Easy Come, Easy Go

Sabtu, 16 Januari 2016

Pagi ini,jam masih menunjukkan pukul 05.26 WITA dan aku baru saja bangun. Segera kuraih ponsel yang ada di dekat bantal kemudian kembali membuka aplikasi LINE. Kubaca obrolan itu sekali lagi, lalu tersenyum.

Entahlah, untuk beberapa minggu terakhir, itulah kegiatan yang pertama kali kulakukan setelah bangun tidur. Mencari ponsel untuk mengecek apakah ada balasanmu, atau bahkan sekedar pesan yang berucapkan "Selamat Pagii"

Tanpa kusadari, kini kamulah orang yg pertama kali kucari di pagi hari.
Tanpa kusadari, kamulah orang yang aku tunggu kabarnya setiap hari.
Tanpa kusadari, aku selalu khawatir jika kamu tidak membalas pesanku.
Tanpa kusadari, aku selalu menanyakan apakah kamu sudah makan hari ini atau belum.
Dan tanpa kusadari, obrolan kita terus mengalir setiap harinya.
Ada banyak hal yang tidak aku sadari. Itu karena aku hanya membiarkannya mengalir begitu saja. Hingga aku baru sadar, kurasa ini sudah terlalu kelewatan.

*****

Aku lupa kapan persisnya semua ini dimulai. Yang jelas, ketika aku menambahkanmu menjadi temanku tak berapa lama setelahnya kulihat satu pesan masuk darimu. "Ini Atika SD lo?" Begitu tanyamu.
Dan kujawab ya. Memang, hampir sudah 3 tahun lebih aku tidak bertemu denganmu. Banyak yang telah berubah padaku. Begitu juga denganmu. Sejenak, aku masih mengingat kejadian-kejadian konyol saat kita SD. Ketika itu, aku memang tidak terlalu akrab denganmu. Jadi tak banyak hal yang kutahu tentangmu.

Untuk menit-menit berikutnya, kita saling bertanya kabar. "Sekolah dimana?", "Apa kabar?", "Liburan kemana?", dan hal lainnya. Selayaknya teman yang sudah lama tidak bertemu, kita memulai obrolan dengan begitu kaku.

Namun, ada satu pertanyaan yang membuatku ragu untuk menanyakannya saat itu. "Kamu masih pacaran sama *** kan?" Tanyaku. Sebenarnya, itu pertanyaan yang tak perlu kutahu jawabannya. Karna dari semua status mereka, aku sudah tidak melihat lagi adanya suatu hubungan. Dan memang itulah yang terjadi.
"Udah lama mah,"
"Kalian udah putus?" Tanyaku lagi.
"Iyaa"

Ups!
Aku sedikit terkejut. Mengingat, cowok yang sedang chattingan denganku ini adalah teman SDku dulu dan cewek yang *** itu adalah sahabatku.
"Maaf ya, aku emang udah jarang komunikasi lagi sama *** jadi nggak tau apa-apa." Terangku.
"Iyoo gpp."

Dan setelah obrolan biasa lainnya, chattingan hari itu pun berakhir.~

*****

Beberapa hari berikutnya, aku membroadcast di BBm tetang lomba yang akan diadakan oleh sekolahku dalam waktu dekat ini. Dan ketika kembali kucek ponselku, kulihat pesanmu masuk lagi. Menanyakan tentang lomba basket dan obrolan itu pun terjadi lagi. Tapi berbeda dengan sebelumnya, kita jadi lebih santai dan seolah telah bertemu setiap hari. Tidak seperti obrolan pertama yang singkat, obrolan hari itu jadi lebih menyenangkan dan berlangsung hingga malam. Bahkan, hingga aku ingin beranjak untuk tidur. Dan akhirnya, malam itu, untuk pertama kalinya, kamu mengucapkan selamat malam.

Paginya, aku langsung membaca obrolan kita yang kemarin. Terdiam sejenak, berfikir, kemudian tersenyum. Entahlah, sekeras apapun aku berfikir bagaimana semua ini terjadi, aku tidak akan pernah menemukan jalan keluarnya.
Sekitar jam 6 an, kulihat satu pesan darimu masuk. "Bangunn bangunn.. wkwk" begitu katamu. Membacanya, aku tiba-tiba tersenyum. Hari itu, untuk ketiga kalinya kita kembali mengobrol seharian.

Dan setelah itu, hari-hari berikutnya, kita terus chattingan. Sampai kemarin. Aku senang. Sesibuk apapun kamu, tetap menyempatkan untuk ngechat aku. Ngasih kabar, kalau kamu lagi super sibuk dan masih sempat-sempatnya ngucapin semalam malam. Entah, yang keberapa kalinya. Dan jujur,,, hal itu membuatku justru merasa....

Ini sudah berlebihan.

Memang, sekarang kamu sekolah di Banjarbaru. Bahkan satu sekolah juga dengan ***. Kamu tau? Ada sedikit harapan muncul ketika kamu bilang, kalau tim basketmu juga akan ikut pertandingan yang diadakan oleh sekolahku. Meskipun itu masih rencana, aku hampir mati kesenangan. Kalau pun benar, aku pasti akan nonton pertandingan itu. PASTI!!

Terkadang, aku sempat mengingat-ingat lagi. Bagaimana kita bisa jadi sedekat ini? Dan kamu tau, ketika kamu memutuskan untuk menelponku, kemudian berlanjut ke vidcall. Malam itu, aku jadi sulit untuk tidur. Entahlah, apa yang membuat kita bisa sedekat ini? Padahal kita tidak pernah bertemu lagi hampir 3 tahun lebih. Saat SD pun kita tidak terlalu akrab. Lalu? Bagaimana kita bisa terus berbagi kabar setiap harinya, padahal tidak ada kewajiban sedikit pun dari kita untuk melakukannya.

Jujur, aku tidak tau apa yang sedang ada dalam fikiranmu saat ini.
Apa pendapatmu tentang kita yang terkadang bisa jadi terasa lebih dari teman?
Apa yang membuatmu mengirimkan pesan "Bangunn bangunn.. wkwk" setiap paginya?
Apa yang membuatmu menyempatkan diri untuk mengucapkan "Good night" pada jam 1 malam, ketika pertandinganmu baru saja selesai?
Apa yang membuatmu menyuruhku untuk segera makan siang, padahal kamu juga sedang sibuk-sibuknya??

Please, apa ini hanya perasaanku saja yang berlebihan? Atau memang kamu yang memperlakukanku secara berlebihan?

Entahlah.
Tapi yang jelas, sekarang kamu mulai membuatku takut.
Aku takut kalau nanti, aku harus bangun tiba-tiba dari semua mimpi ini.
Aku takut, kalau nantinya kamu akan menghilang begitu saja. Sama seperti kedatanganmu yang juga tiba-tiba.

Easy come, easy go.
Sesuatu yang datang dengan mudah, bisa pergi juga dengan mudah. Dan ketika kamu mulai masuk dalam hidupku beberapa minggu terakhir ini, aku merasa tidak ingin kamu pergi lagi.




 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS