sengaja bertemu dengan sahabatku di suatu tempat yang tak terduga. Kami langsung saling berteriak dan memeluk satu sama lain. Entahlah, aku begitu senang hingga tak bisa mengekspresikannya dengan apapun selain dengan pelukan. Saat itu, kami tak sadar bahwa kami telah berdiri cukup lama dan terus bicara tanpa henti. Ya, memang sudah sangat lama kami tidak bertemu dan Allah mempertemukan aku dengannya hari itu.
Obrolan kami terus mengalir sampai ketika dia mengatakan sesuatu padaku. Dia bilang, "Tik, aku hari ini ngasihin nama blog kamu ke si gamers." Aku sempat terdiam beberapa detik untuk meyakini dengan apa yang telah kudengar. Kemudian, aku menatapnya serius dan langsung berteriak histeris.

Tak lama setelah obrolan itu, aku kembali pulang ke rumah. Ku buka ponselku kemudian ku lihat aplikasi itu sekali lagi. Dan benar saja, dia mem-Pingku.

***

Sungguh, aku benar-benar gugup saat itu. Separuh diriku merasa takut dengan reaksi yang akan kuterima darimu. Tapi, separuh diriku yang lain justru merasa tenang dan lega. Itu karena akhirnya kamu tau semuanya. Ya, semua yang telah aku lakukan dan rasakan di belakangmu.

Di sini, kau akan menemukan diriku yang berbeda. Sangat berbeda. Kau akan melihat sisi lain dariku. Yang tak pernah kau temui di dunia nyata. Apalagi di hadapanmu. Karena ku pastikan jika aku berhadapan denganmu, aku akan diam seribu bahasa.

Selain itu, aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu. Kamu sudah terlalu banyak minta maaf padaku. Sekarang, aku yang ingin bicara panjang lebar padamu.

***

Jujur, aku sama sekali tidak tau apa yang akan kamu pikirkan jika membaca semua postinganku ini. Mungkin, aku akan sangat malu padamu. Tapi, pada kenyataanya aku justru merasa sangat lega. Ternyata memang benar, segala sesuatu itu lebih baik untuk diungkapkan saja. Dan tidak seharusnya dipendam. Namun sayangnya, aku baru menyadari itu sekarang.
Padahal, yang perlu kulakukan padamu adalah mengungkapkan. Dan aku pun akan merasa tenang. Tapi aku tidak melakukan hal itu, dulu.

Aku juga ingin bilang, bahwa tidak seharusnya kamu merasa bersalah. Karena memang kamu tidak salah apa-apa. Semua postingan itu hanya gambaran perasaanku saja. Itu karena aku memang biasa meluapkan semuanya lewat tulisan. Lagipula, aku juga salah. Karena sudah bersikap tak baik padamu, dengan berlaku cuek. Maaf, aku sungguh minta maaf. Bukan maksudku bersikap cuek. Itu karena aku memang bukan tipe orang yang mudah menyampaikan perasaan pada orang lain. Sehingga, aku justru jadi bersikap dingin padamu.

Oh ya, aku juga senang akhirnya aku bisa kembali bicara denganmu. Meski pun hanya lewat media sosial. Banyak yang sudah berubah pada obrolan kita. Dan jujur, sekarang aku bisa jadi lebih terbuka dan apa adanya.

Terima kasih, ya. Kamu sudah ngajarin aku banyak hal. Ngajarin aku untuk bersikap lebih dewasa dan merubah sudut pandangku tentang berbagai hal.
Terima kasih juga karena telah membuatku lebih banyak menulis tentangmu.

Dan, inilah tulisan yang aku buat untukmu. Kamu sudah membuka blogku. Dan jika kamu menyadarinya, kamu akan menemukan banyak tulisan tentang dirimu di sini. Jadi, kuucapkan selamat datang untukmu dan selamat membaca blog ini. :-)

Ungkapan

Kamis, 01 Oktober 2015

Kejadian belakangan ini, cukup menganehkan.
Ku dengar dari sahabatku, kalau kau ingin kembali dekat denganku. Ingin kembali membangun pertemanan yang putus beberapa saat.
Hingga akhirnya, kudapatkan pinmu kembali.

Maaf, jika malam itu aku mengecewakanmu.
Maaf, memang tak seharusnya aku begitu.
Maaf, aku masih sangat egois dan teringat dengan cerita yang dulu.

Sekarang, kau telah berubah.
Menjadi orang yang sangat sibuk. Sangat berbeda dengan yang dulu. Rasanya, begitu lama aku tidak bisa mengamatimu sedekat ini. Dari intensitas keaktifan medsosmu pun bisa kulihat, kau banyak mengalami perubahan.

Maaf, ini bukan waktu yang tepat bagiku untuk kembali dekat denganmu.
Memang, sejak dulu kuimpikan aku bisa menjadi teman bagimu.
Tapi sepertinya, tidak untuk sekarang. Ini bukan waktu yang tepat. Karena setiap kali kulihat percakapan singkat kita, aku masih teringat rasa sakit itu.

Aku tidak mengharapkan agar kamu mengerti. Karna kusadari, kita memang tidak pernah sama. Selalu salah paham. Setiap perkiaraanku tentangmu pun tak pernah selalu tepat. Kau melakukan sesuatu yang tak pernah terkira olehku.

Sekarang, ku pahami bahwa kita memang bukan sepasang. Selalu ada celah yang membatasi. Entah itu oleh manusia, ruang, bahkan waktu. Kita tidak pernah bisa bertemu di waktu yang tepat. Termasuk pula saat ini.

Maaf, jika aku melukaimu.
Maaf, jika aku mengecewakanmu.
Aku pun ingin jadi temanmu. Tapi, luka yang kau buat terlalu sempurna. Hingga perlu waktu lebih lama bagiku untuk sembuh.

Dan terima kasih pula.
Darimu, kutemukan banyak inspirasi untuk berkarya.

Puisi: RASA

Aku yang bodoh.
Berharap, sesuatu yang tak pantas.
Aku yang salah.
Bermimpi, yang tak pernah terwujud.
Aku yang lemah.
Selalu mengalah, hingga terus terinjak.
Aku yang marah.
Meski sejujurnya, aku tak berhak.

Kau datang membawa tawa.
Bak lentera di tengah kegelapan.
Kau pula serigala berbulu domba.
Terlihat baik, namun menyakitkan.

Aku terlalu bisu untuk bicara.
Terlalu buta untuk mengungkapkan.
Hingga kecewa hanya terpendam.
Dan tangisan tersembunyi di balik layar.

Tak pernahkah kau sadar?
Aku ini yang terus bersabar.
Meski hatiku selalu bergetar.
Namun ku coba untuk tegar.

Kini, kau kembali datang.
Mencoba untuk kembali memulai.
Namun, hari telah petang.
Dan bagiku, semuanya sudah selesai.

Goresan Pena: N. A

Puisi: KAMU

Kamu bagaikan embun
Penyejuk hati, penenang jiwa
Kamu bagaikan angin
Membawaku terbang begitu tinggi

Kamu...
Awalnya pelita di hening malam
Awalnya sinar dikala gelap
Awalnya teman dikala sepi

Kamu datang membawa tawa
Namun pergi meninggalkan luka
Seakan lupa dengan semua
Merasa tak terjadi apa-apa

Apa salahku?
Kamu tancapkan belati di hatiku
Kamu hapuskan harapanku
Kamu hancurkan semua mimpiku

Tahukah kamu?
Dalam diamku, aku menangis
Dalam bungkamku, aku kecewa
Sedang kamu? Begitu kencang tertawa

Kini, kamu kembali
Membawa cerita yang pernah kita lewati
Mengingatkan, dengan semua kenangan pedih
Tanpa kamu tahu, aku sudah terlalu letih...

Goresan Pena: N. A

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS