Khayalan dan Ilusi

Kamis, 17 Maret 2016

Sesekali, kulirik jam yang tampil di sudut kanan layar ponselku. Pukul 23.35 WITA.
Cukup larut, untuk orang yang tak lagi diizinkan begadang sepertiku. Tapi mau bagaimana lagi, mataku masih belum ingin terpejam. Dan aku masih berbaring di posisi yang sama sambil memperhatikan layar ponsel tanpa henti.
Beberapa menit yang lalu, aku membaca blog sahabatku. Dia bercerita tentang betapa lelahnya ia pulang selepas kegiatan di sekolah hingga tak terasa hari telah hampir gelap. Ketika itu, ia bertemu dengan seseorang. Berpapasan, tanpa ada kata sapa, senyum, apalagi percakapan. Bisa kulihat nada sedih dan kecewanya lewat barisan kata yang ia ketikkan. Dan entah kenapa, aku juga ikut merasakan sesak itu.
Saat kubaca postingannya, yang ku pikirkan hanya, Betapa lucunya semua terjadi.

Dia menulis,
 
  Aku tersenyum miris, berdecak kagum melihat dirimu yang sekarang, yang berada di atas awan, yang tak sudi lagi melihat diriku ini. Hebat! Kau melakukannya dengan sangat rapi; menutup-nutupi semua yang pernah terjadi di antara kita, kau bahkan berpura-pura tak mengenalku. Mungkin seharusnya kau memenangkan penghargaan piala bergengsi sebagai aktor dengan peran terbaik.Seharusnya

Apa kalian sudah bisa memahami alur dari cerita temanku ini?
Atau mungkin, kalian bisa menebak lanjutan ceritanya?

Seseorang itu adalah seorang laki-laki yang berpapasan dengannya sambil mengendarai sebuah motor. Yang diharapkan oleh temanku, kalau laki-laki itu akan menghentikan motornya dan menawarkan diri untuk mengantar temanku pulang. Tapi sayangnya, itu hanya ilusi temanku saja. Nyatanya, dia masih berdiri sendirian. Dengan kaki yang sakit oleh karena tersandung batu yang tanpa ia sadari juga membangunkannya dari halusinasinya sendiri.



*****



Setelah baca postingannya, entah kenapa aku pun juga terinspirasi untuk menulis. Tentang khayalan dan ilusi.



Ya, seperti kalimat yang kutulis tadi. Betapa lucunya semua terjadi.

Ketika kita dipertemukan dengan seseorang  yang tak pernah kita duga, menjalin hubungan dengan sebutan "teman", kemudian akrab, menjadi lebih dekat, namun ketika telah muncul yang namanya "harapan", seketika juga kita harus menerima "kenyataan" yang berbeda. Jauh berbeda.
Sayangnya, semua tak cukup sampai disitu. Kita harus berdiam diri, tak bercerita apapun, tak berani mendekat lagi, seakan ketika "kenyataan yang berbeda" itu muncul, saat itu juga telah tercipta jarak. Dan tentunya, semuanya tak akan sama lagi.
Perlahan menjauh, tak saling menegur, hanya berjalan melewati tanpa ada sapa, bahkan untuk sekedar mengobrol pun akan jadi terasa sedikit berbeda. Kenapa bisa begitu? Itu terjadi karena, sebenarnya ada masalah yang terjadi namun tak ada yang mau mengungkitnya, hingga yang terjadi hanya berdiam diri seakan semuanya baik-baik saja. Padahal yang terjadi justru sebaliknya.
Aku pun berkhayal sesaat, bagaimana jika laki-laki yang dimaksud oleh temanku ini membaca postingannya? Apa reaksinya terhadap temanku? Apa yang akan ia katakan setelah tau apa yang sebenarnya temanku rasakan?


Aneh.


Betapa semuanya jadi terlihat serba salah dan sulit untuk dilakukan. Terkadang, aku sendiri heran. Kenapa hubungan sesama manusia bisa terjalin begitu rumit. Kenapa kita dipertemukan dengan seseorang yang jika pada akhirnya, hubungan akan berakhir kurang baik?

Tapi, belakangan ini aku akhirnya tau jawabannya:
Karena, Allah mau kita belajar.
Ya, pastinya setiap orang yang datang, akan membawa sesuatu yang baru. Meskipun pada akhirnya orang itu juga akan pergi membawa sesuatu dari kita - termasuk perasaan. Tapi, di setiap hubungan pasti akan ada pelajaran yang kita dapatkan juga. Yang menempa kita agar jadi semakin dewasa dan lebih kuat.



*****



Berkaitan dengan khayalan dan ilusi, aku termasuk orang yang suka berkhayal. Memang, sebenarnya berkhayal itu adalah hal yang buruk. Karena dengan berkhayal, itu akan membuat kita menjadi selalu berangan-angan tanpa ada keinginan untuk meraihnya. Dan kalian tau, hal yang paling menyedihkan dari orang yang suka berkhayal?
Itu terjadi, ketika kita telah menggabungkan khayalan dengan harapan.


Yap!


Harapan itu buruk, teman.
Karena, ketika khayalan yang diiringi dengan sejuta harapan itu tidak terwujud, pastinya akan menimbulkan sakit yang berkepanjangan.
Dan itulah yang sering aku alami.
Aku sering berkhayal:
Bagaimana jika aku dekat dengan dia lebih dari sekedar teman?
Apa jadinya nanti?
Bagaimana jika nanti kami jalan dan menghabiskan waktu bersama?
Bagaimana alaynya kami, pergi ke mall berdua?
atau bagaimana ketika hubungan kami nanti berakhir?
Apakah dia juga pernah berfikir, apa aku memikirkanya atau tidak, sama seperti aku memikirkannya saat ini?
Apa dia pernah berkhayal sejauh ini juga?
Apa yang dia pikirkan tentangku?

Dan sejuta khayalan dan pertanyaan lainnya. Perlahan, bayang-bayang itu juga muncul. Siluet ketika kita sama-sama pergi ke sekolah dan melakukan kegiatan menyenangkan lainnya.
Sayangnya, yang selalu terjadi adalah: Hal yang berbanding terbalik dengan apa yang kita bayangkan.

Dan kalau sudah begini, aku selalu menyebut, "Ya, rencana Allah memang selalu penuh dengan kejutan. Ikuti saja jalan cerita-Nya."



*****


Btw, ini adalah link blog sahabatku 
Thanks for Iyasa Nindya who has given me inspiration to write this through her post :)

NB: maaf ya, kalo bahasa inggrisnya salah.. :D
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS