Cerpen: PERTEMUAN

Jumat, 23 Desember 2016


pinterest

         Gadis itu berbaring telungkup dengan sebuah guling sebagai sandaran sikunya. Matanya terus menyorot layar bercahaya dari ponsel yang ada di tangannya. Sesekali ia menggunakan ibu jari atau telunjuk untuk menggeser layar ponsel naik dan turun. Hingga tidak terasa sudah berapa kali jarum jam berputar menyedot waktu.
         Tiba-tiba saja, matanya membelalak. Mulutnya menganga luas bak gunung yang ingin memuntahkan lahar. Ia mengepalkan salah satu tangannya lalu dengan suara yang tertahankan, ia berteriak. Sekali lagi ia tatap layar ponselnya yang terus bercahaya itu. Entah apa yang dilihatnya, namun setelah itu ia terus tersenyum sepanjang hari.

***

         “Kamu tahu? Dia menghubungiku lagi.” Ucap gadis itu pada temannya lewat sambungan telepon.
         “Benarkah? Dia bilang apa?”
         Gadis itu diam. Ia hanya tersenyum, sembari mengingat lagi apa yang baru dibacanya 15 menit yang lalu.
         “Astaga, Dea! Kamu bahkan tidak mau cerita?”
         “Bukannya begitu. Dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku.”
         Kini giliran temannya yang tercenung di seberang sana.
         “Mungkin kamu menganggapnya sepele. Tapi bagaimanapun juga, itu berarti bahwa dia masih mengingatku. Dia masih memikirkanku.” Jelas gadis bernama Dea itu lagi. Kali ini ia tidak dapat menyembunyikan suaranya yang begitu melengking.
         “Kamu yakin? Mungkin saja dia tidak sengaja aktif, lalu melihat notifikasi kalau ulang tahunmu hari ini. Lagi pula, ketika seseorang mengucapkan selamat ulang tahun padamu, bukan berarti ia masih memikirkanmu. Mungkin saja saat itu kamu sepintas terlewat di benaknya. Tidak ada arti apa-apa.”
         Mendengar reaksi temannya, Dea mendengus kesal.
         “Tidak mungkin. Aku yakin kalau dia masih ingat padaku dan ulang tahunku.” Tegas Dea. Ia lantas mematikan sambungan telepon secara sepihak.

***

         Dea berjalan malas menuju tempat duduknya. Hari masih sangat pagi untuk murid datang ke sekolah. Namun, ia mengenakan seragam yang begitu rapi telah duduk di kursi dengan tenang. Diam-diam ia mencuri pandang ke kursi yang ada di sebelahnya. Apa anak itu akan masuk hari ini? Itu yang selalu Dea pikirkan. Nyatanya, teman sebangkunya yang bernama Danu itu selalu masuk. Setiap hari, kecuali di hari Minggu. Ia bahkan menjadi salah satu anak rajin dan pandai di kelas. Kebanyakan murid menyukai dirinya, sebab ia begitu humoris dengan candaannya–yang tak jarang justru terlihat aneh dan membosankan–namun tetap mengundang tawa di antara kawan-kawannya. Sayang, itu tidak berlaku pada Dea.
         Ketika guru menyuruhnya untuk duduk sebangku dengan Danu, itulah saat di mana Dea begitu merasa terhukum. Ia benar-benar terganggu dengan watak Danu yang sering bicara–meskipun pada mulanya Danu adalah anak yang pendiam–ditambah dengan sikap kritisnya yang suka mengomentari apa saja yang dilihatnya. Hal itu kerap membuat Dea tak betah berlama-lama duduk di sampingnya.
         Walaupun begitu, seakan tidak peduli dengan perilaku Dea terhadapnya. Danu tetap menyapanya ramah ketika bertemu. Walau kadang ia ragu untuk mengajak Dea bercanda, ia tetap meluapkan lelucon-leluconnya meski akhirnya akan selalu sama: tampang sinis Dea menatap Danu seolah berkata ‘Apanya yang lucu? Dasar aneh!’.
         Tetapi, bagaimanapun dalamnya palung pasti ada dasarnya juga. Begitu pula dengan kesabaran Danu. Kadang kala pabila kering hatinya, ia tidak akan mengganggu Dea. Ia akan mendiamkannya seolah mengungkapkan, ‘Beginilah yang kamu mau, bukan?’. Kalau sudah begitu, Dea sendiri yang akan merasa bersalah dan risih. Bagaimana tidak? Anak lelaki yang biasanya sangat lincah ini tiba-tiba jadi beku serupa patung. Maka, Dea pun akan mencoba mengajaknya bicara. Sedikit demi sedikit. Kemudian, mereka berteman. Lalu, Dea akan kembali kesal. Begitulah, cerita mereka selalu terulang.
         Itu terjadi ketika mereka masih berusia sekitar 10 hingga 12 tahun. Setelah itu, jangankan berkelahi, untuk saling menatap saja mereka tidak bisa. Tepat di usia kedua belas tahun, mereka menempuh jalan hidupnya masing-masing. Kendati mereka masih sempat bertukar kabar beberapa kali. Kini usia mereka sudah lima tahun lebih tua daripada saat mereka berpisah dulu. Waktu yang terlampau lama bagi sebuah kembang untuk mekar dan bersinar. Begitu juga dengan kumbang yang beranjak dewasa.


pinterest
***

         Dea kembali melihat layar ponselnya. Tidak ada pesan masuk. Tidak ada notifikasi apapun. Tidak ada telepon dari siapapun. Meskipun begitu, ia masih juga tak lelah melirik ponsel itu setiap 3 menit sekali.
         “Kamu beneran mau datang ke sini?” Tanya sebuah pesan masuk di ponselnya.
         “Iya. Mumpung, lagi liburan. Punya waktu dan kesempatan rekreasi keluarga seperti ini kan jarang sekali. Sesampainya aku di sana nanti, kita ketemuan ya. Hehe.”
         “Siap, Boss. Nanti kita ketemuan di kafe favoritku, deh. Udah lama nggak ketemu, pasti kamu banyak berubah, ya.”
         Belum sempat Dea membalas, ada pesan masuk lagi.
         “Pasti makin cantik.”
         Membaca pesan itu, semakin mekarlah bunga-bunga di hati dan pelupuk mata Dea. Senyumnya tak terberai barang sedetikpun. Baginya, dunia sudah nampak indah hanya dengan menatap secara langsung wajah kawan lamanya itu.
         “Atur saja, yang penting kita bisa bertemu. Sampai ketemu nanti, Danu.”

***


pinterest

         Cuaca sore di kota C hari itu sangat mendung. Padahal baru dua jam yang lalu Dea mendarat di kota dengan adat dan budaya yang kental tersebut. Seakan itulah cara alam menyambut kedatangannya yang dulu pernah menetap di tanah mereka. Mobil dengan serbuan rintik hujan yang semakin lama semakin deras, mengantar Dea ke rumah neneknya. Padahal, jikalau boleh berkata jujur. Ada pasal lain yang mendorongnya untuk segera sampai dan menapakkan kaki di ranah bergelombang itu. Yakni rasa yang menggebu di hatinya untuk kembali dan bernostalgia dengan masa kecil. Berdamai dengan masa lalu agar hatinya tenang untuk berpisah sejauh-jauhnya. Mengingat, kepergiannya dulu yang begitu lekas. Bahkan, tanpa menyisakan jejak untuk para pengenangnya.
         “Pa, nanti aku berhenti di kafe A, ya. Pulangnya bareng teman aja. Sebentar aja, kok, ketemuannya.”
         “Kamu yakin? Nggak mau mampir dulu ke rumah? Ketemu nenek?”
         “Nggak, Pa. Sebentar aja, kok. Lagi pula, kata temanku di dekat kafe ada toko souvenir gitu. Jadi aku mau beliin nenek sesuatu.” Dalih Dea pada Papanya. Sudah hapal betul olehnya, tabiat sang Nenek yang suka dengannya sebab materi yang selalu ia suguhkan. Tanpa itu, jangankan bertemu. Menanyakan kabarnya pun neneknya tidak pernah tidak lupa.
         Dea akhirnya sampai di kafe yang telah dijanjikan Danu. Hari itu, mereka sama-sama memakai baju merah. Kata Danu, ia sedang duduk di salah satu meja yang menghadap air mancur. Maka, dengan hati yang penuh dentuman, Dea melangkah. Dari kejauhan, ia dapat melihat sosok Danu. Tubuh kurusnya dengan kulit sawo matang begitu mudah dikenali. Semakin dekat, semakin berat langkahnya untuk berjalan. Seolah batu besar tengah diikatkan pada telapak sepatunya. Separuh tubuhnya ingin duduk di hadapan Danu dan mengobrol sepanjang sore itu. Namun, sebagian yang lain ingin berhenti melangkah. Kemudian berbalik lalu kabur menuju rumah neneknya.
         Tetapi, tiba-tiba tubuhnya melayang. Kakinya tanpa sengaja menyandung sesuatu yang lantas membuatnya terhempas ke tanah.

         BRAAKK.

***

         Dea tertegun. Beberapa kali mengerjapkan matanya, kemudian memperhatikan sekitarnya.
         “Dea? Kamu dengar aku gak, sih?” suara si Penelepon masih mengambang di ujung sambungan.
         “Kenapa? Ya, aku dengar.”
         “Dari tadi aku ngomong, kamu dengerin gak?!”
         “Eh? I.iya.”
         “Dea, jangan terlalu anggap serius pesannya itu. Sebagai teman, wajar kan, kalau dia ngucapin ulang tahun ke kamu?” terdengar si Penelepon tengah menghela napas sejenak, “Aku paham. Mungkin, kamu merasa menyesal dengan apa yang dulu kamu lakukan padanya. Lebih-lebih, kamu pergi tanpa pesan begitu saja. Tapi, bukan berarti dia selalu bisa membayangimu, kan?”
         Ada hening sesaat, kemudian si Penelepon melanjutkan, “Apalagi hadapilah kenyataan. Bahwa kamu tidak akan bisa kembali ke kota itu lagi.”
         Dea benar-benar terenyak. Ia menelan ludah begitu pahit seakan ada kerikil teramat besar sedang menyangkut di kerongkongannya. Temannya itu sudah terlalu banyak bicara. Lamat-lamat ia memahami kalimat yang disampaikannya.
         Dengan suara yang ia pelan-pelankan, Dea berkata, “Hendra, sudah dulu, ya. Aku ngantuk, mau tidur.”
         “Iya, selamat tidur.” Tutup lelaki itu di ujung telepon.
         Dengan muka masam, ia melempar handphone-nya ke kasur. Begitu pula dengan tubuhnya yang ia banting perlahan seolah-olah dengan begitu ia dapat meruntuhkan penyesalan yang ada di pundaknya. Setengah dari tubuhnya telentang, sedang kakinya menggantung di pinggir kasur. Tatapannya lurus menghadap langit-langit kamar yang temaram. Beberapa saat, bayangan Danu dan siluetnya mengambang di awang-awang. Kemudian, ia menangis.

****


Banjarmasin, 23 Desember 2016


pinterest

Books: The Girl On The Train by Paula Hawkins

Sabtu, 08 Oktober 2016



Finally, I finished reading this book!!







Saya tidak jadi kecewa dengan akhir dari novel ini. Sebab, jika saya merasa kecewa, maka tebakan saya benar. Dan untuk novel New York Times Bestseller, hal itu tidak boleh sampai terjadi. Untunglah, apa yang saya pikirkan tidak terjadi. Paula Hawkins membuka jalan dan rahasia-rahasia baru. Membuka mata kita untuk melihat semua fakta yang ada-yang dikoyak satu persatu dengan begitu rapi. Rasa lega memenuhi kepala saya. Ketika tanda tanya besar mengenai pelaku pembunuhan itu terjawab. Seseorang yang diduga dengan penuh keyakinan. Namun, ternyata saya sudah salah arah. Salah menunjuk. Salah menghakimi. Pada akhirnya, kita akan dihadapkan dengan jawaban yang mengaduk hati. Harus diakui, kita bahkan tidak bisa mengenal baik pasangan kita 100%.


Novel ini dipisah dalam beberapa sudut pandang yang berbeda. Rachel, Anna, atau Megan. Mereka memiliki ceritanya masing-masingmasa lalu mereka. Disertakan juga dengan tanggal dan hari kejadiannya. Lebih seperti buku harian, menurut saya. Dari pandangan-pandangan mereka kita bisa menyusun jalan ceritanya sendiri. Susunan alurnya. Kemudian menebak jalan cerita yang kosong. Lubang hitam dalam ingatan Rachel. Lewat sudut pandang yang berganti-ganti, kita akan mengetahui mengapa si tokoh ini menjadi begini? Mengapa si anu berbuat hal itu? Bagaimana si anu bisa mati? Semuanya disampaikan tak hanya oleh satu pihak. Membuat buku ini semakin diperkaya oleh pikiran-pikiran tokohnya yang hidup. Mereka memiliki obsesi, trauma, masa lalu, dan keinginan untuk bebas. Hal itu yang membuat kita tidak bisa menghakimi keputusan mereka sembarangan. Karena mereka punya alasan. Karakter yang kuat.

Tidak ada yang pernah menyangka, kalau kebiasannya memperhatikan sepasang kekasih yang tinggal di pinggir rel kereta mengantarnya ke dalam situasi yang buruk. Rachel, seorang pecandu alkoholyang karena itu pula ia bercerai dengan suaminya. Ia tidak pernah berhenti menatap jendela ketika kereta melewati rumah nomor dua puluh tiga. Sebab, di sanalah ia dulu tinggal. Sekarang, yang bisa ia lihat adalah pemandangan mantan suaminya, Tom dengan istri barunya, Anna yang hampir setiap saat menggendong Evie, anak mereka. Banyak hal yang menyebabkan perceraian mereka. Kebiasaan mabuk Rachel, pernikahan mereka yang belum juga mendapatkan bayi, hingga berujung pada perselingkuhan Tom dengan Anna.

Tak jauh dari rumah mereka, ada sepasang kekasih bahagia yang selalu diamati oleh Rachel. Rumah nomor lima belas, Jason dan Jess. Itu nama yang diberkan Rachel untuk mereka. Ia tidak mengenal mereka, pasangan itu baru saja pindah selang beberapa hari Rachel keluar dari rumahnya sendiri.

Suatu ketika, saat ia tengah mengamati rumah-rumah itu dari balik jendela kereta, ia melihat Jess sedang bermesraan. Lelaki yang nampak dengannya bukanlah Jason. Seseorang yang lain. Hal itu membuat Rachel biungung. Ia berpikir, betapa bodohnya Jess yang berselingkuh dengan lelaki lain. Sedangkan Jason terlihat sangat mencintainya. Rachel kemudian teringat kembali dengan kisahnya sendiri. Pernikahannya dengan Tom.

Beberapa hari setelah itu, Rachel mendapati berita di koran. Bahwa seorang wanita yang tinggal di rumah itu menghilang. Barulah ia tahu, wanita yang ia namai Jess itu bernama Megan. Dan sekarang wanita itu menghilang. Tepat di malam ketika ia sedang mabuk berat dan pergi menuju rumah Tom, mantan suaminya. Rachel sendiri tidak ingat apapun yang terjadi padanya malam itu. Ia terbangun di kamarnya dengan tubuh yang memar dan mulut yang terasa panas.

Sepanjang cerita, kita akan diajak untuk melihat orang-orang yang diduga menjadi pelaku pembunuhan Megan. Tak hanya itu, kita juga turut menilik masa lalu Megan. Siapa sebenarnya dia? Mengapa dia tega berselingkuh? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang akan terjawab dengan sendirinya.

Akhir ceritanya, menjadi bagian favorit saya. Ending yang sangat menarik.


Novel ini juga sudah diadaptasikan ke dalam bentuk film oleh DreamWorks.


Saya harap, film ini juga akan ditayangkan di Indonesia. :)
Selamat membaca.



Cerpen: Percakapan di Sabtu Malam

Sabtu, 17 September 2016


pinterest
Hari ini adalah Sabtu yang dingin.

Menusuk saat pagi, menyengat di siang hari, dan kembali sejuk di malam hari.

Ini malam Sabtu yang panjang.

Namun terasa singkat saat aku bertemu denganmu di persimpangan jalan. Kau memakai hoodie jumper berwarna abu-abu lengkap dengan tudung kepalanya. Duduk di kursi yang tidak jauh dari perempatan, tepat di bawah pohon angsana. Aku sering melewati jalan ini. Rute yang selalu kutempuh setiap malam di saat aku tidak bisa memejamkan mata. Memang, belakangan terakhir aku sering terjaga. Tidak tahu apa penyebabnya. Sehingga, aku akan berjalan-jalan sebentar keluar rumah. Mengitari perkomplekan yang luas ini dan menikmati udara malam yang dingin.

Tetapi, di antara banyaknya malam yang kuhabiskan seorang diri. Baru malam ini aku bertemu denganmu. Malam ini pula, aku pertama kali melihatmu. Lalu, aku pun memutuskan untuk duduk di sampingmu dan bertanya,
"Hai, siapa namamu?"

Kau hanya diam. Tetap menunduk dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.
"Apa aku mengganggumu?" Tanyaku lagi, "Aku belum pernah melihatmu di sini sebelumnya. Apa kau pendatang baru?"

Kau pun akhirnya menoleh ke arahku. Menatapku beberapa menit, kemudian menegakkan posisi dudukmu. Entahlah. Sebelumnya, aku berpikir kau adalah lelaki paling dingin yang pernah kutemui. Tak ada satu pun orang di dunia ini yang begitu pendiam sepertimu.

"Kau tahu? Dunia ini aneh." Itu ucapmu pertama kali.

Lelaki gila, pikirku. Aku tidak menanyakan sedikit pun pendapatmu tentang dunia. Tapi, kau malah menjawab sesuatu yang sama sekali bukan pertanyaanku. Maka, aku pun hanya bereaksi,

"Ya, semua orang tahu itu."

Kau kembali diam. Beberapa menit berikutnya, kau akhirnya kembali membuka suara, "Apa yang sedang kau cari di sini?"

"Apa? Aku tidak sedang mencari apa pun."

"Lalu, mengapa kau berada di sini?"

"Hanya berjalan-jalan sebentar. Aku tidak bisa tidur."

Mendengar jawabanku, kau justru terkekeh. Itu suara tawamu yang pertama kali kudengar. Begitu nyaring, di antara remangnya gelap malam dan purnama. "Kau ini lucu sekali."

Apa? Aku bahkan tidak sedang melucu, "Apa yang membuatmu tertawa?"

Setelah cukup mampu menahan diri, kau kembali diam. Pandanganmu mengarah ke langit. Menuju satu titik cahaya yang bersinar. Bulan. "Siapa namamu?"

Pertanyaanmu itu membuatku berubah pikiran. Kau bukan hanya lelaki terdingin, tetapi juga orang tertidaknyambung yang pernah kutemui. Aku bahkan ragu, apakah kau sebenarnya tahu bagaimana cara berbicara yang baik dan benar? Namun, karena kau adalah orang pertama yang kutemui di malam yang begitu dingin ini, maka aku pun menjawab, "Arini."

pinterest
Wajahmu masih mendongak menatap rembulan. Kau menghirup napas dalam-dalam. Memejamkan mata. Kemudian menghembuskannya perlahan. Kau mengubah posisi dudukmu. Menyandarkan leher pada sandaran kursi taman yang terbuat dari besi-yang semakin terasa dingin karena terkena embun malam-dan memasukkan kedua tanganmu ke kantong hoodie-mu.
“Pergilah dari sini! Ini bukan tempatmu."

Aku memicingkan mata. Semakin yakin, aku telah membuang waktuku untuk mengobrol dengan orang gila yang tersesat hingga duduk di kursi taman komplekku. Aku membuat jarak denganmu. Mengambil beberapa senti menjauh dari posisi awal.

"Kau yang harusnya pergi dari sini. Sejak awal aku berada di tempat ini. Sedangkan kau? Melihatmu pun, aku baru hari ini."

"Dunia ini aneh ya." Itu ulangmu lagi.

"Ya, sama anehnya denganmu."

"Tahukah kau, Arini? Kalau dunia itu sering terbalik."

Aku kemudian mendelik ke arahmu. Tidak salah dengarkah aku? Kau menyebut namaku tadi. "Ya, karena dunia itu seperti roda. Ia akan berputar terus-menerus."

Kau membuka matamu. Kembali menatap rembulan yang semakin cemerlang, lalu menoleh ke sampingmu-ke arahku yang sudah duduk menjauhimu. "Bukan itu maksudku. Terbalik dalam arti yang sebenarnya."

Itulah saat pertama kalinya aku melihat wajahmu dengan sangat jelas. Kau memiliki kulit yang cokelat. Rambut hitam legam dengan alis yang tipis namun panjang dan hampir bertaut. Ada satu hal yang paling indah di wajahmu. Kau memiliki tatapan yang meneduhkan. Bias cahaya rembulan, semakin menambah keindahan pada matamu. Entahlah. Seketika, aku tersihir olehmu.

"Arini, dunia ini tidak pernah bisa memuaskan setiap manusia, bukan?" Tanyamu, seraya kembali menatap rembulan.

Aku tidak menjawab. Mungkin, kali ini aku yang dibiarkan bisu dan terus mendengarmu. Orang asing yang bahkan baru malam ini kutemui.

"Banyak orang hidup namun merasa sudah mati. Begitu pun dengan orang mati yang merasa tetap hidup." Ada jeda sejenak, kemudian kau melanjutkan, "Sepertimu."

Aku mengernyitkan dahi. Apa yang baru saja orang gila di depanku ini katakan? Dia menyebutku apa?

"Arini, sadarkah kau bahwa kau ini sudah mati?" Tanyamu memperjelas.

Aku mendelik tajam. Tidak tahan dengan semua omong kosong yang kau katakan sejak tadi. "Apa maksudmu? Jika kau tidak ingin berteman dan merasa terganggu, lebih baik katakan saja. Jangan malah berucap seperti itu!"

Kau akhirnya menoleh padaku. Menatapku lekat-lekat. Seakan menerobos dada hingga ke dalam jantung. Aku merasa tenggorokanku tersangkut. Membuatku tertahan dan tidak bisa berkata sepatahpun.

"Sudah berapa banyak malam yang kau lewatkan dengan terjaga seperti ini? Kau hanya mengulang malam yang sama. Kau tetap berada di sini. Tidak pernah berjalan ke mana pun."

Rahangku terasa mengeras. Dingin yang semula biasa, kini terasa mulai menusuk seluruh tubuhku. Oh, bagaimana aku bisa seperti ini? Aku bahkan tidak memiliki tubuh. Dengan getir aku akhirnya bertanya, "Bagaimana kau tahu bahwa aku sudah mati? Sedangkan aku sendiri tidak menyadarinya?"

Kau tersenyum kecil, kembali menatap rembulan yang kini separuh tertutup awan gelap.

"Sejak kecil, aku bisa melihat kematian. Di dunia ini, ada banyak sekali kematian yang aku yakini, kau tidak akan pernah sanggup melihatnya. Itulah mengapa aku berkata, bahwa dunia ini sering terbalik. Aku hidup, namun dengan kemampuan ini aku merasa seolah-olah telah mati. Sedangkan kau? Kau telah mati, tetapi merasa tetap hidup."

Aku lemas mendengarnya. Menyandarkan tubuhku yang ringan pada bangku taman yang tidak terasa apapun lagi. Ikut menatap rembulan seperti kau, "Bagaimana aku bisa begini?"

"Coba kau pikir, kenapa orang mati masih dibiarkan melangkah di bumi? Menghirup angin malam dan melewati jalan yang sama?"

Aku melirik ke arahmu. Berdehem sembari mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum ini. "Pasti ada sesuatu yang belum selesai."

Kau diam mendengar kesimpulanku. "Terima kasih sudah menyadarkanku." Ucapku lagi.

"Ya, aku hanya ingin membantumu."

Ada jeda sejenak,
"Kalau begitu, maukah kau membantuku lagi? Sebenarnya, aku masih belum tahu apa yang harus kuselesaikan."

Kau menoleh ke arahku. Menegakkan posisi dudukmu, lalu tersenyum. Lebih ramah dan tulus. "Dengan senang hati."

Beberapa saat, aku dan kau terdiam. Menatap pada rembulan yang bersinar di langit malam. Hanya terdengar hembusan angin malam dan jangkrik yang berbunyi. Malam ini terasa benar-benar sunyi. Saking sunyinya, sampai aku bisa mendengar suara detak jantungmu yang teratur.

"Jadi, siapa namamu?" Tanyaku lagi.

"Panggil saja aku Andrea."




Malam semakin larut dan dingin terus menyeruak. Malam yang begitu panjang. Namun terasa singkat saat aku telah mengetahui semua kebenarannya. Seakan waktu segera habis dan aku harus cepat menyelesaikan tugasku. Mengakhiri sesuatu yang belum berakhir.

pinterest

*****

Review Film: The Conjuring 2

Sabtu, 25 Juni 2016

Selamat malam!

Sesuai postingan sebelumnya, saya ingin membuat review film The Conjuring 2. Ya, kebetulan beberapa hari yang lalu saya nonton film ini bersama dua sahabat saya. Padahal, saya mengira kalau penontonnya tidak akan terlalu banyak. Mengingat film ini sebenarnya sudah hampir 2 minggu lebih tayang di bioskop. Tapi, ternyata peminatnya masih sangat banyak. Saya dan teman-teman saya sampai harus memilih film pada jam 15.30 karena memang tinggal jam segitu yang tersisa. Kami sampai harus buka puasa di dalam bioskop-_-.

Well, meskipun pengorbanan waktu untuk nonton film ini cukup banyak, tapi saya sangat sangat sangat puas sekali dengan hasilnya. Filmnya kerenn..
Ya, jadi lebih baik saya mulai saja review film yang bertele-tele ini. Maafkan saya--"

***

sumber: google.com

Tanggal liris: 10 Juni 2016
Sutradara: James Wan
Skenario: James Wan, Chad Hayes, Carey Hayes, David Leslie Johnson
Pemain: Vera Farmiga (sebagai Lorraine Warren), Patrick Wilson (sebagai Ed Warren), Madison Wolfe (sebagai Janet Hudgson), Frances O'Connor (sebagai Peggy Hudgson), Bonnie Aarons (sebagai demon Nun), Simon McBurney (sebagai Maurice Grosse), dll.
***

Seperti yang sudah kalian ketahui, film ini diangkat dari kisah nyata keluarga Hudgson. Menceritakan tentang Janet, salah satu anak perempuan Peggy Hudgson yang sering mengalami kejadian aneh. Awalnya tak ada yang percaya, namun semakin hari kejadian aneh terus terjadi di rumah mereka. Mulai dari mobil mainan yang hidup sendiri saat tengah malam, remote tv yang berpindah, kursi yang berpindah, hingga Janet yang sering berjalan saat ia tidur(sleep walking) padahal ia sudah mengikat tangannya pada ranjang agar ia tidak berpindah tempat saat tertidur.

Semakin seringnya kejadian aneh itu, tak tanggung-tanggung bahkan hantu yang berada di rumah itu juga menyerang Janet dan keluarganya. Mereka sempat mengungsi di rumah tetangganya dan memanggil polisi untuk meminta bantuan. Tapi, ketika polisi datang dan melihat kursi yang berpindah dengan sendirinya, mereka menyatakan tidak mampu menyelesaikan masalah itu.

Berita tentang rumah Hudgson yang berhantu itu sampai diberitakan di koran-koran. Beberapa peneliti dan paranormal juga sempat melakukan penyelidikan. Maurice, salah satu yang membantu keluarga Hudgson (saya lupa dia sebagai peneliti atau paranormal--") yang awalnya tidak percaya dengan hal yang berbau hantu atau roh, setelah melihat sendiri Janet yang kerasukan hantu dari rumah itu pun akhirnya percaya dan bersedia membantu Janet dan keluarganya. Janet yang selalu mengalami gangguan. Ia sering kerasukan hantu kakek-kakek yang pernah tinggal di rumah itu dan selalu jadi obyek bagi hantu kakek itu untuk mengganggu orang lainnya.

Berita itu sampai pada paranormal handal Lorraine dan Ed Warren. Awalnya, Lorraine menolak untuk membantu. Itu karena pada kegiatan pengusiran roh sebelumnya- di rumah Amityville- Lorraine bertemu dengan iblis The Nun yang sangat menyeramkan. Dari pertemuan itu, Lorraine mendapatkan bayangan akan kematian suaminya, Ed Warren. Sejak kasus itu, ia enggan melakukan kegiatan paranormal lagi, karena ia tahu nyawa Ed mungkin juga akan terancam bahaya.

Ed kemudian membujuknya untuk tetap membantu keluarga Hudgson. Dan pastur di gereja (pastur yang sama dalam film The Conjuring 1) juga memastikan akan menarik mereka dari kasus itu jika terbukti kasus itu hanya hoax.

Singkat cerita, dari hasil perbincangan antara Ed dan Janet(yang dirasuki oleh hantu kakek-kakek) diketahuilah bahwa hantu kakek itu bernama Bill Willkins. Ia pemilik rumah itu beberapa tahun sebelum keluarga Hudgson tinggal di sana. Berusia (kalau tidak salah) 78 tahun dan meninggal tepat di kursi sudut ruangan(yang diduduki Janet saat itu) karena darah tinggi. Ketika ditanya mengapa ia kembali lagi ke dunia, dia hanya menjawab bahwa dia ingin bertemu keluarganya lagi.

***

Oke, sepertinya sinopsis film ini cukup sampai disini saja. Karena kelanjutannya, kalian harus melihatnya sendiri. Yakin, kalian nggak bakalan nyesel!!

Bagaimana kelanjutan kasus Ed dan Lorraine kali ini? Apakah mereka terus melanjutkan kasus ini? Karena, pada pertengahan film diketahui kalau Janet sendiri yang membuat kekacauan- seseorang merekam Janet saat ia terkunci di dapur dan dari hasil rekaman, terlihat kalau Janet sendiri yang melemparkan piring dan meja seolah-olah ia sedang kerasukan. Lalu bagaimana dengan iblis The Nun yang selalu menghantui Lorraine? Apakah kasus ini benar-benar membawa Ed pada kematiannya?

Hadeh, tonton ajalah ya pokoknya.. hehehe

***

Adegan demi adegan di film ini akan membuat kalian terkejut berkali-kali. Bahkan, sejak beberapa menit di awal film. Kelemahan dari film ini, hmm.. saya masih nyari. Tapi, banyak yang berpendapat kalau hantunya kurang menyeramkan. Saya yakin, kalian pasti sudah melihat wajah The Nun bernama Valak yang sudah banyak dibuat meme di sosial media.

Sumber: google.com

Meskipun begitu, film ini sangat recommended banget buat ditonton. Alur ceritanya yang menarik (terlebih karena film ini based on true story) dan adegan-adegan horor yang selalu berhasil membuat kita menutup mata atau berteriak saking kagetnya. Malah, saya berpendapat kalau The Conjuring 2 ini lebih bagus daripada The Conjuring 1. Untuk kesekian kalinya, James Wan selalu berhasil membuat saya terpukau dengan karyanya. Kayaknya, nanti saya akan membuat postingan tentang sutradara keren yang satu ini. #maafsalahfokus-_-

Oke, sepertinya cukup ini saja review saya mengenai film The Conjuring 2. Sebagai tambahan, saya berikan trailer filmnya. (yang sebenarnya sudah tersedia di Youtube--"). Sampai bertemu di postingan berikutnya.




Rating: 9.5/10

Review Film: The Unborn

Jumat, 24 Juni 2016

Selamat malam!

Seperti judul di atas, kali ini saya ingin me-review film yang berjudul The Unborn. Mungkin, dari judulnya kalian sudah bisa memperkirakan sendiri bagaimana cerita dari film ini. Atau bahkan kalian juga sudah pernah menonton filmnya? Maklum lah ya, ini termasuk film lama. Saya sendiri dapat film ini gara-gara minta sama teman. Jadi, baru bisa nonton deh,, #maafcurhat

Sebenarnya, beberapa hari yang lalu saya juga baru nonton The Conjuring 2. Dan rencananya juga mau nulis review tentang film itu. Tapi, gak kesampaian sampai sekarang-_-
Mungkin, dilain waktu saya bisa nge-review film itu. Yang jelas, The Conjuring 2 termasuk salah satu film horor yang saya recommended banget buat ditonton!! Menurut saya, bahkan lebih seru The Conjuring 2 daripada film pertamanya. Dijamin, kalian nggak bakalan kecewa dengan film karya James Wan ini.

***

sumber: google.com

Tanggal liris: 9 Januari 2009
Sutradara: David S. Goyer
Produser: Michael Bay, Brad Fuller, Andrew Form
Pemain: Odette Yustman (sebagai Casey Beldon), Gary Oldman (sebagai Rabbi Sendak), Cam Gigandet (sebagai Mark Hardigan), Meagan Good (sebagai Romy), Jane Alexander (sebagai Sofi Kozma)


Film ini bermula ketika Casey mulai bermimpi dan dihantui oleh seorang anak laki-laki. Ia tidak mengenal siapa anak laki-laki itu. Suatu ketika, Casey mendapati bahwa matanya berubah warna. Setengah biru. Ditemani dengan Mark, pacarnya, ia pun memeriksakan diri ke dokter. Saat itulah, dia baru tahu ternyata dia memiliki seorang saudara kembar laki-laki. Namun, saudaranya itu tidak selamat saat dikandungan ibunya. Saudara kembarnya meninggal karena terlilit tali pusar miliknya. Ayahnya memberi julukan untuk kembarannya itu dengan sebutan "Jumby". (kalau nggak salah, julukannya itu-_-)


Wait! Kalau kalian berpikir bahwa kembaran Casey itu ingin balas dendam pada Casey, maka kalian salah besar. Salah banget.
Apalagi kalau mikir, saat dalam kandungan, Casey justru memakan kembarannya sendiri!
*itu perkiraan saya sebelumnya-_-* Karena, memang ada adegan Casey bermimpi melihat tubuhnya berbaring disamping hantu anak laki-laki itu. Dan anak laki-laki itu membuka perut Casey. Ditambah, ada seorang anak tetangga yang pernah mengatakan kalau Jumby ingin dilahirkan.

Back to the story, Casey mulai penasaran dengan hantu anak laki-laki yang menghantuinya beberapa hari terakhir. Ia mulai mencari informasi mengenai saudara kembarnya itu. Ia kembali membuka beberapa dokumen mengenai kehamilan ibunya dulu. Ya, Ibunya meninggal beberapa tahun lalu. Ia sempat depresi kemudian bunuh diri dengan cara gantung diri. Saat mencari informasi itulah, Casey menemukan potongan koran yang menggaris bawahi nama Sofi Kozma.

Singkat cerita, Sofi Kozma itu ternyata adalah neneknya Casey. Sofi bercerita bahwa ia juga memiliki saudara kembar seorang laki-laki bernama Barto. Bartolah anak laki-laki yang sering menghantui Casey. Sofi juga menjelaskan, kalau dulu, ia dan Barto serta anak-anak kembar lainnya dikumpulkan untuk dijadikan percobaan Nazi. Mata mereka disuntikkan sesuatu, akibat dari suntikan itu menyebabkan kebutaan. Bahkan kematian, dan itulah yang terjadi pada Barto.

Tak lama setelah kematiannya, Barto hidup kembali. Tapi, sebagai saudara, Sofi bisa merasakan bahwa roh yang hidup dalam tubuh Barto bukanlah dirinya. Kalian tahu? Roh yang hidup dalam tubuh Barto semacam roh yang tidak bisa masuk surga. Roh itu mencari tempat untuk bisa kembali ke dunia lagi. Serupa dengan setan yang ada di film Insidious. Roh itu memasuki tubuh Barto, karena anak kembar memiliki peluang lebih besar untuk bisa menjadi pintu bagi para roh untuk masuk ke dunia nyata. Roh jahat itu bernama Dybbuk.

#Jujur saja, jalan cerita film ini benar-benar diluar dugaan saya. :3

Setelah tahu kebenarannya, Sofi pun menyuruh Casey untuk meminta bantuan pada Rabbi untuk melakukan pengusiran roh setan. Sempat tidak percaya, tapi akhirnya Rabbi pun mau membantu Casey. Di tengah-tengah film, Sofi meninggal karena dibunuh oleh Dybbuk yang memasuki tubuh salah satu kakek tua yang tinggal di panti jompo- tempat Sofi tinggal. Romy, sahabat Casey juga meninggal karena dibunuh Dybbuk yang merasuki tubuh seorang anak kecil.

Sofi pernah mengatakan, bahwa Dybbuk akan mengisolasi Casey. Ia akan membunuh semua orang yang membantu Casey, baik itu keluarga, sahabat, atau siapa pun. Ia akan membuat Casey semakin lemah, karena sebenarnya tubuh Casey-lah yang ia inginkan.

Akhir dari film ini cukup miris (menurut saya). Karena, saat pengusiran roh jahat itu, Dybbuk merasuki tubuh Mark, pacarnya. Bertepatan saat mantra pengusiran Dybbuk diucapkan, roh jahat itu menghilang dan tubuh Mark terlontar jauh hingga jatuh dari lantai atas gedung tempat Ibunya Casey dulu bunuh diri. Mark meninggal. Bagi saya, ini cukup menyedihkan. Karena, Mark merupakan pacar yang sangat sangat sangat baik dan setia. Ia begitu mencintai Casey dan selalu membantu Casey.

Untuk penutup filmnya, kalian akan mendapat kabar kalau Casey hamil. Ia sempat berhubungan dengan Mark. Dan seperti kasus anak kembar lainnya, Casey juga hamil sepasang anak kembar.

***

Pendapat saya untuk film ini, cukup menarik. Hmm.. ceritanya berbeda dari ekspetasi awal saya ketika membaca judulnya. Bahkan sangat jauh berbeda. Namun, bagi saya hal itu termasuk kelebihan dari film ini. Karena, membuat penonton lebih tertarik dan bertanya-tanya dengan kelanjutan film ini. Karena jalan ceritanya yang out of the box dari perkiraan.

Tetapi, ada beberapa bagian yang sedikit membingungkan untuk saya. Misalnya, seperti kenapa anak tetangga yang diasuhnya juga ikut terbawa dalam masalah ini? Selain itu, ketika pengusiran roh yang menjadi klimaks dari film ini, justru kurang saya dapatkan feel-nya. Ya, adegannya terlalu biasa menurut saya. Dybbuk yang menjadi pusat perhatian saat itu kurang terlalu ditampilkan. Hanya berupa sosok luarnya yang merasuk pada tubuh orang lain saja.

Terlepas dari kekurangan itu, film ini cukup menghibur untuk kalian yang ingin mencari tontonan horor di malam hari. Film ini mampu membuat detak jantung kalian terpacu dan membuat kalian bergidik ngeri.

***

Trailer The Unborn:


Rating: 8.5/10

Review Buku: Jatuh Cinta Awalnya Sederhana karya Anggrek Lestari

Sabtu, 18 Juni 2016

Selamat pagi!

Tidak terasa, sekarang sudah hari ke-14 puasa di bulan Ramadhan tahun ini, ya. Semoga kita semua tetap dapat menjalankan ibadah puasa tahun ini dengan baik dan penuh semangat. :)

Oke, hari ini saya ingin menulis review tentang sebuah buku. Sebenarnya saya baru selesai membacanya tadi subuh, seusai makan sahur. (gak penting, ya). Dan karena saya sangat tertarik dengan buku ini, maka saya pun berinisiatif untuk me-riview-nya. Semoga setelah membaca review ini, kalian juga akan sama tertariknya seperti saya.


 ***


Sumber: nuratika012.blogspot.com



Judul Buku    : Jatuh Cinta Awalnya Sederhana
Penulis          : Anggrek Lestari
Penerbit        : PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO
Tahun Terbit  : 2016
ISBN            : 978-602-02-8661-7

Bagaimana perasaanmu jika kamu tahu, kalau orang yang sangat kamu cintai justru memanfaatkanmu untuk mendapatkan seseorang yang ia inginkan?
Apa yang akan kamu lakukan, jika seseorang dari masa lalumu, yang telah meninggalkanmu dengan harapan yang semu, kini datang kembali dengan perasaan yang sama? Bahkan lebih besar dari yang dulu.
Lalu, apakah kamu akan memaafkan orang yang dulu, pernah meninggalkanmu dengan alasan yang begitu menyakitkan, ketika dia datang lagi dan menyesali semua perbuatan bodohnya?

Itu adalah pertanyaan paling mendasar dari cerita dalam buku ini. Dan kamu akan tahu jawabannya, ketika membaca buku ini sampai selesai.

Buku ini bercerita tentang Marina. Seorang selebtwit yang berpacaran dengan pengacara bernama Franko. Dia sangat mencintai Franko dengan tulus. Meskipun Franko selalu cuek padanya. Dia menganggap bahwa itu adalah memang perilakunya dan selalu berpikir positif mengenai hal itu. Tanpa sebenarnya dia ketahui, bahwa Franko memacarinya hanya untuk mengecoh takdir.

Ya, Franko ingin mengecoh takdir.
Dan pada hakikatnya, siapa pun yang berani mengecoh takdir, justru akan terjebak dalam permainannya sendiri.

Franko memacari Marina hanya untuk memancing agar Flo (mantannya Franko) kembali lagi kepelukannya. Dia lebih mementingkan egonya sendiri dengan berencana akan memutuskan Marina setelah dia berhasil mendapatkan Flo lagi.

Flo sendiri, adalah seorang perempuan yang gila harta dan ketenaran. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya itu. Saat itu, Flo berstatus sebagai pacar Aksan (kakak Marina) yang saat itu mulai terkenal karena mengikuti kompetisi menyanyi Rising Star. Flo mendekati Aksan hanya untuk meningkatkan kepopulerannya.

Dalam pesta ulang tahun Marinalah, Flo dan Franko kembali bertemu. Sejak itu mereka kembali dekat dan mulai menjalin hubungan lagi. Sementara Marina dan Aksan tidak mengetahui hal itu sama sekali. Kemudian, muncul juga tokoh bernama Rij. Dia adalah cinta lama Marina yang sangat membekas di hatinya.

Dulu, Marina dan Rij saling menyukai. Marina selalu mengutarakan perasaannya itu tanpa malu-malu pada Rij. Setiap mendengarnya, Rij hanya tersenyum penuh kegembiraan dan mengucapkan kalimat-kalimat manis yang membuat hati Marina melayang. Meskipun begitu, Rij tidak pernah memberi kepastian pada Marina. Dia belum berani untuk berkomitmen. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa lebih baik langsung menikah saja daripada pacaran. Dan saat itu, mereka masih belum pantas untuk menikah.

Rij tidak pernah menyatakan perasaannya sekali pun pada Marina. Sampai akhirnya dia harus pergi ke Jakarta dan meninggalkan Marina di Medan dengan penuh ketidakpastian dan harapan semu. Setelah kepergian Rij, Marina tidak ingin terus bersedih dan menunggu sesuatu yang tidak pasti lagi. Dia kemudian bertemu dengan Franko dan menjalin hubungan dengan pengacara itu.

Singkat cerita, setelah Franko berhasil mendapatkan Flo kembali, dia akan melepaskan Marina. Rencananya mengecoh takdir itu gagal ketika dia baru menyadari bahwa yang sebenarnya tulus mencintainya adalah Marina. Selama ini Franko hanya mengutamakan egonya untuk memiliki Flo. Dengan iming-iming kesenangan dan kepuasan batin yang tak akan pernah memperoleh kebahagiaan sejati. Justru bersama Marinalah dia bisa merasakan kebahagiaan.

Di lain sisi, kesetian Marina juga diuji. Cinta lamanya, Rij, kembali membuka masa lalunya. Ada bagian pada hatinya yang masih menginginkan Rij tetap di sisinya. Namun, dia juga tidak bisa menahan Rij untuk bersamanya. Karena, bagaimana pun juga Marina adalah pacar Franko. Dan dia tidak mungkin memutuskan Franko untuk bersama Rij. Sampai akhirnya, Rij sendiri yang melepaskan Marina. Rij menyadari bahwa dia tidak bisa mendapatkan Marina lagi. Kesalahnnya untuk tidak menyatakan perasaan dulu, membuatnya harus kehilangan Marina.

Lalu, bagaimana akhir dari cerita ini?
Apakah hubungan Franko dan Marina akan terus bertahan? Atau justru Marina akan bersama dengan Rij?
Belum lagi, ditambah dengan masalah keluarga Marina. Di mana Ayahnya yang dulu meninggalkan dia, Ibunya, dan Aksan karena bertemu dengan cinta masa lalunya kini datang lagi ke kehidupan mereka. Kemudian, Aksan yang sangat membenci Marina karena menganggap bahwa Marinalah yang menyebabkan kepergian Ayah mereka. Dan, tentang Franko. Pengacara muda yang penuh akan gemerlap kekayaan dan ego yang tinggi, namun sebenarnya sangat miskin kasih sayang dan ketulusan dari orang-orang di sekitarnya.

***

Sumber: nuratika012.blogspot.com

Ide cerita dalam buku ini sangat menarik. Banyak pelajaran yang saya petik dari setiap bab yang saya lewati. Misalnya, tentang orang yang sering mencapai apa yang ia inginkan, dan lupa dengan apa yang sebenarnya dia butuhkan. Sehingga dia berusaha untuk mengecoh takdirnya, yang tanpa dia sadari bahwa "kecohannya" justru berbalik menikam dirinya sendiri. Bagaimana pun juga, selalu ada andil Tuhan dalam setiap cerita kehidupan.

Selain itu, saya suka dengan penulisan Kak Anggrek. Yang sederhana namun mengandung nilai sastra yang tinggi. Kalau kalian membaca buku ini, kalian akan menemukan beberapa paragraf yang kalimatnya ditulis bersajak atau persamaan bunyi. Contohnya, pada salah satu halaman yang bunyinya begini:

Tanpa Marina sadari, semakin dia bertanya untuk meyakinkan diri, semakin keraguan menghampiri. Karena, sejatinya menanyai adalah awal meragui, meski suatu saat bisa menemukan jawaban untuk kembali mempercayai.
 
Penggunaan bahasa daerah Medan juga menjadi suatu ketertarikan tersendiri. Karena, itu dapat menambah kosa kata yang saya miliki.

Namun, ada juga beberapa penulisan yang mungkin luput dari perbaikan. Karena, saya menemukan ada kata yang salah ketik atau tanda baca yang berlebih. Dan, sudut pandang yang tiba-tiba berubah. Tetapi hal itu tidak mengurangi keseruan dari cerita itu sendiri. Justru, menjadi pelajaran untuk kita agar lebih baik dan teliti lagi dalam menulis.

Nah, jadi kalian harus baca buku ini!
Khususnya untuk anak muda. Karena, akan ada banyak hal baru yang akan kalian dapatkan dengan membaca buku ini. Bahkan dapat mengubah pendapat kalian tentang jatuh cinta. Oh ya, juga banyak quotes yang akan kalian temukan. Tentunya itu sangat menarik, karena kalian akan jadi terlihat lebih bijak dalam menghadapi perasaan jatuh cinta. Salah satu quotes yang paling saya suka adalah:


"Kau tidak mengabadikan mereka yang hilang dengan menulis mengenai mereka. Bahasa menguburkan, tidak membangkitkan kembali."

- The Fault In Our Star


"Buku ini mengajarkan kita bahwa tidak semua keinginan kita selalu benar. Terkadang, kita justru lupa apa yang sebenarnya kita butuhkan." (Nur Atika, penikmat buku dan blogger)

Oh ya, kalian juga bisa mengunjungi langsung Kak Anggrek Lestari melalui blognya:
Selamat membaca :-)
Rating: 3.5/5 

CUKUP

Rabu, 15 Juni 2016

Hallo, selamat malam!

Dalam postingan kali ini, saya ingin menepati janji pada postingan yang lalu klik disini!
Yaitu mengenai Progam Bina Antarbudaya yang pernah saya ikuti. Sebelumnya saya minta maaf, karena sebenarnya ini informasi yang sangat sangat sangat lama. Bahkan sebelum bulan Ramadhan, namun karena berbagai hal (baca: malas, nonton film, tidur-tiduran, dan sibuk jalan-jalan) akhirnya saya baru dapat menuliskan pengalaman itu sekarang.

Oke, langsung saja pada inti yang ingin saya ceritakan.

Sebelumnya, telah saya jelaskan di postingan yang lain, klik disini!  bahwa saya mengikuti progam pertukaran pelajar beberapa bulan yang lalu. Hal itu dimulai dari sosialisasi Student Exchange di sekolah dan tugas wawancara dari salah satu mata pelajaran.

Kegiatan itu menambah minat saya untuk mencoba berpartisipasi dalam progam tersebut. Setelah mengisi formulir secara online, tepat pada bulan Mei, saya mengikuti tes tahap pertama. Menunggu hasilnya cukup lama, hampir 2 minggu lebih. Dan, sehari sebelum UAS berlangsung, saya mendapat kiriman e-mail dari salah satu Kakak Panitia progam tersebut.

Dapat kalian tebak apa hasilnya????

































Alhamdulillah, saya lolos seleksi tahap pertama dengan baik. :-)





E-mail itu memuat dua lampiran. Satu untuk daftar para peserta yang lolos seleksi tahap pertama dan satunya lagi untuk menjelaskan semua persyaratan tambahan yang harus dipenuhi. Kami diberikan waktu seminggu untuk melengkapi berkas-berkas. Tapi itu tidak mudah, mengingat kami sedang melaksanakan Ulangan Akhir Semester Genap.

Seleksi tahap kedua itu sendiri, berupa tes wawancara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kata kakak kelas saya- yang pernah mengikuti progam itu- memberi saran kalau lebih baik kita menonjolkan kelancaran berbahasa Indonesia. Hal itu dikarenakan, saat lolos ke tahap nasional kita akan dipertemukan dengan banyak perwakilan dari daerah lain. Dan tentunya, kita harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kalau untuk bahasa Inggris, lebih kepada hal-hal yang bersifat dasar. Seperti pertanyaan: siapa namamu? Tempat dan tanggal lahir? Alamat dan sekolah? Pilihan negara yang ingin dituju serta alasan mengapa kita memilih negara itu.

Selama seminggu itu, saya sibuk mengumpulkan berbagai berkas. Pergi kesana dan kesini, memfotokopi, mencetak foto, melegalisir berkas, mengurus surat rekomendasi, hingga memprint out formulir yang pernah saya isi pada awal pendaftaran. Untungnya, saya tidak sendirian. Banyak teman yang satu sekolah dengan saya juga lolos dalam seleksi itu. Dan kami bersama-sama saling membantu jika ada hal-hal yang belum kami pahami.

 
Tepat hari terakhir pengumpulan berkas, hari Sabtu.
Ada seorang teman saya yang juga baru ingin mengumpul pada hari itu. Rencananya, kami ingin mengumpulnya pada sore hari.
Saat itu, sesuatu terjadi pada diri saya.

Ketika saya mengecek ponsel, saya menerima pesan dari teman saya bahwa dia sudah mengumpulkan berkasnya ke tempat dimana progam itu dilaksanakan. Beberapa menit saya sempat ragu ingin membalas pesannya. Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk mengirim pesan yang isinya:

"Aku tidak jadi ikut progam itu,."

***

Keesokan harinya, tepat seleksi tahap dua dilaksanakan.
Saya tidak hadir.

Beberapa teman menanyakan tentang keberadaan saya saat itu. Mengapa saya tidak hadir? dan Kenapa saya tiba-tiba membatalkan untuk melanjutkan seleksi ini?

Ada banyak pertimbangan yang saya pikirkan untuk memutuskan hal ini. Saya mengingat lagi pada niat awal untuk ikut progam ini. Karena saya sangat menyadari, bahwa ada satu hal yang pada akhirnya akan menuntut saya untuk tidak melanjutkan progam ini lagi. Jadi, daripada menunggu sampai akhirnya, maka lebih baik saya mengundurkan diri terlebih dulu. Toh, setidaknya saya memberi kesempatan lebih longgar untuk peserta lain yang memang benar-benar berminat untuk ikut progam ini.

Saya masih ingat jelas, bahwa niat awal saya adalah untuk menambah pengalaman baru. Saya ingin tahu bagaimana rasanya mengikuti seleksi dan menjawa soal-soal pengetahuan umum dengan cakupan yang luas. Saya hanya ingin coba-coba. Karena, pada tahap seleksi pertama pun saya bahkan tidak menceritakan hal itu pada orang tua.

Saya berjanji pada diri saya sendiri, kalau saya bisa lolos seleksi ini, baru saya akan menceritakan hal ini pada orang tua. Apakah dilanjutkan atau tidak. Dan kalau saya tidak lolos, maka anggaplah ini pengalaman baru.

Setelah menerima e-mail tersebut, ternyata hasilnya diluar dugaan.
Sesuai dengan janji sebelumnya, saya pun memberitahukan hal itu pada orang tua. Saya mengira bahwa mereka akan kaget dengan apa yang saya sampaikan. Namun, ternyata mereka bersikap santai dan menanyakan balik bagaimana pendapat saya tentang hal itu.

Pada akhir perbincangan, saya mendapat kesimpulan bahwa orang tua tidak mengizinkan saya untuk ikut progam itu. Tetapi, kalau niatnya hanya untuk menambah pengalaman maka saya boleh tetap melanjutkan seleksi.

Itulah yang menyebabkan saya tetap memenuhi berbagai berkas selama seminggu. Saya masih ingin mencoba seberapa jauh kemampuan saya. Namun, ada satu peristiwa yang akhirnya membuat saya berpikir kembali tentang hal ini.
Ketika meminta surat rekomendasi dari salah seorang guru-salah satu guru favorite saya- saya menjelaskan sedetailnya alasan saya ikut progam itu. Begitu pun dengan pendapat orang tua saya. Dan beliau berpendapat bahwa, seharusnya kalau saya mengikuti progam itu, saya harus bersungguh-sungguh. Sayang, jika saya sudah berusaha namun saya tahu kalau pada akhirnya saya juga tidak akan pernah berangkat.

Saya memikirkan ulang ucapan beliau. Ada benar dan ada salahnya juga. Paradoks.
Benar dan salah pada waktu yang sama. Benar karena, seharusnya saya bersungguh-sungguh untuk berangkat. Menyiapkan segala hal. Mungkin saja, jika saya melanjutkan seleksi lebih jauh lagi, banyak peserta lain yang kemungkinan kesempatannya berkurang (padahal mereka bersungguh-sungguh untuk ikut) sedangkan saya sendiri hanya berniat untuk coba-coba. Salah karena, saya juga berhak untuk melanjutkan. Apapun alasannya. Karena, saya sendiri percaya bahwa tidak ada usaha yang sia-sia dalam hidup ini. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, pasti akan ada sesuatu yang kita dapatkan. Hitung-hitung, saya menambah pengalaman hidup.

Namun, pada akhirnya saya pun harus menentukan pilihan.
Dan, saat itu saya memilih untuk tidak melanjutkan seleksi tersebut.
Cukuplah bagi saya pengalaman untuk ikut seleksi pertama, bersaing dengan berbagai murid dari sekolah lain pada tahap pertama. Menjawab soal pengetahuan umum, bahasa Inggris, dan menulis esai. Setidaknya, saya sudah berani mencoba. Guru saya benar, alangkah lebih bijak jika kesempatan untuk seleksi kedua ini saya berikan pada orang-orang yang memang benar-benar niat untuk berangkat. Dan semoga mereka berhasil dengan tujuannya.
 

MOVE ON

Kamis, 09 Juni 2016

Kata orang, "kalau kamu mau move on dari seseorang, kamu harus bisa melupakan dia."

Apa kalian setuju dengan kalimat itu?

Pada awalnya, saya setuju. Sangat setuju.
Setidaknya untuk beberapa saat, kita harus melupakan seseorang yang pernah datang dalam hidup kita. Pada awalnya memang sulit. Itu dikarenakan belum mampunya kita untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kebiasaan yang telah berubah-sama seperti sebelum kita mengenal dia.

Namun, seiring berjalannya waktu kita pasti bisa menerima lagi kebiasaan-kebiasaan itu. Move on itu hanya masalah waktu dan niat.

Lalu bagaimana dengan orang yang sudah Move On tetapi saat bertegur sapa lagi, perasaan yang sudah dikubur dalam-dalam itu tumbuh lagi?

Nah, kalau itu beda lagi.
Analogi sederhananya sama seperti saat kamu sedang membuka album foto. Entah, sudah berapa tahun kamu tidak lagi menyentuh dan membuka album itu. Tetapi, ketika kamu membukanya lagi setiap foto yang ada dalam album itu pasti akan membawamu pada kenangan saat peristiwa dalam foto itu terjadi.

Begitu pula dengan move on.
Sebesar apapun usahamu untuk melupakan seseorang, entah itu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sekalipun. Ketika kamu bertemu lagi, pasti akan ada beberapa hal yang kembali menjejali ingatanmu. Hal yang menjejali ingatanmu itu disebut dengan kenangan. Dan saya rasa itu sangat manusiawi.

Sepelupanya seseorang, pasti ia tidak akan pernah lupa dengan seseorang yang pernah membuatnya bahagia, dulu.
Ya, kecuali kalau orang tersebut mengidap alzheimer atau semacamnya.

Kembali lagi, lantas jika sudah begitu apakah Move On itu dianggap gagal? Atau yang biasa disebut galmup?

Kemungkinannya ada dua. Bisa iya bisa juga tidak. Dan keduanya tergantung pada dirimu sendiri.

Iya, jika setelah pertemuan itu kamu terus membiarkan dirimu mengenang setiap kenangan yang muncul.

Tidak, jika setelah pertemuan itu kamu tidak membiarkan kenangan itu terus berlarut-larut hinggap dalam pikiranmu.

Pada dasarnya, semua pilihan kembali pada diri kita sendiri. Hanya diri sendiri yang dapat menilai apakah kita masih mampu untuk bertahan atau lebih baik melepaskan dan mengubah segala kenangan itu menjadi pelajaran untuk lebih dewasa.

*****

"Kamu sih, gampang bilang kayak gitu. Ngejalaninnya susah tau."
Mungkin itu jawaban kalian.

Tapi, saya pun memiliki alasan hingga mengungkapkan pendapat seperti yang ada di atas tadi.

Ini berdasarkan apa yang saya alami hari ini. Ya, hari ini tepat pukul 17.22 WITA

Sama seperti kalimat di awal, "kalau kamu mau move on dari seseorang, kamu harus bisa melupakan dia."

Saya berusaha melupakan seseorang yang pernah saya sukai, dulu. Dan hari ini kami mengobrol lagi setelah sekian lama kontaknya hanya tersimpan dalam kontak BBM.

Kami membicarakan hal yang santai dan biasa. Sampai ada beberapa pesan yang membuat saya kembali teringat dengan kenangan yang dulu. Hampir tidak ada yang berubah dari dia. Hanya gaya bicaranya saja yang sedikit berbeda.

Sama seperti album foto, saya menikmati setiap kenangan yang datang bersamaan dengan obrolan kami yang terus mengalir. Dan setelah obrolan kami selesai, semuanya kembali seperti semula.

Dari kejadian hari ini saya belajar sesuatu. Bahwa kenangan itu tidak bisa dihapus atau dilupakan. Bagaimana pun juga, akan ada suatu momen yang akan kembali mengingatkan kita dengan kenangan itu. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah menikmatinya saja.
Tentunya, juga tidak lupa mengambil pelajaran dari kenangan itu.

Selebihnya, tergantung pada pilihan kita. Apakah kita terus mengenang kenangan itu atau bangun dari masa lalu dan menjadikan kenangan itu sebagai pengalaman dan pelajaran hidup.

Move on bukan berarti kita melupakan semua kenangan yang pernah ada. Tetapi, ketika kenangan itu datang lagi, perasaanmu sudah baik-baik saja.
- Atika

Dan karena pengalaman hari ini, sepertinya saya ingin sedikit mengubah kalimat awal tadi.

"Kalau kamu mau move on dari seseorang, kamu tidak harus melupakan dia. Yang kamu butuhkan hanyalah waktu dan niat."

Rekomendasi Film Thailand Romantis

Senin, 06 Juni 2016

Dalam postingan saya sebelumnya yang berjudul Pernahkah? saya pernah menuliskan:


Pernahkah kalian merasa terdorong untuk melakukan suatu hal yang sepertinya harus kalian lakukan?

Sesuatu yang tidak tau kenapa kalian ingin sekali melakukannya.

Postingan kali ini, merupakan wujud dari hal yang harus saya lakukan itu. Saya ingin menuliskan beberapa film yang sangat saya rekomendasikan bagi kalian para pecinta film. Khususnya film dari negara Thailand. Yap! Karena berhubung akhir-akhir ini saya banyak menonton film dari negara seribu pagoda tersebut, maka untuk saat ini saya ingin memberikan beberapa rekomendasi film yang (menurut saya) sangat patut kalian tonton.

Oh ya, bagi kalian yang belum tau postingan sebelumnya, bisa klik di judul postingan yang telah saya tuliskan di atas.



So, let's get started!




1) PEE MAK PHRAKANONG

sumber: google.com

     Film bergenre horor ini adalah salah satu film Thailand yang sangat saya rekomendasikan. Bukan berarti karena film ini adalah film Thailand yang pertama kali saya tonton, melainkan alur ceritanya yang cukup menarik dan dibungkus apik dengan humor, percintaan, dan persahabatan. Meskipun begitu, film ini tetap menyuguhkan kesan horor yang menjadi acuan utamanya.
     Cerita singkatnya, film ini mengisahkan tentang seorang prajurit yang baru saja pulang dari medan perang bersama beberapa sahabatnya. Namanya Mak. Ia mempunyai seorang istri yang sedang mengandung, bernama Nak. Ketika Mak dan kawan-kawannya sampai di rumah mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Nak selama perang berlangsung. Banyak yang mengatakan Nak telah meninggal saat Mak berada di medan perang. Itulah yang menjadi masalah pokok dalam film ini. Bagaimana cara yang dilakukan oleh kawan-kawan Mak untuk membuktikan bahwa Nak itu sudah meninggal? Lalu apakah sesungguhnya Nak itu benar-benar meninggal? Apakah Mak percaya pada sahabat-sahabatnya itu?


2)  FIRST LOVE (A CRAZY LITTLE THING CALLED LOVE)
 
sumber: google.com


      Saya sangat yakin bahwa hampir dari kalian semua sudah pernah menonton film ini. Film bergenre komedi romantis ini adalah film kedua Thailand yang pernah saya tonton. Dan untuk kedua kalinya pula saya merasa puas menontonnya.
      Hampir dari kita, pasti pernah menyimpan rasa suka atau kagum pada kakak kelas, bukan? Tapi, kita tak pernah cukup berani untuk mengungkapkannya. Kemudian memendamnya dalam hati dan berusaha melakukan apapun agar kita bisa dapat perhatian dari kakak kelas tersebut. Itulah gambaran kasar dari film ini.
      Kita akan melihat betapa kerasnya usaha seorang gadis remaja untuk mengincar kakak kelas pujaannya selama 3 tahun. Selama waktu itu, rasa yang dipendamnya mampu mengubah banyak hal. Terlebih, ketika ada seseorang yang baru datang menghampirinya dan semakin memperumit keadaan.


3)  MAY WHO

sumber: google.com

      Nah, kalau untuk film ini saya lagi sangat gila-gilanya. Ini entah film Thailand yang keberapa kalinya saya tonton. Tapi, termasuk film yang baru. Dan sama seperti film-film lainnya, sangat menghibur.
      Genrenya juga komedi romantis ditambah dengan alur cerita yang sangat menarik. Singkatnya, ada seorang anak laki-laki bernama Pong yang tidak memiliki kelompok di sekolahnya. Sehingga dia merupakan anak yang pendiam. Tetapi, dibalik itu semua dia sangat jago menggambar. Dia menyukai teman sekelasnya, Pong selalu menggambar perempuan yang disukainya itu dalam buku tulis sehingga membentuk edisi seperti komik. Sampai suatu hari, seorang anak perempuan bernama May Who menyebarkan salah satu komik Pong yang kebetulan berbau sedikit porno (tapi tetap lucu). Disitulah awal cerita film ini. Pong kemudian membantu May Who untuk bisa dekat dengan Kak Fame (orang yang disukai May Who) dan May Who membantu Pong untuk dekat dengan perempuan yang ia suka (saya lupa namanya siapa). Dan yang membuat film ini unik, yaitu May Who yang punya kemampuan untuk menghasilkan listrik saat jantungnya berdetak kencang.
     Wow, tentunya saat menarik, kan?


4)  ATM ER RAK ERROR

sumber: google.com

     Film ini bercerita tentang sepasang karyawan yang diam-diam menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Kenapa harus diam-diam? Karena, di perusahan tempat mereka bekerja, terdapat larangan untuk berpacaran antarsesama karyawan. Disaat yang bersamaan pula, terjadi masalah. Yakni salah satu ATM di sebuah kota, mengalami kerusakan. Ya, ATM itu mengeluarkan jumlah uang dua kali lipat dari yang kita ambil. Mereka pun membuat kesepakatan, bahwa siapa yang mampu menyelesaikan masalah ATM tersebut, maka yang lainnya akan mengalah untuk keluar dari perusahaan itu. Jadi, menurut kalian bagaimana akhir dari film ini?

5)  FIRST KISS

sumber: google.com

      Percayakah kalian, jika ciuman pertama itu dapat menggambarkan hubungan percintaan kalian di masa depan?
      Itu adalah awal konflik dari film ini. First Kiss menceritakan seorang wanita yang berumur cukup dewasa -secara tidak sengaja- dicium oleh seorang anak laki-laki SMA bernama Bass. Cinta beda usia pun, menjadi penghalang yang cukup berat bagi mereka. Terlebih Bass yang diperintahkan oleh Ayahnya untuk kuliah di luar negeri.
      Melalui film ini, kalian akan belajar bagaimana cinta tidak mengenal umur dan waktu.


6)  I'M FINE, THANK YOU, LOVE YOU

 
sumber: google.com

     Cinta lahir bukan dari pertemuan singkat dan kesenangan semata, tetapi Cinta itu lahir dari proses yang dilalui dan usaha yang pantang menyerah.

     Itu pesan yang dapat saya simpulkan setelah menonton film ini. Singkat ceritanya, ada seorang laki-laki yang berusaha belajar bahasa Inggris untuk bisa menemui orang yang dicintainya. Karena, orang tersebut bekerja dan pindah ke luar negeri. Ia pun meminta bantuan seorang perempuan yang memiliki tempat kursus bahasa Inggris yang juga sekaligus teman wanita yang ia sukai itu.
     Dari pesan yang saya simpulkan tadi, bisakah kalian tebak bagaimana alur cerita film ini?
     Tentunya, kalian harus menonton film ini. Karena, melalui film ini kalian pasti akan tahu bagaimana usaha seseorang untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, sementara ia lupa apa yang sebenarnya ia butuhkan.


7)  HELLO STRANGER
 
sumber: google.com
    Saya rasa, kebanyakan dari kalian juga sudah pernah menonton film ini. Yap! Karena film ini cukup terkenal dan sering menjadi rekomendasi film Thailand.
    Bercerita tentang dua orang Thailand yang sedang pergi liburan ke Korea. Mereka berangkat sebagai dua orang asing yang tidak saling kenal, berada dalam satu pesawat, dan sesampainya di Korea mereka menjalani liburannya masing-masing. Sampai suatu saat, mereka bertemu di Korea. Kebetulan, yang si cowok terpisah dari rombongannya, kemudian karena dia bertemu dengan seorang cewek yang juga dari Thailand, maka cowok itu pun meminta tolong kepada cewek Thailand itu untuk menemaninya di Korea sampai rombongannya kembali lagi.
   Tetapi, setelah rombongannya kembali, cowok itu justru lebih merasa nyaman saat berkeliling Korea bersama cewek Thailand yang baru ditemuinya itu. Selebihnya, saya rasa kalian sudah bisa menduga bagaimana kelanjutannya.
   Keunikan dari film ini, tergambar dari judulnya. Hello Stranger. Yang mana, mereka membuat kesepakatan untuk tidak saling mengetahui nama masing-masing. Hal itu agar mereka dapat memanggil nama masing-masing dengan sebutan apa saja, yang mereka sukai.


8)  SUDDENLY, IT'S MAGIC!

sumber: google.com

     Kalau film yang satu ini, menceritakan tentang sepasang kekasih yang berbeda negara, berbeda pekerjaan, berbeda latar belakang. Yang cowoknya bernama Marcus, orang Thailand, seorang artis, dan tentunya sangat terkenal di negaranya. Sedangkan yang cewek, bernama Joey yang seorang pembuat cupcake, dan merupakan anak simpanan dari gubernur di Filipina.
    Cukup rumit dan mengaduk hati. Intinya, cerita ini sangat romantis. Oh ya, sebenarnya ini bukan film Thailand, melainkan film Filipina. Tapi, tetap seru untuk dinikmati bersama pasangan kalian. :')


9) BANGKOK TRAFFIC LOVE STORY

sumber: google.com
 
    Menceritakan seorang gadis yang sejak lahir tidak pernah pacaran. Sehingga, ketika telah cukup berumur untuk menikah dia masih belum memiliki pasangan. Suatu ketika, dia bertemu seorang lelaki tampan yang disukainya. Saat itu ia berusaha untuk dapat mendekati lelaki itu. Lucunya, dia sering merusak barang-barang milik cowok itu secara tak sengaja.
   Sampai suatu hari, gadis itu mengetahui bahwa cowok yang ia sukai itu akan kuliah di luar negeri. Akhir dari kisah ini? Kalian harus menontonnya sendiri.


10)  YOU ARE THE APPLE OF MY EYE

sumber: google.com

   Oke, untuk pilihan film terakhir ini memang out of the topic. Karena bukan film Thailand, melainkan film China. Tetapi, ini tidak mempengaruhi cerita di dalamnya, kan?
   Film ini diangkat dari kisah nyata.
   Bercerita tentang seorang anak laki-laki yang nakal di sekolahnya, kemudian mendapat bimbingan dari perempuan paling pintar di sekolahnya. Mungkin, kalian bisa menebak bagaimana jalan ceritanya. Tetapi, semuanya akan berbeda jika kalian menonton film ini.
   Film ini mengajarkan bahwa kalimat, "Ketika kamu sangat-sangat menyukai seorang wanita. Ketika ada seseorang yang mengasihinya dan mencintainya, maka kamu akan benar-benar dari hati yang paling dalam mendoakan dia agar bahagia selamanya." itu benar-benar ada.




*****


Nah, sekian dulu untuk postingan kali ini.

By the way, hampir semua film Thailand yang saya sebutkan diatas adalah produksi dari GTH. Mungkin, kalian bisa searching di Google, beberapa film GTH yang menarik lainnya.

Dan tidak lupa juga saya sampaikan bahwa, tokoh laki-laki maupun perempuannya keren-keren semuaa...

Jika kalian sudah menonton semuanya, pasti akan ada beberapa wajah artis Thailand yang familiar bagi kalian., seperti Mario Maurer (ini mah, udah nggak asing lagi yah),


Bangkok Traffic Love Story

Chantavit Dhanasevi

Sunny Suwanmethanon

Bank Thiti

Yang paling keren versi saya, sih, yaa Bank Thiti. :))))
Itu loh, yang pemain Pong dalam film May Who.

Oke lah ya, sekian yang dapat saya posting malam ini.
Doakan semoga saya bisa terus posting yang lain-lainnya lagi yaa, karena jujur aja, saya lagi niat banget mau nulis. Tapi, setelah laptop dinyalakan, tujuan langsung buyar. Malah nyari file movies dan berakhir dengan mata panda karna seharian kejaannya cuma nonton film-_-


Oh ya, di postingan sebelumnya saya juga pernah nulis kalau ikut seleksi Bina Antarbudaya kan? kalau kalian lupa, nih linknya untuk dibaca lagi :D


Nah, rencananya saya ingin menulis lanjutan dari seleksi ini. Sebenarnya sih, pengumuman hasilnya udah lama. Lama banget malah, tapi karena baru sempat ya, jadi gak apa-apa ya, lama :D
And I'm sure that it will surprise you!


     
    FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS