tag:blogger.com,1999:blog-56290593754909789732024-02-21T07:08:24.002-08:00CORETAN TANPA BATAS"Home is where your story begins"Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.comBlogger110125tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-316447048629423332021-03-10T08:21:00.004-08:002021-03-10T08:21:27.446-08:002021<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFcp-MQVLehT_qdqxOUe_5XrOeZOCNONKarIMUy79fnKxaHs5HrcYkzOm3Smapeq2BSpCAYa6_sDQjNKTO7x_GXuNfFVCVYALNkdvyAiTGXfFQwCfOQr1C7aBRShKjOlOHpzf8dzl4ycU/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFcp-MQVLehT_qdqxOUe_5XrOeZOCNONKarIMUy79fnKxaHs5HrcYkzOm3Smapeq2BSpCAYa6_sDQjNKTO7x_GXuNfFVCVYALNkdvyAiTGXfFQwCfOQr1C7aBRShKjOlOHpzf8dzl4ycU/" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_2yMpYvBbcdIBMRS4z09muSS2jZhH1uZLL3fNDJVvDKc9XWI4xVl5F0xW9oIxTDLf2Pzi51XNJL_xwXWjITlCMqS84OsLWFvr_kDFgpwd_nL6ELnQElpvxWEoVDn2pyKDoHTp1kLoKOA/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_2yMpYvBbcdIBMRS4z09muSS2jZhH1uZLL3fNDJVvDKc9XWI4xVl5F0xW9oIxTDLf2Pzi51XNJL_xwXWjITlCMqS84OsLWFvr_kDFgpwd_nL6ELnQElpvxWEoVDn2pyKDoHTp1kLoKOA/" width="320" /></a></div><br /><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Lama tidak bersua, apa kabarmu?</p><p style="text-align: justify;">Kuduga bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja.</p><p style="text-align: justify;">Sabar sayang, tenangkan dirimu. Ada banyak hal yang harus kau urai satu persatu. Aku mengerti, hatimu sedang patah sepatah-patahnya. Hancur berkeping hingga tidak menyisakan utuh sedikitpun. Kamu menjadi gila di setiap malamnya dengan menangis dan terluka seorang diri. Bingung dan bimbang di kala siang, lalu tersesat. Begitu saja polanya terulang setiap hari.</p><p style="text-align: justify;">Jangan takut melepaskan, sayang. Jangan melimpahkan kasih sayang, cinta, dan rasa kasihanmu kepada orang yang tidak bisa menghargai itu. Ingat Ayahmu? Ibumu? Mereka juga terluka. Lalu mengapa masih kau lanjutkan jalan berbatu dan tiada ujung seperti itu. Apa kau memang ingin menggali kuburanmu sendiri?</p><p style="text-align: justify;">Boleh jujur? Aku tidak pernah menyangka kau bisa sekejam ini pada dirimu sendiri. Hatimu terluka. Kau tau persis itu. Mengapa sepertinya otakmu sudah kau tinggal jauh sejak lama sebelum kau mengenal apa itu rasa nyaman dan tipuan. Sampai kapan kau mau menyakiti diri sendiri? Apa yang sebenarnya kau tunggu dan harapkan? Traumamu begitu besar. Mungkin kau akan takut mengenal orang baru, mungkin pula sulit meletakkan kepercayaan pada orang lain, namun bukan berarti kau harus terkungkung dalam lingkaran setan yang sama berulang-ulang.</p><p style="text-align: justify;">Semakin dirimu tahu, semakin banyak kebohongan yang kamu temui. Kenapa kamu masih begitu bodoh?</p><p style="text-align: justify;">Dia menyakitimu tidak ada ampun. Menipu, menipu, kemudian menipu lagi. Apa yang membuat hatimu masih saja bertahan dan memberikan belas kasih?</p><p style="text-align: justify;">Aku kasihan padamu. Sungguh.</p><p style="text-align: justify;">Sekali lagi, aku ingatkan. Aku hanya bisa memberimu pesan, bahwa sayangi dirimu. Ia lelah harus menangis lantas berpura-pura bahagia, kemudian jatuh tersungkur lagi setiap malamnya. Ada banyak ketakutan dan kekhawatiran yang kini bersarang di benaknya. Ada banyak kebimbangan dan keraguan yang menghantuinya, padahal sudah jelas jalan tersibak. Terbuka putih dan hitam. Kembalikan kesadaranmu, sayang. Yang seharusnya kamu kasihani itu adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.</p>Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-17574141572572845952020-02-04T04:41:00.001-08:002020-02-04T04:41:52.924-08:00."Kepalamu hanya satu, tapi kenapa kerasnya seperti batu?"<br />
<br />
Suara itu berputar-putar di kepala.<br />
Ada banyak kata yang terjebak, sedikit sekali yang terbaca<br />
Kalau bisa memilih, andai bisa, bisakah memilih untuk tidak ada?<br />
Katanya kalau seperti itu jadi tidak bersyukur<br />
Nyatanya, selalu datang yang buruk dan gelap<br />
<br />
Air itu jatuh lagi<br />
Mungkin karena hal yang tidak ada<br />
Atau justru karena hal yang diada-ada<br />
Kenapa bisa begitu?<br />
<br />
Andai saja bisa memilih, kalau bisa, bisakah memilih untuk tidak ada?<br />
Katanya kalau seperti itu jadi tidak menerima, melanggar kondrat-Nya<br />
Pernah berpikir bagaimana bisa lahir<br />
Tumbuh dengan ingatan-ingatan yang tidak ingin diterima<br />
Tapi jika memandang kaca<br />
Ada yang buruk, jauh<br />
Ada yang bertahan, ada yang tidak. Pilih mana?<br />
<br />
Kadang malam itu datang lagi<br />
Mengetuk lalu memanggil teman-temannya<br />
Ia bilang, <i>bisa lebih baik</i><br />
Bisa jadi iya, bisa juga tidak<br />
<br />
<i>Terima saja, mau seperti apa lagi,</i> katanya suatu kali<br />
<i>Pernah lihat anak kecil? Ia berjalan, terjatuh, menangis</i><br />
<i>Namun tetap berjalan lagi</i><br />
<i>Kenapa banyak berpikir?</i><br />
<i><br /></i>
Tidak tahu.<br />
Kalau saja bisa memilih, andaikan bisa, bisakah untuk berdamai saja?<br />
Tidak perlu macam-macam.<br />
Cukup berpejam dan melompat saja.Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-75853570522081489782020-01-28T06:36:00.000-08:002020-01-28T06:36:00.967-08:00Hilang KepalaHai<br />
<br />
Lama tidak bersua, apa kabar?<br />
<br />
Syukur, aku masih ingat ada tempat ini.<br />
Ada laman ini.<br />
Ada kebiasaan ini.<br />
<br />
Berbulan-bulan tidak pulang membuatku lupa pada rumah.<br />
Mencari-cari sesuatu yang tidak ada<br />
Memupuk asa yang panjang, hingga hilang dan tumbang<br />
Banyak yang kudapat,<br />
Tidak sedikit juga yang lepas<br />
<br />
Maaf diri, aku belum bisa bertahan<br />
Maaf diri, karena masih sering kecewa<br />
Maaf diri, belum mencoba lebih baik<br />
<br />
Kadang kita memang perlu<br />
Diam dan tidak melakukan apa-apa<br />
Lihat, awan itu berarak perlahan<br />
Coba pandang, pohon cemara itu tinggi<br />
Tidakkah kamu merasa dirimu kecil?<br />
<br />
Tidak selalu tanda tanyamu itu ada jawabannya<br />
Cukup amati lalu lihat sudut baiknya<br />
Wajar salah, sungguh tidak apa<br />
Jangan takut<br />
<br />
Isi kepalamu tidak harus batu semua<br />
Hatimu perlu hitam, putih, kuning, merah, abu<br />
Jadi, apa yang membuatmu resah?<br />
<br />
Yang bahagia itu kamu,<br />
Yang menerima itu kamu.<br />
Jika kamu bisa menerima,<br />
Kamu bisa bahagia.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzuOV7Epk82IrWTMp7D8yyuyAgn_RqeV2GZ4CkEMpDsEhZyNtWT3ItqvYQx3vwKny3zj6BoJeRT8NDUqP3viAdBJuHKumIPdnXbyopOwYxaT_uoUNSiz7SdKTvB5Bwa8WmRRCudYIFoJY/s1600/3b9bac1de8ae910100ef1026dfbc006d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="605" data-original-width="608" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzuOV7Epk82IrWTMp7D8yyuyAgn_RqeV2GZ4CkEMpDsEhZyNtWT3ItqvYQx3vwKny3zj6BoJeRT8NDUqP3viAdBJuHKumIPdnXbyopOwYxaT_uoUNSiz7SdKTvB5Bwa8WmRRCudYIFoJY/s200/3b9bac1de8ae910100ef1026dfbc006d.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">Sumber: Pinterest</td></tr>
</tbody></table>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-21032243646758506082019-07-14T05:07:00.002-07:002019-07-14T05:07:33.546-07:00KontemplasiAssalamu'alaikum, wr, wb<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, akhirnya setelah hiatus untuk beberapa lama saya bisa kembali ke blog ini lagi. Lebih tepatnya masih ingat kalau saya punya blog. Kesibukan saya sejak awal tahun adalah kuliah. Kali ini saya tidak mau beralasan kalau jadwalnya padat, melainkan memang saya sendiri yang sangat malas untuk menulis. Bahkan kemalasan itu tertular pada kebiasaan membaca juga. Saya masih belum ada membaca buku full satupun sejauh ini. Kebiasaan baru yang saya lakukan justru mengecek handphone, membuka media sosial, atau seringnya menonton konten di YouTube. Alangkah sudah banyak berubah diri saya ini. Saya tidak tahu penyakit apa yang tengah menggerogoti hampir seluruh tubuh, bahkan ke dalam kepala dan pikiran. Saya tidak bisa lepas dari benda persegi panjang yang polos tapi licik itu. I'm addicted.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah lain yang saya hadapi saat ini adalah kesulitan tidur di bawah pukul 11.00 pm. Entah mengapa, selama liburan ini saya justru tidur tepat tengah malam atau lebih. Hal itu yang membuat saya bangun dengan kantung mata yang tebal, wajah lesu, dan <i>mood</i> buruk seharian. Saya sudah salah mengawali hari, maka sepanjang harinya akan jadi terasa lebih sulit. Saya menyadari betul semua yang saya kerjakan sekarang sangatlah salah. Tetapi kembali lagi, rasanya badan sangat sulit untuk digerakkan berdiri mengikuti kata hari. Nafsu saya terlalu besar untuk dibendung. Memang dasar manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini, saya tengah mengetik dengan kepala yang lumayan pusing sejak tadi pagi. Rencananya saya ingin tidur lebih awal malam ini. (Itu rencana yang selalu saya usahakan, namun tak pernah berhasil). Jika saya bisa bangun esok hari dengan tenaga yang prima dan <i>mood</i> yang baik, saya pasti bisa menggerus rasa malas ini sedikit demi sedikit. Dan satu lagi. Kebiasaan pertama saat bangun tidur yang selalu menyentuh layar hp hampir membuat saya gila. Mengapa rasanya sangat sulit menghentikan sifat seperti ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Huftt.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tenang Atika, semua bisa dilakukan tahap demi tahap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Don't look the whole stairs. Just take the first step.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>The first step.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya punya banyak harapan dan mimpi. Tentu saya juga punya perencanaan. Tetapi semuanya terasa berantakan hanya karena saya tidak bisa tidur di awal waktu, selalu membuang waktu, dan menunda-nunda pekerjaan. Biasanya untuk mengatasi ini, saya perlu mencari motivasi baru. Menggali lagi atau mengilas balik, apa yang mesti saya perjuangkan sampai akhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang saya mengantuk. Sudah beberapa kali menguap. Saya harus bisa mengalahkan diri saya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPMk6e6rK_y2XXUU9N6nmGe-8UZbolSkYV_tXotrJYaci_PSHSNmL_CEaJhOKUYRl5oFKnQaY1r49FXG9w6-V5AGtZLdxB3gb9XLCAnoNZcvZR24zkCJUVT74p7iTGYVn8bSVtV-a6xMg/s1600/hayoo.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="419" data-original-width="317" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPMk6e6rK_y2XXUU9N6nmGe-8UZbolSkYV_tXotrJYaci_PSHSNmL_CEaJhOKUYRl5oFKnQaY1r49FXG9w6-V5AGtZLdxB3gb9XLCAnoNZcvZR24zkCJUVT74p7iTGYVn8bSVtV-a6xMg/s320/hayoo.gif" width="242" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-44138973989131719982019-01-29T05:48:00.000-08:002019-01-29T05:48:03.159-08:00Sosialisasi Pertama ^^<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCc4ln5BjwKsKAZ7aeL5pSigOi0v7xx2Bh6ZjLWE0b27iTsnqsZdp_dX9lsx3BcLGqhl_oJWOkjAohi7Hi17BUM6Ce6y2uLx7nVeVSQ7jb1GrymubSGv2_lky3U4A_p0IzqglKuLJWl6I/s1600/sosialisasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="713" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCc4ln5BjwKsKAZ7aeL5pSigOi0v7xx2Bh6ZjLWE0b27iTsnqsZdp_dX9lsx3BcLGqhl_oJWOkjAohi7Hi17BUM6Ce6y2uLx7nVeVSQ7jb1GrymubSGv2_lky3U4A_p0IzqglKuLJWl6I/s320/sosialisasi.jpg" width="316" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Instagram @hmbpoliban</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabtu, 26 Januari 2019</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Assalamu'alaikum, wr, wb.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pengawal tahun, mungkin ini adalah tulisan kedua saya. Alhamdulillah, ada sebuah cerita yang bisa saya bagikan hari ini. Saya mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk bisa mengisi materi dalam suatu acara bakti sosial yang diadakan oleh salah satu perguruan tinggi di daerah saya. Suatu kebetulan yang sangat sayang jika disia-siakan. Teman SMA saya menghubungi saya untuk menjadi pemateri mengenai "Cara Menyikat Gigi" bersama adik taman kanak-kanak yang ada di suatu desa. Tentu, bagi saya yang seorang mahasiswi semester 1 kedokteran gigi ini sangat menyenangkan. Terlebih saya belum ada pengalaman mengenai bakti sosial. Setelah menyelesaikan beberapa perkara, akhirnya diputuskan bahwa saya dan seorang teman laki-laki yang mengisi materinya. Sejak awal saya hanya berharap agar tidak mengganggu jalannya acara dan mampu memberikan pemahaman yang maksimal untuk anak-anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari sebelum acara, jujur, saya sangat gugup sekali. Saya tidak tahu bagaimana harus bersikap kepada anak kecil. Saya berpikir, justru lebih sulit memberikan pemahaman kepada seorang anak daripada orang tua. Bagaimana kalau nanti mereka tidak memperhatikan saya? Bagaimana kalau ilmu yang ingin saya bagi tidak tersampaikan dengan baik? Bagaimana kalau nanti ada anak yang ricuh? Bagaimana kalau orang tuanya menanyakan hal-hal yang bahkan jauh dari sepengetahuan saya? Apa yang harus saya katakan? Bagaimana cara saya bisa berbaur dengan baik bersama mereka? Segala kegelisahan itu menggantungi saya berhari-hari. Sembari mencari <i>dental model</i> yang dibutuhkan, saya terus berdoa agar diberi kesiapan. Kalau dipikir-pikir, ini hanyalah acara bakti sosial. Tidak perlu gugup berlebihan seperti itu, kan? Tapi, bukankah setiap hal yang <i>pertama kali</i> itu selalu mendebarkan? Saya takut memulai sesuatu yang salah. Saya khawatir mengacaukan semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, saya didukung oleh lingkungan yang sangat suportif. Seorang Kakak Tingkat yang sangat baik mengizinkan saya untuk menggunakan lagunya tentang "Sikat Gigi" untuk disosialisasikan. Bahkan beliau memberikan begitu banyak saran. Ia mengatakan bahwa ini adalah pengalaman pertama kali. Kalau tidak berjalan sesuai ekspektasi, bertemu kendala, ya tidak masalah. Ia menyuruh saya untuk menyiapkan apa saja yang kiranya menjadi kemungkinan terburuk lalu mempersiapkan solusinya. Saya sangat mengagumi beliau. Semoga beliau selalu dimudahkan dan dilancarkan segala urusannya. Aamiin Ya Robbal Alamin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcuNFyD0f8wqiFRPcFMDN9ouQ3Wooy-RPufLyPhL1OiE3pGSmxv1siJBRc0qcEbOD3fVrmwi__CCxXKnEZ2sU-0TLgUnnsIwy5YLFXYAzSZJeBNwxKPA6dY-CKLz1dZ7skcPiZ8GVMQMM/s1600/sosialisasi3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="966" data-original-width="716" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcuNFyD0f8wqiFRPcFMDN9ouQ3Wooy-RPufLyPhL1OiE3pGSmxv1siJBRc0qcEbOD3fVrmwi__CCxXKnEZ2sU-0TLgUnnsIwy5YLFXYAzSZJeBNwxKPA6dY-CKLz1dZ7skcPiZ8GVMQMM/s320/sosialisasi3.jpg" width="236" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Instagram @hmbpoliban</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali pada bakti sosial. Hari Sabtu, sekitar pukul 3 sore, saya menghadapi anak-anak TK dan bernyanyi di hadapan mereka semua. Memang benar saja. Ada yang menangis. Ada yang bengong terdiam. Ada yang menyikat gigi duluan. Ada yang berani bicara tetapi bingung saat ditanya. Ada yang tidak mendapat kebagian sikat gigi. Ada yang kepedasan dengan pasta gigi. Ada yang ramah sekali tersenyum. Ada yang selalu mengikuti arahan. Ada pula yang malu-malu. Mereka semua lucu. Jujur, ketika sampai di sana tidak ada lagi rasa gugup di dada saya. Saya hanya memperhatikan mereka ketika pertama kali, terdiam sejenak berpikir "Bagaimana saya bisa berbaur?", kemudian tiba-tiba saja saya mendekatkan diri kepada salah satu anak dan mulai bertanya namanya. Di samping mereka ada ibunya yang juga tertawa. Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, tidak bisa juga saya bilang kalau sosialisasi saya saat itu berhasil. Sikat gigi yang diberikan terlalu besar untuk ukuran anak kecil dan pasta giginya tergolong untuk usia dewasa. Anak-anak banyak yang lebih dulu mulai menyikat gigi karena saya terlalu lama menjelaskan instruksi dan tidak tahan dengan pasta gigi yang pedas. Boleh dikatakan, saya tidak mampu memberikan pemahaman yang maksimal untuk mereka saat itu. Hal itu menjadi pelajaran dan masukkan penting bagi saya ke depannya. Saya masih harus belajar lebih banyak lagi. Tentu, ini pengalaman yang sangat berharga. Ditambah, pihak penyelenggara mengatakan kalau acara gosok gigi bersama ini baru pertama kali mereka masukkan dalam susunan acara bakti sosial yang tiap tahun mereka adakan. Saya tidak boleh memberikan kesan yang buruk. Tetapi, seperti itulah upaya yang bisa saya lakukan. Saya berharap ketika ada lagi acara bakti sosial berikut-berikutnya, entah dari FKG maupun organisasi luar, saya mampu meningkatkan kemampuan saya. Rasanya sangat membahagiakan ketika bisa mengajari anak kecil apa yang tidak mereka tahu sebelumnya. Sebab, niat terdalam yang saya inginkan adalah dapat memberikan manfaat untuk orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinF9c9JGAX0y_7onry1HQThk6bKt_ZxcVO-1NmfD9bIhg06rP9m6qZ0JHhqPoZ-cIyu_lOhPwcTjOKr-u2Q5gcdXgtIxi-cR8W2-2nkvTCeFP0_GJgKu1r2vCJrHcOS44Ju5q0sEuWIng/s1600/sosialisasi2.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinF9c9JGAX0y_7onry1HQThk6bKt_ZxcVO-1NmfD9bIhg06rP9m6qZ0JHhqPoZ-cIyu_lOhPwcTjOKr-u2Q5gcdXgtIxi-cR8W2-2nkvTCeFP0_GJgKu1r2vCJrHcOS44Ju5q0sEuWIng/s320/sosialisasi2.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Dokumen Penulis</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika mengingat kembali pengalaman tersebut, saya mulai berpikir. Seperti itulah nantinya yang harus dan akan saya hadapi. Saya akan benar-benar terjun ke masyarakat, menyentuh, dan mengayomi mereka. Sebuah pengabdian. Tidak dipungkiri, masih banyak orang yang menganggap tidak ada apanya seorang dokter gigi. Banyak pula yang mengabaikan kesehatan gigi mereka. Itulah yang seharusnya menjadi peran saya untuk bergerak. Dokter dibentuk tidak hanya untuk belajar seumur hidup. Tidak cukup hanya dengan memakan berpuluh-puluh buku dan praktik berhari-hari. Dokter harus mampu berbaur dengan seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya, masyarakatlah sasaran utama seorang dokter untuk bekerja. Masyarakat menjadi tempat mengabdi dan kepedulian seorang dokter dijunjung tinggi. Saya bersyukur diberi amanah oleh Tuhan untuk menjadi bagian dari itu. Alhamdulillahirrobbilalamin...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDYR6pIxpe1rW7KiPbJKIn7YfdKC9HtEx5eOF1OZIYuoq1uA4iUDPN9EW5pTQgcjjld31KvqNiRujWvlENh7nGhWhrtdCx1HaY6bEPQhvJFICnzk0Q_UPKD_7z24HBb84YMcoPmE_zQXY/s1600/sosialisasi1.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDYR6pIxpe1rW7KiPbJKIn7YfdKC9HtEx5eOF1OZIYuoq1uA4iUDPN9EW5pTQgcjjld31KvqNiRujWvlENh7nGhWhrtdCx1HaY6bEPQhvJFICnzk0Q_UPKD_7z24HBb84YMcoPmE_zQXY/s320/sosialisasi1.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Dokumen Penulis</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-89481330595599189262019-01-09T22:26:00.000-08:002019-01-09T22:26:14.306-08:00Apa yang Sedang Saya Pikirkan?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzqD9XsYzlLQt76U3avYUGkIYLaovX-SYDrAIxaoyhw7-oMPet6t8ARjo4iZUHoOjp75GfOhrIVRtjYaes8f0qrSmXmLcI5ofQ1sCz5FsJebuwnchX1HcLauFNCMU_3xlz38m9MbkBbec/s1600/whaaaa.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="669" data-original-width="750" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzqD9XsYzlLQt76U3avYUGkIYLaovX-SYDrAIxaoyhw7-oMPet6t8ARjo4iZUHoOjp75GfOhrIVRtjYaes8f0qrSmXmLcI5ofQ1sCz5FsJebuwnchX1HcLauFNCMU_3xlz38m9MbkBbec/s320/whaaaa.gif" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: pinterest</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Belakangan, ada hal-hal yang mulanya kita anggap biasa berubah
menjadi sesuatu yang justru sulit untuk kita lakukan. Entah tidak ada semangat,
perasaan takut, atau kurangnya motivasi di dalam diri sendiri. Saya
mengalaminya saat ini. Beberapa hari terakhir, menulis yang seharusnya menjadi
kegiatan menyenangkan, entah mengapa, menjadi aktivitas yang agaknya sulit
dilakukan. Duduk beberapa menit menatap layar laptop membuat saya terdiam dan
tidak menghasilkan apa-apa. Alih-alih mencapai satu halaman, menulis satu
paragraf pun rasanya tidak sampai. Tidak mengerti juga, apa yang sedang saya
alami saat ini. Mungkin karena memang belakangan saya sudah jarang sekali
membaca buku fiksi dan memantau berita. Itu yang akhirnya membuat saya tidak
memiliki bahan sama sekali untuk ditulis. Mungkin, saya kurang nutrisi bacaan.
Saya hanya berpikir, kalau saya membaca novel atau kumpulan cerpen, rasanya
sudah tidak ada waktu lagi. Lebih baik dipakai untuk membaca bahan kuliah yang
akan datang. Tetapi, pada akhirnya kedua hal itu tidak saya lakukan dengan
maksimal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Rasa malas memang membuat seseorang bisa jadi sebodoh itu yaa…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sampai detik ini, saya masih merasa tidak cukup baik dalam membagi
waktu ataupun disiplin dengan diri sendiri. Saya membuat sebuah buku <i>planner</i> untuk
mengatur dan memantau jadwal harian saya, motivasi, atau rencana jangka panjang
saya ke depannya. Tetapi, semua itu kebanyakan hanya sebatas pada tulisan di
atas kertas. Sejauh ini, tidak ada yang benar-benar saya lakukan dengan maksimal.
Setiap kali saya memberi tanda centang pada apa yang sudah saya tuliskan,
sering kali saya berucap dalam hati, "Padahal saya bisa melakukan lebih baik
dari ini." tetapi kenyataannya, saya hanya kembali duduk dan tidak berbuat
apa-apa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kemudian, malam ini saya memutuskan untuk menulis blog.
Sebenarnya, ada sebuah buku yang baru selesai saya baca. Buku pertama yang saya
tuntaskan di awal tahun ini. Sangat bagus sekali. Mungkin akan saya ceritakan
di lain waktu. Kembali ke topik awal, saya menulis blog. Saya harus mulai
bertanya kepada diri saya sendiri. Apa yang sebenarnya saya pikirkan saat ini?
Apa masalah yang saya hadapi sampai mengganggu rutinitas saya belakangan ini?
Apa kiranya yang menghalangi saya terhadap hal-hal yang saya sukai?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saya merenung sejenak, lalu menyimpulkan suatu jawaban: Saya tidak
tahu persis, rasa takut mungkin, atau malas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Yap! Sudah saya temukan pelaku utamanya. Takut dan Malas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Takut memang sering kali menghampiri setiap orang, ya? Takut untuk
mencoba hal baru, takut gagal, takut salah, takut jika nantinya tidak bisa
diterima, dan berbagai rasa takut lainnya. Rasa takut yang pada akhirnya
melahirkan pikiran di kepala saya untuk berkata, "Ah, sudahlah. Buat apa
mencoba? Toh, nanti tidak akan ada hasilnya." Sungguh pemikiran yang buruk
sekali. Saya menyadari rasa takut yang muncul, sekecil apapun itu, bisa jadi
memunculkan pemikiran-pemikiran negatif yang akan membawa kita pada aksi yang
negatif pula. Kalau sudah begitu, ya jelas kita tahu akhirnya. Sesuatu yang
sudah diawali dengan hal buruk, juga akan berakhir dengan hal yang tidak baik.
Rasa takut itulah yang harus dihilangkan. Betul-betul dimusnahkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Semua orang pernah mencoba. Tentu, pernah gagal
juga. Kalaupun tidak ada yang bisa menerimamu, paling tidak, dirimu sendiri
yang menerima apa yang sudah kamu lakukan. Tidak perlu menghiraukan orang lain
yang juga tidak memberimu makan. Melangkahlah dengan pelan, namun pasti.
Yakinkan, bahwa kamu bisa menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai.</span></i></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sementara, untuk Si Malas. Saya hampir merasa buntu menghadapinya.
Tidak mengerti lagi harus berbuat seperti apa. Kadang dia bersembunyi
lewat <i>handphone</i> yang saya genggam. Melalui <i style="mso-bidi-font-style: normal;">folder</i> film yang sudah saya pisahkan
dari loker manapun. Sudah juga saya isolasi dari semua jaringan yang ada.
Tetapi, lagi-lagi dia kembali dalam bentuk yang tidak pernah saya mengerti.
Malas itu memang batu. Saya selalu saja merasa jadi orang paling buruk di dunia
jika mengingat betapa akrabnya saya dengan Malas. Rasanya betul-betul tidak
berguna. Muncul perasaan ingin berbuat sesuatu, <i>action</i>! Namun
kemudian, saya hanya akan terdiam lalu tepekur lagi. Begitu saja terus sampai
matahari terbelah menjadi dua!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Adakah jalan lain yang bisa ditempuh agar Si Malas ini bisa pergi
jauh? Minimal, mengurangi keberadaannya saja. Ingin sekali rasanya, melepas Si
Malas dan berteman dengan Disiplin. Namun hampir dari kita semua sudah tahu,
setiap hal yang telah kita kenal agaknya tidak bisa kita hapuskan seratus
persen. Selalu ada bagian sepersekian yang tersisa. Selalu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Terlepas dari itu semua, saya tetap berharap agar Takut dan Malas
segera beranjak. Paling tidak, dengan mulai keluar dari zona nyaman sedikit
demi sedikit. Kalau dipertimbangkan dengan matang, ada lebih banyak hal yang
bisa saya temui jika saya mampu melepaskan mereka. Akan ada lebih banyak kesempatan
dan jalan baik. Bukankah kita tidak boleh ragu untuk membuang sesuatu yang
memang tidak membawa kebaikan untuk kita?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setidaknya, saya harus yakin dulu sebelum akhirnya memutuskan
untuk benar-benar melangkah.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">***</span></div>
</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-17190264277489376902018-12-27T04:56:00.000-08:002018-12-27T04:56:57.804-08:002 0 1 8<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxqKxD2cmsIHJAtItRrGN4qcYD9Rd3HrUAgJkPgZnWvI7qhOVMZMl4nh2ktliuBB7zFCDD8uYg8uCmxay_Is3V_lAhgcpsDG7fYikofrpFgXHE1lJ-TwlSZvTFUEpyEjbh_sg1-MQHGQ/s1600/8ca9cf32353fdda46f074f5267cd190a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1328" data-original-width="736" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxqKxD2cmsIHJAtItRrGN4qcYD9Rd3HrUAgJkPgZnWvI7qhOVMZMl4nh2ktliuBB7zFCDD8uYg8uCmxay_Is3V_lAhgcpsDG7fYikofrpFgXHE1lJ-TwlSZvTFUEpyEjbh_sg1-MQHGQ/s320/8ca9cf32353fdda46f074f5267cd190a.jpg" width="176" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak pernah ada manusia yang tahu akan jadi apa dia di masa depan. Banyak yang menduga dan berkhayal, tetapi hanya sedikit yang benar-benar berusaha. Ada yang mempersiapkan jauh-jauh hari, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah dijalankan dengan takdirnya yang berbeda. Beberapa senantiasa berdoa untuk kebaikannya, sampai ia dihadapkan dengan kenyataan yang berat untuk diterima. Tidak ada yang pernah tahu bagaimana rahasia Tuhan. Tidak ada seorang pun yang bisa menduga apa yang sedang Tuhan rencanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun ini adalah tahun di mana sangat sedikit saya menulis. Tahun di mana tidak sedikit angan-angan menguap ke udara sampai tidak berbekas. Tahun yang mengajarkan banyak hal kepada saya yang masih kekanak-kanakkan dan ceroboh. Tahun yang menguatkan dan mengabulkan cita-cita saya. Malam ini belum sampai 365 hari sebenarnya, tetapi saya sudah tidak sabar untuk menulisnya. Tentang tahun ini. Saya belum pernah belajar sekuat ini sebelumnya, begitu pula sejatuh ini. Namun setiap hidup pasti memiliki alurnya yang berputar. Saya senantiasa meyakini bahwa inilah saatnya roda saya naik dan turun. Semakin jauh saya berputar, semakin dekat saya dengan apa yang saya cari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak tahu pasti apa yang akan saya hadapi di masa depan. Mungkin lebih berat dari sekarang, mungkin lebih rumit, lebih melelahkan, atau mungkin lebih baik lagi. Setiap sampai di tanggal kelahiran saya, hal pertama kali yang selalu terpikirkan adalah bahwa saya bersyukur telah sampai ke tahap ini. Usia yang bertambah padahal sebenarnya kian berkurang. Akan selalu ada pertanyaan "Apa yang sudah kamu dapat sejauh ini?" muncul di kepala saya dan setiap saya kilas balik apa yang telah saya lalui selama setahun, perasaan sesal dan senang keluar bersamaan. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, bukan? Setiap orang pasti harus belajar dari kesalahannya. Di samping itu, saya sangat mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan. Bagaimana impian saya terwujud dengan indahnya. Di tahun ini saya menyadari bahwa Tuhan sangat menyayangi hamba-Nya dan begitu pula saya seharusnya terus berusaha memperbaiki diri. Pelajaran penting yang Tuhan berikan harus menjadikan saya pribadi yang lebih kuat, dewasa, dan beragama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu yang akan datang, saya harus membangun lagi tenaga yang terkubur terlalu lama. Saya harus berjuang lagi demi orang-orang yang menyayangi dan menaruh harapannya kepada saya. Ada banyak hal yang perlu saya perjuangkan. Saya percaya, untuk mencapai apa yang saya inginkan saya harus mengorbankan banyak hal. No pain, no gain. Tuhan juga akan selalu membantu hamba-hamba-Nya yang mau berusaha. Saya percaya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIld2_YUjMh2Aac7rrNRCQdzIzRKHuhngLsw5Rrqt12-uxelR3o8Tllfzi6ce4GOc72mIJLMhlxRdzixeVnsJ2XfuSA5I8Bpt3uzVp4R5loIXXWloV6RPVhEqu_sWpvYB5HxGsgFT6OZQ/s1600/0314f143e42a6f878a75a61a66e2f8e8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1308" data-original-width="736" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIld2_YUjMh2Aac7rrNRCQdzIzRKHuhngLsw5Rrqt12-uxelR3o8Tllfzi6ce4GOc72mIJLMhlxRdzixeVnsJ2XfuSA5I8Bpt3uzVp4R5loIXXWloV6RPVhEqu_sWpvYB5HxGsgFT6OZQ/s320/0314f143e42a6f878a75a61a66e2f8e8.jpg" width="178" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk8vieKsMNfhgIuaI_yY7iByyGxZ0nMgSbAdE75cm6sUIvczIK3zb9A1GxtnrlnhylGgRbt5BjORge4AMOla3XTeJHMYIfqL_14E_iKGK5DVD_11YLIO5Q1rkuPwITNqcWd6Q4YGHTOwQ/s1600/f1037db40f6f98bafcb673f929c8156d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1308" data-original-width="736" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk8vieKsMNfhgIuaI_yY7iByyGxZ0nMgSbAdE75cm6sUIvczIK3zb9A1GxtnrlnhylGgRbt5BjORge4AMOla3XTeJHMYIfqL_14E_iKGK5DVD_11YLIO5Q1rkuPwITNqcWd6Q4YGHTOwQ/s320/f1037db40f6f98bafcb673f929c8156d.jpg" width="178" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-19660330426478989802018-11-28T06:19:00.000-08:002018-11-28T06:19:17.399-08:00Tentang Beradaptasi dan Perubahan<div style="text-align: justify;">
Hal pertama kali yang terlintas di benak saya saat ini adalah <i>kedinginan</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ingin rasanya saya menangis sambil berkata bahwa saya tidak kuat. Tetapi ini baru awal, bahkan untuk menjejakkan kaki di garis <i>start </i>pun rasanya belum sampai. Saya masih jauh, masih sangat jauh. Perjalanan yang akan saya tempuh masih terbentang luas di hadapan saya saat ini. Kalau yang begini saja saya sudah lemah, bagaimana nanti?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan mungkin kita semua selalu menyepakati, kalau <i>beradaptasi</i> itu tidak pernah mudah. Segala fase perubahan yang dialami setiap manusia selalu tidak mengenakkan. Kita belum biasa dengan suasana baru, tidak mengerti akan beberapa hal, masih mencari pijakan yang pasti untuk berjalan. Bagaimanapun kita telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya, perubahan seringkali sulit untuk kita terima. Ada rasa enggan bagi kita untuk berpindah dari tempat yang sudah kita rasa nyaman. Ada keraguan saat kita harus keluar dari zona tetap yang sudah kita tinggali cukup lama. Namun kembali lagi, kita ini manusia yang hakikatnya memang selalu hidup dinamis, berkelanjutan. Jika tidak berlanjut, ya berarti kita sudah mati. Sebagai manusia, mau tidak mau kita harus terus dihadapkan atas beragam masalah dan perubahan. Siap tidak siap, kita harus terbuka untuk semua hal itu. Sekarang tinggal tergantung dari bagaimana cara kita menyikapinya. Dari langkah apa yang bisa kita ambil untuk terus hidup dan berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki dunia baru, entah itu sekolah, kuliah, maupun lingkungan pertemanan, kerap menjadi momok tersendiri bagi saya. Ada perasaan takut atau kekhawatiran yang muncul setiap kali saya harus menginjakkan kaki untuk pertama kalinya pada tanah yang baru. Bagaimana kalau nanti saya seperti ini? Apa jadinya kalau yang lain begini? Bisakah saya begitu? Aduh, mereka itu bagus sekali! dan berjuta ungkapan lainnya. Saya memang termasuk orang yang <i>overthinking</i> akan suatu hal. Pemikiran berlebihan yang kerap membuat saya jatuh dan capai sendiri. Jujur saja, setiap kali memulai adaptasi, perasaan minder itu selalu datang. SELALU. Namun entah mengapa, <i>Alhamdulillah</i>, dengan berbagai cara saya pasti bisa bangkit dan bertahan lagi. Begitu pula saat ini. Oleh karena itu saya menyadari, bahwa ini bukanlah pertama kalinya saya seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang saya sampaikan di awal, hal pertama kali yang saya tahu adalah tangan saya terasa sangat dingin hingga saya harus memasukkannya ke saku rok agar terasa lebih hangat. Sesekali bisa pula saya merasa agak mual atau sedikit pusing dan mengantuk. Itu bukan apa-apa. Di hari pertama menggunakan lift, saya merasa pusing dan mual. Saya tidak biasa dengan kondisi-kondisi seperti itu. Keesokan harinya, saya amat bersyukur ketika diberitahu bahwa saya dilarang menggunakan lift dan diharuskan memakai tangga. Saya memang lebih memilih memakai tangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pengalaman ini, entah, mungkin ini memang hanya ada di kepala saya saja. Tapi bagaimanapun juga, sering sekali muncul perasaan bahwa saya sulit untuk berada di tempat itu. Mulai dari lingkungannya secara material, namun juga termasuk lingkungan sosial dan aspek lainnya. Saya merasa berbeda. Saya merasa kalau saya harus bekerja lebih keras daripada yang lain. Saya harus bisa lebih giat daripada yang lain. Saya harus mampu lebih kuat daripada yang lain. Karena pada kenyataannya, untuk bisa menyesuaikan diri dengan tempat itupun bahkan saya masih belum bisa. Saya merasa kalau saya tertinggal cukup jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya pemikiran ini sudah saya anut sejak dulu. Pemikiran bahwa saya ini selalu berbeda. Terlebih karena latar belakang sosial saya yang juga tidak sama dengan yang lainnya. Justru itulah yang kerap menguatkan saya kembali. Menjadi cambuk bagi saya agar mampu bertahan dan tidak pernah berhenti berjuang. Terlebih ketika mengingat orang tua saya. Bagaimana lelahnya Ibu saya yang duduk di warung menunggu kedatangan saya. Betapa mengantuk dan capainya Ayah saya agar dapat meluruskan niat saya berada di gedung yang saya pijak sekarang. Saya tahu usaha mereka sangat besar untuk saya. Maka dari itu, saya justru harus lebih kuat dan keras lagi agar bisa menunjukkan bahwa apa yang telah mereka berikan sampai detik ini tidak ada satupun yang terbuang. TIDAK ADA.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkaca dari orang lain itu terkadang diperlukan, agar kita tahu sudah sampai sejauh mana kita sekarang. Namun selebihnya, semua berada di tangan kita sendiri. Kita harus tetap fokus dan melihat jalan kita sendiri. Melihat apakah diri kita sudah lebih baik dari sebelumnya atau mungkin belum ada perubahan apa-apa. Pada akhirnya, ini bukan tentang orang lain. Melainkan, bagaimana kita bisa melampaui diri kita sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beradaptasi itu memang suatu keharusan. Saya pasti bisa berubah. Saya pasti bisa melampaui diri saya sebelumnya, dan terus berkembang menjadi manusia yang lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pasti bisa.</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-24923622231547416262018-08-10T21:30:00.000-07:002018-08-10T21:30:20.420-07:00H A L O<div style="text-align: justify;">
Hai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah lama sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Satu tahun lebih yang banyak berubah. Lama tidak menulis membuat saya sempat kehilangan minat dalam membaca dan membuat tulisan. Saya harus mulai dari awal lagi untuk bisa membangun kebiasaan yang dulu saya lakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sudah lulus dan masuk perguruan tinggi negeri di daerah tempat saya tinggal dengan jurusan kedokteran gigi. Suatu hal yang jarang saya bayangkan. Lucunya, saya lebih siap menerima pilihan kedua saya daripada pilihan pertama saya. Memang benar, segalanya sudah ditentukan dan sisanya, kita sebagai manusia hanya menjalankannya. Seseorang pernah mengatakan itu kepada saya beberapa hari yang lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setahun ini, saya mendapat banyak pengalaman dan pelajaran. Dekat dengan orang baru dan lama yang menunjukkan perspektif berbeda. Manusia selalu berubah, dan saya menjalani semuanya sejauh ini dengan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru saja saya selesai membaca tulisan teman saya, yang juga mendorong saya untuk membuat tulisan ini. Sebenarnya saya sudah sangat malas untuk menulis. Saya bingung harus menulis apa. Saya kehilangan kata-kata. Tetapi, tulisan ini saya buat untuk mengingatkan diri saya sendiri. Entah kapan, ketika saya masih ingat kalau saya memiliki blog dan membukanya, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri. Bahwa di titik ini, saya harus sadar betul,<i> saya harus banyak-banyak bersyukur</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apapun masalah yang akan saya hadapi nantinya, apapun kesalahan yang sudah dan mungkin akan saya lakukan, saya harus ingat, kalau segala hal yang terjadi tidak pernah tanpa alasan. Selalu ada penjelasan dan kesempatan untuk memperbaikinya. Tidak ada yang pernah tahu, bagaimana jalan yang akan kita hadapi di depan dan apa yang sedang Tuhan rencanakan untuk kita. Namun yang jelas, ketika Tuhan sudah menetapkan satu jalan untuk kita, maka kita harus yakin dengan keputusan itu. Masa bodoh, apakah itu sesuai keinginan kita atau tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tuhan saja yakin, menetapkanmu pada jalan itu. Mengapa kamu, yang hanya makhluk ciptaan-Nya meragukan apa yang ia pilihkan untukmu?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalimat itu yang saya putar di kepala saya berulang kali. Saya selalu merasa lebih kuat jika mengingat kalimat itu, yang membuat saya yakin dengan apa yang saya hadapi saat ini. Semakin bertambah yakin, ketika saya melihat orang-orang terdekat saya juga mengalami hal yang sama. Jadi, ketika suatu saat nanti saya berada pada posisi paling rendah dan terjatuh sedalam-dalamnya, saya harap saya bisa membaca tulisan ini dan mengingatkan saya kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia itu memang makhluk yang sering kali lupa. Lupa diri, lupa bersyukur, lupa mengakui kesalahan, lupa kebaikan yang orang lain lakukan, dan lupa-lupa lainnya. Karena itu saya suka menulis. Di saat saya membaca ulang semua tulisan yang telah saya buat, di saat itulah saya sadar betapa saya telah banyak berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terima kasih untuk semua orang yang telah menyadarkan saya akan hal ini. Terima kasih untuk kalian, siapapun itu yang pernah saya kenal kalau kalian membaca tulisan ini. Terima kasih karena sudah saling menyadarkan dan mengingatkan.</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-2703052943879080522017-06-30T21:32:00.000-07:002017-07-01T19:36:57.451-07:00Keinginan dan "Sedikit" Kegelisahan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB7GTKSFdAWvx2QjNhCXp6y7uCieacFsxbPUdxNjII-UJeJbBAqNyJb93BQ06pGZ1y-T6rVbfWJdYLMGNDGY7o9n3uHaNpCxnO0Op3Iuvt__B88DUNypInNbUSb-4QNmipi7YbGOXIpLo/s1600/bunga1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB7GTKSFdAWvx2QjNhCXp6y7uCieacFsxbPUdxNjII-UJeJbBAqNyJb93BQ06pGZ1y-T6rVbfWJdYLMGNDGY7o9n3uHaNpCxnO0Op3Iuvt__B88DUNypInNbUSb-4QNmipi7YbGOXIpLo/s320/bunga1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: tumblr.com</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br />Assalamu’alaikum.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Berbeda
dengan sebelum-sebelumnya, postingan ini bukan mengenai buku atau film. Bukan
pula mengenai perasaan. Meskipun saya tidak berani menjamin, juga akan ada
sedikit perasaan terlibat di sini. Perasaan saya lebih tepatnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Di
awal tahun, melihat dari blog seorang idola, saya ingin mengikuti jejaknya
dalam membaca. Dalam blog-nya ia berkata bahwa akan membaca minimal sebuah buku
dalam satu bulan. Hingga jika dijumlahkan, paling tidak, dalam satu tahun ia
akan melahap 12 buku. <i>Minimal. </i>Ia juga
me-resume 12 buku yang sudah dibacanya tahun lalu. Merekomendasikan beberapa
buku yang menurutnya sangat patut untuk dibaca.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Melihat
hal itu, saya tertarik untuk melakukan hal yang sama. Karena memang beberapa
tahun belakangan, saya juga mulai kurang menghabiskan waktu dengan setumpuk
buku bacaan. Maka jadilah tahun ini, di mana saya berniat untuk menghabiskan
sedikitnya 12 buku dalam satu tahun. Dan setelah melangkah sejauh ini, saya
menyadari bahwa itu jumlah yang bisa dibilang, sedikit bagi seorang <i>Bibliophile.</i><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMJGYtn07VxPdEhkb8JqQt2v06F3_V2DaijeVZ10S28-YvPw_IXvhOee1lqHbdMGMc6BF-rWK-fdgR7xp7q6yWpT5kBHu_kKOGGexPEYRZE4EM9_vyCAUzJcTHdmX95URb5jMo6aDWTq0/s1600/tumblr_odih8gs7bj1rbyyfdo1_500.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="333" data-original-width="500" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMJGYtn07VxPdEhkb8JqQt2v06F3_V2DaijeVZ10S28-YvPw_IXvhOee1lqHbdMGMc6BF-rWK-fdgR7xp7q6yWpT5kBHu_kKOGGexPEYRZE4EM9_vyCAUzJcTHdmX95URb5jMo6aDWTq0/s320/tumblr_odih8gs7bj1rbyyfdo1_500.gif" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">sumber: tumblr.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Tidak,
saya tidak mengklaim diri sebagai <i>Bibliophile</i>.
Atau lebih tepatnya belum. Karena sebenarnya saya ingin. Tetapi, keadaan masih
menyibukkan saya dengan buku-buku pelajaran, kegiatan sekolah, dan serangkaian
ulangan. Ya, status sebagai pelajar terkadang memperluas kita pada ilmu
pengetahuan namun mempersempit kita pada bidang yang kita sukai. Kecuali bidang
yang tergabung dalam ekskul sekolah. Itupun, saya rasa tidak sungguh-sungguh
berkembang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Kembali
pada pokok pembahasan. Di tahun ini, saya berusaha agar bisa memenuhi niat
tersebut. Satu buku untuk satu bulan dan mengulasnya dalam blog ini. Akan tetapi,
rencana itu saya ubah menjadi lebih cepat. Kalau bisa dua bahkan lebih banyak
dalam sebulan. Karena di pertengahan, saya baru (lagi) sadar kalau setengah
tahun terakhir dan setengah tahun depan, akan menjadi masa-masa berat untuk
saya. Saya harus berkutat pada buku-buku ujian sekolah, ujian nasional (apapun
sebutannya untuk saat ini, intinya tetap sama bagi saya), <i>try out</i>, hingga tes masuk perguruan tinggi. Bahkan untuk
mengingatnya pun sudah membuat saya lelah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Oleh
karena itu, saya ingin menyelesaikan semuanya lebih awal. Sehingga sisanya,
buku yang dibaca di luar dari 12 buku dalam setahun, bisa saya baca kapan saja
tanpa bergantung pada waktu luang yang kian sempit. Terlebih lagi, kalau saya
tidak sempat mengulas buku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Jadilah
sekarang. Niat itu sudah terlaksana. Keinginan saya sudah terpenuhi. Namun, itu
tidak lantas membuat saya berhenti membaca. Tentu tidak! Saya justru akan terus
membaca dan semakin sering membaca. Dari awal hingga pertengahan tahun ini,
saya sudah menandaskan beragam jenis buku. Mulai dari kumcer, novel, hingga
sastra. Buku-buku yang memperkenalkan saya pada penulis-penulis hebat seperti
Etgar Keret, Eka Kurniawan, Norman Erikson Pasaribu, Bernard Batubara, dan
tentunya, Haruki Murakami. Dan setelah ini, daftar buku yang ingin saya jamah
semakin banyak. Sayang, waktu dan kondisi sepertinya kurang memihak kepada
saya.</span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;">Maka,
bagi seorang yang berikeinginan menjadi <i>Bibliophile</i>
dan dalam tahap menulis yang masih sangat awal, seperti saya, saya harap
maklum. Maklum dengan ulasan-ulasan saya yang masih serba kekurangan dan perlu
banyak perbaikan dalam memahami bacaan dan menulis. </span></span><span style="font-family: inherit; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 1cm;">Saya masih belajar. Dan akan terus belajar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_bHTjjrFm9GkCTfBnp1vWuvDCDVod2tkzYi_otc_MZwioR5zwXFBTNwI75d_PNrIhMgvpFaFY8eyL1SbxiqahXARo3QHi0TBr4cdIEKvqV2i3ooxM4TCi__blU3TcpNU11reiQ79Db4Q/s1600/books.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="661" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_bHTjjrFm9GkCTfBnp1vWuvDCDVod2tkzYi_otc_MZwioR5zwXFBTNwI75d_PNrIhMgvpFaFY8eyL1SbxiqahXARo3QHi0TBr4cdIEKvqV2i3ooxM4TCi__blU3TcpNU11reiQ79Db4Q/s320/books.gif" width="242" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: tumblr.com</td></tr>
</tbody></table>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-27314714278429509732017-06-30T08:38:00.002-07:002017-06-30T08:40:17.512-07:00Review Buku: Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu - Norman Erikson Pasaribu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkZgwbYcx5AZlq8XYYdBfSADMon2r3_ppsLbAyrAd7TM1IJUcAjW1WKbVc2_ReLkxpNu0IExWd4ivwVMoUICBMYOX17oMwTrGZl7zu6Ry1fgnpV8IaF7Hgfvwi3v9DhcdT6O7Ba639Wvs/s1600/norman+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkZgwbYcx5AZlq8XYYdBfSADMon2r3_ppsLbAyrAd7TM1IJUcAjW1WKbVc2_ReLkxpNu0IExWd4ivwVMoUICBMYOX17oMwTrGZl7zu6Ry1fgnpV8IaF7Hgfvwi3v9DhcdT6O7Ba639Wvs/s1600/norman+1.jpg" /></a></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 70.9pt; text-align: center; text-indent: -18.0pt;">
<i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Kesepian bukanlah hidup sendirian, kesepian adalah ketidakmampuanmu
untuk menjaga seseorang atau sesuatu tetap di sisimu.</span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 70.9pt; text-align: center; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]--></span><i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal. 87</span><o:p></o:p></i></blockquote>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Judul buku : Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama
Lagi Aku Harus Menunggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Penulis : Norman Erikson Pasaribu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Cetakan Ke- : 1<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tahun terbit : 2014<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;">Sebenarnya buku ini telah saya beli kira-kira setahun yang lalu. Atau kalau
saya salah, mungkin dua tahun. Ketika saya masih belum cukup mengerti dengan buku-buku
sastra dan cara berpikir saya yang juga belum bisa memahami hal-hal rumit. Persis
seperti Kakek Nakata rekaan Haruki Murakami yang tidak terlalu pandai. Oleh karena
itu, buku ini pun hanya teronggok dalam lemari kaca dan menua karena mulai
berjamur. Jujur saja, salah satu hal lain yang membuat saya kembali tertarik
untuk membaca buku ini adalah, selain karena judulnya yang bisa dibilang hmm,
cukup panjang dan menohok hati, juga karena <i>cover</i>-nya
yang tampak kelam. Membuat sebuah pertanyaan di kepala saya pun muncul,
Benarkah menunggu bisa sesakit dan
semenyiksa itu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;">Buku ini, merupakan kumpulan cerpen yang beberapa di antaranya telah
dimuat di berbagai media massa. Tidak mengherankan, karena setiap kali saya
berhasil menandaskan satu cerpen, saya selalu tertegun. Tentu dalam artian ‘terkesima’.
Cerpen pertamanya yang berjudul <i>Tentang
Mengganti Seprai dan Sarung Bantal </i>sukses menjadi pembuka yang menohok bagi
saya. Nuansa akan kepedihan, percintaan, dan pandangan sosial terasa amat
kental. Memberikan gambaran sepenuhnya kepada saya, bagaimana cerita-cerita
selanjutnya akan saya nikmati.</span><o:p></o:p></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 60.55pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span>
<blockquote style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Kadang-kadang ketika stress menulis berita,
aku menekan Command+Z–undo typing–berulang-ulang, perlahan-lahan, hingga yang
tersisa hanyalah layar putih, lalu aku mencuci mukaku dan menatap wajahku dan
berkata kepada bayangan diriku, “Tak ada yang terjadi, semua itu tak terjadi.”
Dan, kau tahu, kelak dalam kehidupanmu ada momen semacam itu, di mana semua
kesedihan yang kau alami tiba-tiba berputar mundur di kepalamu. Sayangnya, yang
tersisa bukanlah layar putih–mengingat tak ada perumpamaan yang sempurna.</span></i><br />
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">-<i>Hal. 45<br /><o:p></o:p></i></span></blockquote>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 60.55pt; text-align: center;">
</blockquote>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;">Tentang harusnya
bersabar dalam menunggu, menerima kepedihan, kepergian, dan berusaha melupakan
sesuatu yang kita tahu, bahwa akan sulit melupakannya, adalah sedikit dari
banyak hal yang bisa saya tangkap dari tulisan-tulisan Bang Norman. Juga
menyinggung isu sosial seperti <i>LGBT</i>
yang dipolesnya sedemikian menarik, sehingga mampu membuka pandangan saya
mengenai hal tabu tersebut.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 70.9pt; text-align: center; text-indent: 0cm;">
<i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Akan datang harinya di mana Hawamu itu tahu dan akhirnya diam-diam
meminta kalian untuk pergi, memisahkan diri dariku. Mungkin saat itu kau akan
bilang dengan yakinnya: Kami akan datang setiap minggu. Tapi aku tahu setelah
itu kalian tidak akan kembali. Dan garpu imajinatif itu bakal laksana permata
yang patah. Dan hanya aku yang tersisa. Sendiri bertahan. Persis tusuk sate.</span></i></blockquote>
<blockquote style="text-align: center;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><i>- Hal. 47 </i></span></blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg866CDGIRQACD8qfOiR8hFzH_lhRtGZV1CbIFFzJTJ9egrrdSNjEyT8k0Vdswp2jChUuiMKY60s_M01DV1YX3SpWKXrWROVrpOxROcKajplkhicRxlsMgMb3o04CXPGhzcuu5yTIVMNTs/s1600/norman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg866CDGIRQACD8qfOiR8hFzH_lhRtGZV1CbIFFzJTJ9egrrdSNjEyT8k0Vdswp2jChUuiMKY60s_M01DV1YX3SpWKXrWROVrpOxROcKajplkhicRxlsMgMb3o04CXPGhzcuu5yTIVMNTs/s1600/norman.jpg" /></a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;">Selain
cerita-ceritanya yang begitu berbeda, hal lain yang memesona saya ialah
bagaimana Bang Norman menuturkan setiap ceritanya. Ya, sudut pandang orang
pertama pelaku sampingan yang terkadang membuat saya agak kebingungan, tapi tidak
pernah gagal menggoyahkan emosi. Ia punya bahasa yang seolah sanggup mengetuk
hati.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 70.9pt; text-align: center; text-indent: 0cm;">
<i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">“Apakah Anda pergi sendirian saja?” Pertanyaannya entah mengapa
menyesakkan. Aku merasa dia menuduhku sebagai orang yang sebatang kara. Aku pernah
tahu orang seperti itu, kenal dekat malah. Orang itu sudah lama pergi dan tak
perlu kembali. Bara yang mengusirnya. Kalau aku tak keliru, namanya Kesepian.</span></i><br />
<blockquote>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><i>-Hal</i></span><i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">. 161</span><o:p></o:p></i></blockquote>
</blockquote>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: inherit;">Kumcer ini bisa
menjadi teman hangat, selagi kalian menanti sosok yang entah kapan akan tiba. Dan
untuk orang yang sedang menunggu, penantian yang belum berujung, buku ini
seperti teh hangat di pagi hari yang akan membuka mata kalian. Menyadarkan kalian.
Bahwa dalam perihal menunggu, segala sesuatunya tidak akan pernah mudah.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 60.55pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 70.9pt; text-align: center; text-indent: -18.0pt;">
<i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Dunia ini kadang terasa seperti penantian yang tak usai-usai. Perjalanan
yang sunyi. Kadang menyenangkan, lebih sering menyakitkan. Ditinggalkan. Terpaksa
meninggalkan. Patah hati. Dilupakan. Terpaksa melupakan. Kalah. Terpaksa menyerah…</span></i><br />
<blockquote>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">-</span><i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal. 83</span><o:p></o:p></i></blockquote>
</blockquote>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-14260544969536333592017-06-20T08:32:00.001-07:002017-06-20T08:48:12.022-07:00Review Buku: Elegi - Dewi Kharisma Michellia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7T9bzvPGOWOCQxAUd3CxMFFLbEiNmNyVHJ2d-KxLmU-xBq6w29aID2CdcDwIE6IUaefWc4OBsEuXVeEh-hTJz_J_BOWFgXQ64J7gpqoCpPqRVBoaKLXuEaSHTCUB3_uX7dfFgq_m_hsk/s1600/elegi1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7T9bzvPGOWOCQxAUd3CxMFFLbEiNmNyVHJ2d-KxLmU-xBq6w29aID2CdcDwIE6IUaefWc4OBsEuXVeEh-hTJz_J_BOWFgXQ64J7gpqoCpPqRVBoaKLXuEaSHTCUB3_uX7dfFgq_m_hsk/s1600/elegi1.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Judul Buku</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">:
Elegi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 4.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Penulis :
Dewi Kharisma Michellia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 4.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Penerbit :
Grasindo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 4.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tahun Terbit :
2017<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 4.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jumlah Halaman :
162<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 4.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sesuai dengan judulnya, Elegi karya Mba Dewi
Kharisma Michellia ini akan selalu membawa kita untuk bergumul pada kepedihan,
kepergian, dan kematian. Diramu dengan apik dan segar, membuat kita terkadang
harus membaca atau berpikir dua kali untuk mengerti apa arti yang ingin
disampaikan Mba Dewi sebenarnya. Sebagian ada yang terasa <i>sedikit </i>ganjil, beberapa ada yang sulit saya pahami, namun ada pula
yang teramat menyentuh hati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Buku kumpulan cerpen ini terbagi ke dalam 13 cerita
pendek dan 6 fragmen yang beberapa di antaranya telah dimuat di media massa.
Kita akan masuk dalam kesedihan yang disebabkan oleh patah hati, kematian
orang terkasih, kehilangan sosok keluarga, hingga kerinduan yang mendalam.
Elegi mengajak kita untuk mencicipi sembilu dari sisi dan sudut pandang yang
beragam. Lebih tepatnya, menunjukkan kepada saya bahwa di dunia ini, banyak hal
dapat mengundang luka, termasuk seorang penulis yang sedang <i>mandek</i> sekalipun. Tidak lupa juga dengan
potongan-potongan yang singkat, namun membekas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Di sini saya hanya akan menuliskan sinopsis 3 cerpen
<i>favorite</i> saya dari buku ini, ditambah
dengan beberapa fragmen yang <i>hmm..</i>
menyentil perasaan saya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<ul>
<li><b style="text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Penulis Fiksi </span></b></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 138.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Penulis Fiksi berkisah tentang tokoh Aku yang sering
sekali memperhatikan tetangga barunya. Sampai suatu ketika, Ibunya tokoh Aku
memberitahu kalau tetangga baru mereka itu masuk rumah sakit karena percobaan
bunuh diri yang ia lakukan. Tetangga barunya itu dilarikan ke rumah sakit
setelah ia menenggak racun, memutus urat nadinya, lantas loncat dari lantai dua
rumahnya. Dan beruntungnya, sungguh beruntung, pria itu tidak mati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 138.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 138.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Orang tuanya menyuruh tokoh Aku untuk menjenguk pria
itu ke rumah sakit. Di sana, tokoh Aku mengobrol dengan pria itu. Tegur sapa
yang pertama kali mereka lakukan, semenjak pria itu menjadi tetangganya. Pria
itu memberikan sesuatu kepada Aku dan setelahnya, sesuatu berjalan begitu saja.<o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Ia menunjuk pada
parsel-parsel yang menghiasi kamarnya. “Kau tahu dari mana datangnya
bingkisan-bingkisan ini?" </span></span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Aku menggeleng. Aku
tak suka orang-orang melankolis. I</span></span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">a tersenyum. “Aku
meminta para perawat membelikannya untukku.”</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"></span></span></i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal. 19</span></span></i></blockquote>
<br />
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<ul>
<li><b style="text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tanda</span></b></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bagaimana rasanya jika kau bertemu lagi dengan orang
yang kau cintai dulu, dalam wujud yang sering kali mengawang lalu hilang
berhambur dengan debu? Di saat kau menyadari bahwa kau dan kekasihmu sudah tidak
berada dalam dunia yang sama? Kira-kira seperti itulah pembuka yang disajikan
dalam cerita Tanda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seorang pria berjumpa dengan kekasih lamanya yang
berkata bahwa saat ia dapat mengunjungi dan tinggal di dunia dalam waktu yang
lama, itu pertanda saatnya ia tak akan boleh pergi ke sana nantinya. Oleh karena
itu, sang kekasih memberikan seekor kucing kepada pria itu. Seperti yang kita
tahu, setiap arwah yang berada di alam yang bukan semestinya, itu berarti bahwa
ada ‘sesuatu yang belum selesai’. Dan benar saja. Ketika si pria bermimpi
tentang kekasihnya itu, di sanalah (mungkin) semua masalah akan selesai. Dan si
kucing yang ia beri nama Tanda, menjadi ‘pertanda’ bagi suatu awal yang baru.
Mungkin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Sebenarnya si
pria enggan. Namun, ia pun tidak tahu cara menolak. Maka, ia mengunci pintu
kamar flat, mengikuti si perempuan yang menggendong Tanda dengan sayang di
pelukannya. Sepanjang lorong menuju kamar si perempuan, mereka mulai
berkenalan.</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"></span></span></i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal. 45</span></span></i></blockquote>
<br />
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<ul>
<li><b style="text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Keberangkatan</span></b></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dibuka oleh perpisahan seorang anak gadis bernama
Diandra dengan Papanya, Keberangkatan menghidangkan kisah sebuah keluarga <i>Broken Home</i> yang berbeda. Kemelut yang
tidak kunjung reda, dituturkan dari sudut pandang sang Papa, menunjukkan kepada
kita betapa rumitnya keluarga mereka. Papa yang merasa bosan dengan pekerjaan
di kantor, berpikir bahwa uang tabungannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka, lalu memutuskan <i>resign</i>. Keadaan
memburuk ketika Papa terjebak dalam perjudian dan klub-klub malam. Tanpa
memberikan pilihan apapun kepada Mama yang dengan terpaksa harus mencari
pundi-pundi rupiah. Mengalihkannya menjadi tulang punggung keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Diandra adalah anak perempuan yang diidam-idamkan
oleh Mama. Sayangnya ia muncul bukan dari rahim Mama melainkan ditemukan di
tempat sampah di panti asuhan. Masih sangat mungil dan merah. Mungkin itulah
sebabnya ketika bercerai, Mama lebih memilih Andreas, anak laki-laki pertama
mereka atas hak asuhnya. Sedangkan Papa dengan senang hati menerima Diandra.
Papa sangat menyayangi kedua anaknya. Karena Andreas dan Diandra-lah, Papa
akhirnya bertekad untuk berubah. Berhenti menegak alkohol, berjudi, dan mulai
mencari pekerjaan lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Akan tetapi, seakan kebagiaan tidak pernah berpihak
pada keluarga mereka, suatu rahasia besar terbongkar. Rahasia tentang masa lalu
yang bisa saja mengubah kehidupan mereka saat ini. Rahasia yang juga menentukan
hidup Diandra. Hidup keluarga mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Mungkin di rumah
sakit, Andreas akan menyadari bahwa Ibunya bergolongan darah O, Ayahnya
bergolongan darah B, dia bergolongan darah A, dan adiknya bergolongan darah AB.
Sesuatu yang tak sempat aku dan istriku sampaikan secara langsung kepada
mereka.</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"></span></span></i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal. 82</span></span></i></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 375.75pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Fragmen-fragmennya seperti <i>Rekan Bicara, Hidup Kita Selepas Elegi, </i>dan <i>Semiliar Perbedaan </i>juga mengantarkan kita pada akhir yang sendu. Bagaimana
kita bisa bertemu dengan <i>rekan bicara</i>
yang bisa bicara dari hati ke hati. Yang mampu bicara hanya dengan genggaman
tangan, atau kepala yang merebah di pundak satu sama lain. Adanya harapan baru
akan hidup yang lebih baik setelah berbagai kesusahan yang kita alami. Tentang orang
tua yang bercerai, Ayah pemabuk dan Ibu yang kerap gonta-ganti pacar, hingga
anak yang menderita karena pilihan-pilihan salah yang orang tua ambil dalam
hidupnya. Namun, akan selalu ada kertas putih untuk ditulis kembali, bukan? Tidak
peduli seberapa banyak tinta yang mengotori halaman sebelumnya. Begitu pula
dengan banyaknya perbedaan yang membatasi setiap orang. Sama seperti <i>puzzle</i>, saat kita mendapati
potongan-potongannya, kita bukan berusaha mencari kesamaannya untuk dapat
menyatukannya. Tapi, kita mencari kecocokannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 375.75pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0cm 375.75pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Cerpen-cerpen Mba Dewi, mengalir dengan santai namun menghujam tepat di dada. Membuat saya berkali-kali menghela napas dan tersenyum miris. Penceritaan maupun alurnya menawarkan suasana yang berbeda untuk saya. Saya bisa semakin kagum dan menyukai kepenulisan Mba Dewi, atau justru kebingungan dengan plotnya yang terkadang tidak masuk akal dan berbelit. Terlepas dari kekurangan itu, Elegi tetap menjadi buku yang indah untuk menemani kita saat duka dan berbagi kehilangan.</span></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-36164382063487146852017-06-04T00:05:00.003-07:002017-06-04T00:05:46.702-07:00Review Buku: Dunia Kafka (Kafka On The Shore) Karya Haruki Murakami<div class="separator tr_bq" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY1iYP8rOCBS8A41lqjoJ11DQm3WdU1lEtubL3Bi-5G2CGTq9T4iZXukwNIWixqMqXhmpdIl7G6nfGLPJHPMKNUMeZvPe8AEhk6ArAvbtnzUojC2m2myzORRA70CitwyEthN6MNdQA9Dk/s1600/Untitled.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="524" height="305" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY1iYP8rOCBS8A41lqjoJ11DQm3WdU1lEtubL3Bi-5G2CGTq9T4iZXukwNIWixqMqXhmpdIl7G6nfGLPJHPMKNUMeZvPe8AEhk6ArAvbtnzUojC2m2myzORRA70CitwyEthN6MNdQA9Dk/s320/Untitled.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Haruki Murakami bukanlah penulis yang asing bagi saya. Penulis favorite saya, <a href="http://bisikanbusuk.com/" target="_blank">Bernard Batubara</a>-lah yang memperkenalkan saya dengan Haruki Murakami. Ia pernah membahas Murakami dalam <a href="http://www.bisikanbusuk.com/2016/04/panduan-membaca-haruki-murakami-1.html" target="_blank">blognya</a>. Salah satu alasan yang mendorong saya untuk ikut membaca karya Murakami. Sesuai dengan sarannya, buku Murakami yang saya lahap pertama kali adalah Norwegian Wood. Cerita yang realis sebagai langkah pengenalan saya dengan dunia penceritaan Murakami yang serba surealis. Lantas setelah khatam dengan Norwegian Wood, saya mulai merasa perlu untuk menikmati karya Murakami lainnya. Buku yang terasa lebih surealis, yang menjadi keunikan dan kehebatan dari Haruki Murakami sendiri. Dan saya memutuskan untuk membaca Dunia Kafka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul Buku : Dunia Kafka (Kafka On The Shore)</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Haruki Murakami</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Alvabet</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-9193-03-1</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal Buku : 599 Halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : Ke- 3</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit : 2016</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia Kafka atau yang berjudul asli, Kafka On The Shore berjalan dengan dua plot yang berbeda. Secara bergantian, kita akan diperkenalkan pada Kafka Tamura, remaja berusia 15 tahun yang memutuskan untuk pergi dari rumahnya karena ia merasa jika ia tetap berada di sana, ia akan <i>hancur</i>. Tanpa memiliki alasan yang jelas, ia memilih Shikoku sebagai daerah tujuannya. Sambil mengambil beberapa barang milik Ayahnya di ruang kerja, ia berbicara dengan seorang bocah laki-laki bernama Gagak, yang saya anggap adalah bayangan dari dirinya sendiri (kalau tidak bisa dibilang bayangan, mungkin temannya dari dunia lain, atau semacam itu.). Dalam perjalanan, ia berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Sakura. Gadis itu lebih tua darinya, sosok yang mengingatkannya pada kakak angkat dan ibu yang telah meninggalkannya waktu ia masih kecil. Sesampainya di sana, ia datang ke Perpustakaan Komura yang kelak menjadi tempat tinggalnya.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<br /><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kau takut berimajinasi. Dan lebih lagi, takut bermimpi. Takut akan tanggung jawab yang dimulai dalam mimpimu. Tapi kau harus tidur, dan mimpi adalah bagian dari tidur. Ketika kau terjaga, kau dapat menekan imajinasi. Tapi kau tidak dapat menekan mimpi.</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 175</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, plot kedua bercerita tentang seorang kakek bernama Satoru Nakata yang keterbelakangan mental. Sebenarnya Kakek Nakata tidak bisa dikatakan keterbelakangan mental, menurut saya. Dia hanya memiliki sesuatu di dalam dirinya dan itu tidak bisa dimengerti oleh orang lain. Ditambah dengan cara bicaranya yang dianggap aneh. Ia memiliki kemampuan berbicara dengan kucing. Masalah kejiwaannya itu membuat Kakek Nakata selalu memperoleh subsidi dari Gubernur, dan sedikit tambahan uang dari jasanya membantu para tetangga menemukan kucing mereka yang hilang. Kakek Nakata adalah lelaki tua yang sangat ramah dan apa adanya. Ia selalu berkata jujur dan yang paling saya suka, ia sering kali berkata, "Maaf, saya tidak mengerti apa yang Anda ucapkan. Maafkan, saya tidak terlalu pandai." Ketika Kakek Nakata berucap demikian, selalu terbayang di benak saya seorang lelaki tua yang lemah dan begitu sederhana. Meskipun demikian, Kakek Nakata memang tidak pandai. Ia tidak bisa membaca apalagi menulis. Pencariannya terhadap kucing bernama Goma yang kelak mengantarnya pada pertemuan tidak terduga dengan Johnie Walker. Orang yang memakai sepatu bot dan menangkapi kucing-kucing untuk dibelah dadanya, dimakan jantungnya hidup-hidup, lantas memenggal kepalanya. Bentuk kriminalitas yang cukup membuat saya meneguk liur dan mendelik. Yah, siapa sangka Kakek Nakata yang polos dan ramah itu telah membunuh Johnie Walker.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun bercerita dengan dua plot yang berbeda, pada akhirnya semua berujung di satu titik dan saling berkaitan. Semakin kita membalik lembar demi lembar bagiannya, hubungan antara Kakek Nakata dan Kafka Tamura kian terbuka. Walaupun capek sebenarnya, mengingat plot yang disajikan bergantian sehingga saya harus mengingat jalan cerita sebelumnya agar bisa kembali masuk dalam bab selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia Kafka mengandung konflik yang kompleks. Jujur saja, saya harus menahan kesabaran di tengah-tengah cerita karena alurnya yang saya kira, cukup lambat. Bagian yang betul-betul saya nikmati adalah di awal dan akhir cerita. Sedangkan pada pertengahan, saya kehilangan konsentrasi dan kesungguhan dalam membaca. Belum lagi dengan beberapa dialog yang agak membingungkan bagi saya (Ini karena pemikiran saya yang masih belum sampai-_-). Dalam belitan ceritanya, Murakami menyisipkan berbagai unsur yang secara sadar maupun tidak, turut menjadi dasar dari pengembangan alurnya. Mitologi, filsafat, musik, dan beberapa ungkapan menurut tokoh-tokoh dunia yang cukup membuat saya semakin mengerti atau justru kebingungan sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Dari bangsa Mesopotamia kuno. Mereka mengeluarkan usus binatang-aku rasa kadang-kadang juga usus manusia-kemudian menggunakan bentuknya untuk meramal masa depan. Mereka mengagumi kerumitan bentuk usus. Jadi bentuk dasar dari labirin adalah, dengan kata lain, keberanian. Yang berarti bahwa prinsip dari labirin ada di dalam dirimu. Dan itu berhubungan dengan labirin yang <i>di luar</i>."</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 447</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sama seperti yang dikatakan Bang Bernard dalam <a href="http://www.bisikanbusuk.com/2016/04/panduan-membaca-haruki-murakami-2.html" target="_blank">blognya</a>, bahwa untuk menikmati karya Murakami, kita harus terbuka pada ketidakjelasan. Jangan memusingkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang sarat akan logika. Karena Murakami memang hanya akan berkutat pada absurditas, imajinasi, dan abstrak. Mungkin bisa dibilang, Norwegian Wood tidak termasuk dalam hal ini. Dibandingkan dengan Dunia Kafka, saya rasa Norwegian Wood merupakan karya yang dibuat Murakami dengan mencoba keluar dari zona nyamannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah, Dunia Kafka berjalan dengan lambat, penuh imajinatif, dan absurditas yang tidak bisa kita coba untuk mencari arti atau maknanya. Biarkan saja hal-hal di luar nalar itu tetap berada di luar kepala. Sebab hanya dengan cara seperti itulah kita dapat menerima keseluruhan cerita dan menikmatinya. Dunia Kafka adalah bacaan yang berat. Perlu kesabaran ekstra agar kita bisa bertahan untuk tidak menutup buku itu di tengah jalan. Namun, ketika kita sudah benar-benar menyelesaikannya, akan ada magnet yang selalu menarik kita untuk kembali membaca karya Murakami lainnya. Dan saya rasa, di situlah letak keistimewaan seorang Haruki Murakami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Jika kau mengingatku, aku tidak peduli apabila orang lain melupakan aku."</span></blockquote>
<blockquote style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 596</span></blockquote>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-23036993196598784452017-05-26T06:54:00.004-07:002017-05-26T06:59:53.965-07:00Review Buku: Genduk Oleh Sundari Mardjuki<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFZLqX6NiAuZ9ANKVfLdXV8E9JtozwUUj401u5D_xMRK30k8gv0CuCMplQezIEM4PeuvVvbdor54ISQ0TvBdOLSnPKhVi_NCdg6o9UMaq0cuxeFTOfJP0Ep6I-tpBPpXxnt2rG59TyDo8/s1600/genduk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFZLqX6NiAuZ9ANKVfLdXV8E9JtozwUUj401u5D_xMRK30k8gv0CuCMplQezIEM4PeuvVvbdor54ISQ0TvBdOLSnPKhVi_NCdg6o9UMaq0cuxeFTOfJP0Ep6I-tpBPpXxnt2rG59TyDo8/s1600/genduk.jpg" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Jujur saja,
sebelumnya saya salah sangka dengan buku ini. Semula, saya mengira bahwa Genduk
merupakan kisah seorang anak desa yang seluruh kehidupannya begitu erat dengan
tembakau, bahan utama pembuatan rokok. Cerita yang memusatkan konfliknya hanya
pada tembakau dan mengungkap kehidupan lokal seorang petani tembakau. Namun,
ternyata Genduk menawarkan harga yang lebih dari itu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Genduk
merupakan nama seorang bocah perempuan yang tinggal di puncak Gunung Sindoro, Temanggung.
Berlatar waktu tahun 1970-an, Genduk membawa kita pada masa di mana tembakau
menjadi ladang emas bagi kehidupan petani di sana. Sedikit saja dedaunan itu
layu atau terserang hama, maka keresahan segera menyelimuti para petani. Tidak
terkecuali dengan Ibu Genduk. Yung, begitu panggilan Genduk kepada Ibunya. Di
Desa Ringinsari, ia hanya tinggal bersama Yung. Sejak kecil ia tidak pernah
bertemu Pak’e-nya. Jangankan bertemu, tahu wajahnyapun tidak. Meskipun begitu,
ia tetap sabar membendung kerinduan di lubuk hatinya. Perjuangan Yung yang
begitu keras untuk menghidupi mereka berdua, membuat Genduk selalu bertahan
untuk tidak menanyakan keberadaan Pak’e. Genduk tahu, itu hanya akan membuat
Yung terluka. Segala hal tentang Pak’e dan sejarah Yung-nya hanya ia ketahui
dari Kaji Bawon.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Cerita
berlanjut ketika Genduk sudah tidak mampu lagi menyimpan kerinduan yang
bergejolak. Rasa keingintahuan yang amat besar terhadap kepergian Pak’e
membuatnya memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Di samping itu, kesusahan-kesusahan
yang ia dan Yung-nya alami semakin menjerat leher mereka. Harga tembakau yang
anjlok, kegagalan panen, ditipu para <i>Gaok</i>,
hingga terhutang pada rentenir. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">“Manusia bisa mati dengan berbagai cara. Bisa dimakan
babi hutan. Bisa dimakan rentenir."</span></span></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="line-height: 115%;">-<span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Hal. 88</span><span style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></span></i></span></blockquote>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Genduk menunjukkan kita sebuah usaha dalam mencari
kebenaran. Meniti kerinduan dengan berderai-derai air mata, meski berujung pada
akhir yang begitu menusuk hati. Keluguan yang diperdaya demi mendapatkan secuil
harapan. Serta kepercayaan yang tiada henti menempa diri, hingga membuahkan
hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Sebelumnya, di kepala saya, buku-buku motivasi semacam
ini merupakan jenis buku yang sangat membosankan. Kaku, datar, dan mudah
ditebak. Beruntung hal-hal seperti itu tidak saya temukan pada Genduk. Alurnya
yang sudah menarik sejak awal, ditambah dengan penuturan yang apik dan manis membuat
saya sangat menikmati dan melahap lembar demi lembar halamannya. Termasuk pula
dengan puisi-puisi yang kian menambah keindahan dari sastra ini.</span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP4iMXa55romDhsmgH4vzcbEuvPU-JTnwpMUxnj79YuHGfaUnkXPXJJHANTxb0xz7vXRMOeALi730mhFkA391Dz58Fzf-6rIz23xDxzky9Ybnuri5E_4TcBVs-HsaCmOPAAMNNx-noJLI/s1600/genduk2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="192" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP4iMXa55romDhsmgH4vzcbEuvPU-JTnwpMUxnj79YuHGfaUnkXPXJJHANTxb0xz7vXRMOeALi730mhFkA391Dz58Fzf-6rIz23xDxzky9Ybnuri5E_4TcBVs-HsaCmOPAAMNNx-noJLI/s1600/genduk2.jpg" /></a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Aku Kembang Lonte Sore</span></span></i></b></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Aku kembang lonte sore</span></span></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Aku bukanlah seroja yang acap dipuja</span></span></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Pun bukan mawar yang mekar di bawah denyar</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Aku hanyalah kembang lonte sore</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Yang terserak di bawah pohon pare</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Aku berkarib dengan rumput teki</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Dialah tempat curahan gulana hati</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Bersamanya kami melewati hari</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Tetap tersenyum meski hidup tak seindah mimpi</span></span></i></blockquote>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Aku mekar di antara belukar</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Menawarkan harum yang samar</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Sudikah engkau datang</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Sekadar menyapa tentu bukan pantang</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="line-height: 115%;">-<span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Hal. 85</span><span style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></span></i></span></blockquote>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Hal lain yang membuat saya semakin kagum terhadap buku
ini adalah, ternyata Genduk ditulis selama kurang lebih empat tahun. Bayangkan!
Empat tahun. Setelah melalui riset yang panjang dan tentunya, inspirasi dari
beberapa orang di sekitar penulis. Genduk juga memberikan kepada kita, gambaran
yang amat jelas mengenai kehidupan seorang petani tembakau. Apa yang mereka
lakukan, kendala yang mereka hadapi, kesederhanaan, dan kegundahan yang merayap
di hati mereka. Contoh nyata dari ketergantungan petani terhadap apa yang
mereka tanam. Dan bagaimana benih-benih muda yang tumbuh turut menumbuhkan
harapan hidup mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Sekali lagi, Genduk adalah sastra yang sederhana namun
sarat makna. Kita akan dibuat sendu dengan Genduk yang begitu menyedihkan. Sekaligus
pula, larut dalam pengutaraan bahasa yang mengagumkan. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Genduk, adalah seorang anak perempuan yang tinggal di
Desa Ringinsari, lereng Gunung Sindoro. Bocah perempuan sederhana namun penuh
kekayaan hati.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">“Sungguh manusia itu seperti debu tegalan, yang mudah diterbangkan oleh
tiupan angin musim kemarau. Mudah diombang-ambingkan oleh lembaran duit,
kilaunya emas perhiasan, juga hektaran tanah. Begitu semua hilang dari
genggaman, hidup seperti tidak ada gunanya. Susahnya hidup di dunia ini cuma
sementara, jangan sampai membuat putus asa.</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Kalau tidak ingat dan pegangan kuat sama tali Gusti Allah, manusia
benar-benar seperti debu.”</span></span></i> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="line-height: 115%;">-<span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Hal. 160</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></i></blockquote>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-57551022946899403482017-05-21T19:15:00.001-07:002017-05-21T19:19:59.259-07:00Review Buku: Le Petit Prince (The Little Prince) - Antoine De Saint-Exupery<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqphohWba1qOPFIOEqUQk7Vihd7lq-bZaBZTLEb8LwdOKOfOZttxi1FhJYIvG7S0yANEljz4y0VJ-eSg6N1Z1M4uOqcjpAA8zqk8wiyaWz7s10inqSV8hWvKMbb6MnRsfHd4EJ8DMX6Cg/s1600/12.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqphohWba1qOPFIOEqUQk7Vihd7lq-bZaBZTLEb8LwdOKOfOZttxi1FhJYIvG7S0yANEljz4y0VJ-eSg6N1Z1M4uOqcjpAA8zqk8wiyaWz7s10inqSV8hWvKMbb6MnRsfHd4EJ8DMX6Cg/s320/12.JPG" width="285" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
The Little Prince bercerita tentang tokoh "Aku" yang bertemu dengan Si Pangeran Cilik di tengah Gurun Sahara. Ketika itu, tokoh "Aku" terhenti perjalanannya dikarenakan pesawatnya mengalami kemogokkan. Kemudian, secara tiba-tiba, entah datang dari mana, Pangeran Cilik datang dan memintanya untuk menggambarkan seekor domba. Dari kalimat yang diucapkan Pangeran Cilik sedikit demi sedikit, tokoh "Aku" akhirnya dapat menguak rahasia dari mana anak itu berasal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pangeran Cilik tinggal di planet nun jauh. Tempatnya begitu kecil dengan sebuah bunga mawar berpenungkup, benih-benih pohon baobab, dua gunung aktif, dan satu gunung mati yang semua itupun hanya setinggi lututnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama memperbaiki bagian pesawatnya yang rusak, tokoh "Aku" terus mendengarkan cerita perjalanan Pangeran Cilik hingga sampai ke bumi. Ia berkunjung ke sebuah asteroid yang didiami oleh seorang raja. Ya, hanya seorang raja. Tanpa ratu, menteri, maupun rakyat. Planet kedua yang didatanginya didiami oleh seorang sombong. Ia amat tinggi hati sampai-sampai ia berpikir bahwa semua orang mengagumi dirinya. Planet berikutnya dihuni oleh seorang pemabuk. Pemabuk itu beralasan bahwa ia minum supaya lupa rasa malu karena ia telah minum. Planet keempat ditinggali oleh seorang pengusaha. Pengusaha itu sangat sibuk. Saking sibuknya ia tidak mampu menolehkan kepalanya ketika berbicara dengan Pangeran Cilik. Ia suka menghitung bintang-bintang, yang ia anggap sebagai miliknya. Planet kelima didiami oleh seorang penyulut lentera. Planetnya berputar sekali dalam satu menit, maka si penyulut lentera pun tidak dapat beristirahat. Ia harus menyalakan dan mematikan lentera sekali setiap menit. Planet selanjutnya dihuni oleh seorang ahli bumi. Ia adalah seorang lelaki tua yang duduk sambil membaca buku maha tebal. Ahli bumi itu sangat senang karena didatangi oleh seorang penjelajah, seperti Pangeran Cilik. Ia juga menyarankan agar Pangeran Cilik pergi ke bumi. Hingga akhirnya sampailah ia di gurun itu sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sering berjalannya waktu, tokoh "Aku" dan Pangeran Cilik menjadi teman. Mereka menyusuri dan mencari sumur di Padang Sahara. Banyak hal yang dipelajari "Aku" dari Pangeran Cilik. Tentang kesombongan, bersyukur, dan persahabatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai suatu ketika, saat tokoh "Aku" terbangun dari tidurnya. Pesawatnya sudah selesai ia perbaiki dan ia berencana untuk pulang bersama Pangeran Cilik. Ia tidak mendapati keberadaan Pangeran Cilik lagi. Pangeran Cilik telah pulang ke planetnya, satu di antara berjuta bintang-bintang.<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
"Inilah rasasiaku. Sangat sederhana: hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata."</blockquote>
<blockquote style="text-align: center;">
- Hal. 88 </blockquote>
</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-7833874192021807302017-03-28T01:05:00.006-07:002017-03-28T01:05:47.370-07:00Review Buku: The Girl On Paper oleh Guillaume Musso<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinw7OrLfFQw7PocK_iiYffgU8OBVJqPd-ISk9u2xZRwd6HaQyGVxV4G1XYxtNFrI9lF7-KeTSMKPb72MZWqSY8QfraxZLjQSRwunyTM0Ep2LS4e80hAVZMiW9_So0oanND4x5ga5DKEqw/s1600/the+girl+on+paper.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinw7OrLfFQw7PocK_iiYffgU8OBVJqPd-ISk9u2xZRwd6HaQyGVxV4G1XYxtNFrI9lF7-KeTSMKPb72MZWqSY8QfraxZLjQSRwunyTM0Ep2LS4e80hAVZMiW9_So0oanND4x5ga5DKEqw/s1600/the+girl+on+paper.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Saya mencintai buku ini. Sangat mencintainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">The girl on paper bercerita mengenai seorang penulis
buku <i>Trilogie Des Anges</i> yang sangat
terkenal bernama Tom Boyd. Ia menjalin hubungan asmara dengan pianis muda nan
cantik, Aurore, sebelum akhirnya lamarannya ditolak dan ia terjebak dalam
obat-obatan, alkohol, hingga mengalami <i>writer’s
block</i>. Keadaannya semakin terpuruk ketika Milo, sahabatnya, memberitahu
kalau mereka telah ditipu dan kehilangan hampir dari seluruh tabungan dan kepemilikan atas rumahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Suatu malam, tiba-tiba seorang gadis tanpa busana
memasuki rumahnya. Ia mengaku sebagai Billie, gadis yang menjadi salah satu
tokoh dalam novelnya. Sebelumnya, Milo telah memberitahu Tom bahwa buku <i>Trilogie Des Anges Vol. </i>2-nya mengalami
kesalahan cetak tepat di halaman 266. Ada kalimat yang terputus dan sisanya
hanya berupa halaman kosong.<o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"> </span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Billie
menyeka matanya yang menghitam oleh lelehan maskara.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kumohon,
Jack, jangan pergi seperti ini.”</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Namun,
pemuda itu sudah mengenakan mantelnya. Dia membuka pintu, tanpa sekali pun
menatap kekasihnya.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kumohon!”
seru gadis itu, jatuh</span></span></blockquote>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Adobe Garamond Pro Bold","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Tentu, Tom tidak memercayai hal itu. Namun beberapa pertanyaan yang dijawab dengan sangat tepat oleh Billie, membuat
sedikit keraguannya memudar. Terlebih lagi, setelah mereka melakukan
kesepakatan: Billie akan membantu Tom untuk kembali bersama Aurore, dan sebagai
imbalannya, Tom harus menyelesaikan buku ketiganya agar bisa memulangkan Billie
ke dalam dunia fiksinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Mereka menempuh perjalanan yang panjang dan penuh
petualangan menuju Meksiko agar Tom dapat bertemu dengan Aurore. Perjalanan
yang mengantarkan mereka justru kepada pengembaraan yang lebih jauh lagi. Buku
terakhir yang mengalami kesalahan cetak pun turut menjadi bagian dari masa lalu orang-orang yang sempat
membacanya. Kelak, kita akan berhenti pada awal di mana cerita itu bermula. Seorang gadis kertas yang penuh dengan teka-teki dan penulis yang
akhirnya menemukan cintanya kembali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXuAzPk6Ynr2zwsDGnl3_NhqLLP2YltVrDiFtE6ckJ3W8TDV-j1VLP9c2xsikhTnf87c-X4LKCKfW7CgWFonSXkXzKGfSJjRrS9LD7jf2TzaglQ4USV0DVXPHgBlqFBcCGDp73y0VQ62Y/s1600/the+girl+on+paper1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXuAzPk6Ynr2zwsDGnl3_NhqLLP2YltVrDiFtE6ckJ3W8TDV-j1VLP9c2xsikhTnf87c-X4LKCKfW7CgWFonSXkXzKGfSJjRrS9LD7jf2TzaglQ4USV0DVXPHgBlqFBcCGDp73y0VQ62Y/s1600/the+girl+on+paper1.jpg" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Buku ini memiliki ide cerita yang sangat menarik,
menurut saya. Seorang gadis yang keluar dari buku. Sebenarnya, ini bukan
pertama kalinya saya menikmati cerita dengan ide pokok semacam ini. Ruby Sparks
dan Goosebumps adalah beberapa film yang juga mengangkat ide cerita yang sama. Meskipun terbilang sudah pasaran, saya
rasa konsep cerita ini tetap menarik untuk dinikmati maupun dikembangkan. Saya
semakin meyakini hal itu ketika menemukan buku ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">The girl on paper ditulis dengan gaya yang modern
dan bebas tanpa kehilangan sisi romantismenya. Pembaca tidak akan dibuat bosan
dengan setiap rangkaian kata yang disajikannya dengan penuh keserasian dan
menggelegak emosi. Persis seperti apa yang penulis katakan di halaman 290:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebuah
buku hanya akan hidup kalau dibaca. Para pembacalah yang menyusun
potongan-potongan gambar dan menciptakan dunia imajiner tempat para tokohnya
hidup.</span>- Hal. 290</span></blockquote>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Banyak hal yang saya peroleh dari novel karya
Guillaume Musso ini. Meski sejujurnya, ini adalah karya pertamanya yang saya
baca. Penulisannya yang ringan sangat cocok dengan genre cerita yang memang
ditujukan untuk kaum muda. Saya mampu merasakan gejolak dari majas-majas yang
digunakan penulis, sekaligus meresapi makna yang ingin disampaikannya. Ya,
semudah itu. Penyajiannya yang menambahkan kalimat-kalimat bijak dari banyak
ahli dan penulis lain juga menjadi pemanis buku ini. Tidak heran kalau saya
menempelkan banyak <i>sticky notes</i> dalam
lembaran-lembarannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Aku
ingin kau tahu apa keberanian sejati itu,</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">bukan
dengan membayangkan seorang laki-laki dengan senjata di tangan.</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Keberanian
sejati adalah ketika kau tahu bahwa kau kalah sebelum kau memulainya,</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">tapi
kau tetap memulainya dan tetap bertindak,</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">apapun
yang terjadi.</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">-Harper
Lee</span></span></blockquote>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Adobe Garamond Pro Bold","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Hal yang disayangkan dari novel ini hanya sedikit
kesalahan pengetikan yang saya temui di beberapa bab-nya. Namun seperti yang
saya katakan tadi, <i>sedikit</i>. Sehingga hal itu
termaafkan dengan banyaknya kelebihan yang saya temui dari buku ini. (Seperti yang
kita tahu, kita tidak boleh terfokus hanya pada satu kesalahan. Sementara di
sisi lain kita bisa menemukan banyak kebaikan #curcol). Selain itu, sudut
pandangnya yang berubah-ubah sedikit membuat saya bingung. Tetapi setelah
menelan beberapa bab berikutnya, saya mulai bisa menyesuaikan diri dengan plot ceritanya. Selanjutnya, mudah saja bagi saya untuk masuk dan tenggelam
bersama imajinasi yang saya bangun sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Terlepas dari kelemahan yang termaafkan itu, saya
puas dengan novel ini. Tidak sia-sia, saya berjuang mencarinya seorang diri
#curcollagi. Sama seperti sebelumnya, saya mencintai buku ini. The girl on
paper tidak sekadar menunjukkan keputusasaan seorang lelaki yang patah hati pada cinta yang ia idam-idamkan. Novel ini juga melahirkan sisi lain dari
kehidupan seorang penulis dan dunia yang ia tinggali beserta orang-orang yang
ada di sekitarnya. Hal penting yang saya serap dari buku ini adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: center; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Membaca bukan
hanya perihal tentang mengeja kata demi kata di dalam hati lalu
menghubungkannya menjadi untaian kalimat. Lebih dari itu, membaca adalah
tentang membangun karakter. Tenggelam di dalam imajinasi yang tidak ada
batasnya. Membaca ialah segala hal tentang menghidupkan cerita dan bagaimana
cara kita untuk hanyut dalam fantasi yang kita ciptakan sendiri.</span></i></span><blockquote>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Atika</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></i></blockquote>
</blockquote>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-29987642826442197072017-03-21T16:23:00.000-07:002017-03-21T16:23:48.214-07:00Review Film: One Day (Thailand Movie) (2016)<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Assalamualaikum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kemarin, saya menonton film thailand yang berjudul One Day. Sebenarnya film ini sudah cukup lama tayang. Namun, karena saya baru sempat mendownloadnya kemarin, dan berbagai kesibukan lainnya. Akhirnya saya baru bisa menontonnya kemarin. Hmm, mungkin supaya bisa mendapatkan sedikit gambaran dari film ini, lebih baik kita melihat trailernya dulu. Cekidot:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/ueBcBWrwR0o/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/ueBcBWrwR0o?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Nah, sudah punya sedikit bayangan, kan, mengenai film ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
One Day bercerita tentang seorang lelaki bernama Denchai yang menyukai teman sekantornya, Nui. Tetapi, Den hanya bisa menyembunyikan perasaannya itu sebab, penampilan dan sifatnya yang sangat tertutup. Ia berambut keriting, berkacamata, dan cukup sulit untuk bergaul. Ia seorang pegawai di bidang IT, semua orang membutuhkan dirinya. Namun tidak satupun yang bisa mengingat namanya. Hanya Nui yang bisa mengingat namanya, itulah yang akhirnya membuat Den jatuh hati pada Nui. Karakter Nui berbanding terbalik dengan Denchai. Ia seorang gadis yang ceria, murah senyum, dan selalu terbuka. Tak heran, jika ia bisa dengan mudahnya menjalin hubungan dengan Top, atasannya di kantor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika, Top mengadakan liburan pergi ke Jepang untuk semua karyawannya. Sebenarnya itu bukan liburan kantor, melainkan cara Top agar bisa membawa Nui untuk mengunjungi Festival Salju di sana. Tetapi di luar dugaan, istri Top beserta anaknya juga datang menyusul. Lebih lagi setelah terdengar kabar kalau ternyata istri Top hamil lagi. Ya, Top sudah menikah. Ia berjanji pada Nui akan menceraikan istrinya dan menikahi Nui. Namun, dengan keadaan istrinya yang tengah hamil, bagaimana bisa Top menceraikannya? Saat itu, Nui benar-benar patah hati. Ia sangat bersedih. Ketika liburan kantor sudah berakhir. Ia mengambil beberapa hari lagi untuk tetap tinggal di Jepang. Denchai yang selalu memperhatikan dan mengikuti Nui pun juga tak tega meninggalkan ia seorang diri. Sehingga akhirnya Denchai juga tidak pulang ke Thailand.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepatahatian Nui berujung pada jatuhnya ia saat bermain ski. Sebenarnya tidak sungguh-sungguh bermain ski. Ia mengalami yang namanya TGA, Transient Global Amnesia. Lupa ingatan sementara yang menghilangkan memori jangka pendeknya. Amnesia itu hanya terjadi satu hari saja. Keesokkan harinya, Nui akan lupa dengan apa yang terjadi hari ini. Ia akan mendapatkan kembali memori jangka pendeknya. Hal itulah yang membuat Den mulai memanfaatkan situasi. Ia mengaku pada Nui kalau mereka adalah sepasang kekasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari film ini saya belajar untuk mencintai seseorang tak hanya sekadar memandang kepada fisiknya. Apa yang dilakukan Denchai adalah hal manusiawi yang sering kali juga dilakukan oleh orang yang sedang jatuh hati. Kita akan melakukan hal-hal yang bodoh karena cinta. Selain itu, saya juga menemukan cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu tindakan. Misalnya seperti di saat Denchai melakukan hal-hal manis kepada Nui secara diam-diam. Di satu sisi, perbuatan itu bisa terlihat menakutkan, ia bisa saja disangka psikopat atau pengintai. Tetapi di sisi lain, bisa menjadi perbuatan yang sangat romantis. Ya, tergantung dari sisi mana kita lebih berpijak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Apa kau pernah mendengar orang mendaki gunung Everest? Saat pendakian pria itu jatuh, dan semua orang akhirnya mati. Dan seorang pria yang berjalan di atas tali di antara menara di World Trade Center. Sebelumnya aku tak pernah bisa memahami kenapa mereka melakukan hal-hal semacam itu. Sampai ketika aku bertemu denganmu. Saat kau memintaku sebelumnya, kenapa aku menjadi berani untuk merayumu. Saat ini aku tahu jawabannya. Ketika kita mencintai sesuatu dengan sungguh-sungguh, kita tidak butuh sebuah alasan.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i>Cinta yang membuat kita berani untuk melakukan semua hal-hal bodoh itu.</i></span></blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Film ini lebih menonjolkan sisi romantisnya, berbeda dengan film thailand biasanya yang dibumbui oleh komedi. Sehingga saya dapat merasakan konfliknya lebih mendalam. One Day mengajarkan kepada saya, untuk mecintai dengan setulus hati tanpa berharap apapun. Mengerti, bahwa sering kali cinta membuat kita terluka. Tetapi, kita tidak akan pernah berhenti untuk mencintai. Jujur saja, ketika melihat trailernya, saya pun berpikir kalau Denchai bersikap tidak baik dengan berbohong dan seolah memanfaatkan keadaan Nui. Dan setelah menonton filmnya, ternyata pemikiran saya itu salah. Keduanya sama-sama bodoh dan saya pun tidak jadi berpihak kepada salah satu di antara mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kau bisa menyebut dirimu bodoh jika kau mau. Tapi apa yang aku lakukan hari ini tidak jauh berbeda. Ini seperti kita mendaki gunung Everest bersama-sama.</span></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-13301700319588076512017-03-11T03:56:00.000-08:002017-03-11T03:56:07.082-08:00Review Buku: Pacar Seorang Seniman oleh W. S. Rendra<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKv3bHAparoszsN2P7956HRYc_iqAWjumhnTwBhlkYmsRBC_dT5HIxAXG7mlqGRlOryzgr_jvtYkMBqEBLszrmmhbw0pv5jQawdt2RdTDlOZ4LfPSnZ3rZqFIpocGwyq34jmvRY-wNBfo/s1600/w.s.rendra.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKv3bHAparoszsN2P7956HRYc_iqAWjumhnTwBhlkYmsRBC_dT5HIxAXG7mlqGRlOryzgr_jvtYkMBqEBLszrmmhbw0pv5jQawdt2RdTDlOZ4LfPSnZ3rZqFIpocGwyq34jmvRY-wNBfo/s1600/w.s.rendra.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan buku-buku kumpulan cerpen lain yang pernah saya baca, Pacar Seorang Seniman merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh sastrawan sekaligus penyair besar, W. S. Rendra. Kumpulan cerpen ini ditulis W. S. Rendra pada era 1950-1960-an. Sehingga latar sosial, budaya, dan bahasanya disesuaikan dengan masa itu. Namun saya rasa, itu justru menjadi nilai lebih dari buku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pacar Seorang Seniman berisi 13 cerita pendek, dilengkapi juga dengan biografi singkat Sang Penulis di bagian akhirnya. Hal yang saya sukai dari buku ini adalah ilustrasi yang ada di setiap judul cerpen. Gambaran mengenai tokoh yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Ilustrasi yang membuat para pembacanya akan lebih meresapi setiap cerita yang disajikan. Selain itu, saya juga menyukai gaya kepenulisan pujangga besar ini. Bahasanya yang arkais, membuat saya terhanyut dalam lembaran-lembarannya. Bahkan saya merasa kalau kalimat-kalimat itu justru mengantarkan pesan dengan lebih manis dan tepat. Dan itu menjadi sesuatu yang sulit kita dapatkan di zaman yang semakin modern ini. Terlebih lagi, bahasa yang kita gunakan saat ini telah dibakukan dan banyak berkembang. Jauh berbeda dengan masa W. S. Rendra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari judulnya, kita sudah bisa menafsirkan isi dari buku kumcer ini. Kebanyakan ceritanya mengisahkan tentang percintaan, hasrat yang dimiliki oleh seorang anak muda, kepatahatian, diselingi juga dengan nilai kekeluargaan, musyawarah, dan persahabatan. Nilai yang sangat dijunjung pada masa itu. Mengingat jumlah cerita yang lumayan banyak, saya hanya akan menuliskan tiga sinopsis cerpen yang paling saya sukai. Berikut sinopsisnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pohon Kamboja</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menggunakan sudut pandang orang kedua, Pohon Kamboja bercerita mengenai seorang lelaki tua yang suka merawat pohon kamboja di belakang rumah anaknya. Ketika menyiram pohon itu, ia sering berbincang-bincang dengan tetangganya. Menurut kacamata tetangganya itu, si kakek sangatlah mencintai anak lelakinya yang lain bernama Herman. Sebab, Herman memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang lain. Ia sangat jago berkelahi. Ia tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Kemampuan itu diajarkan sendiri oleh si kakek. Namun, beberapa tahun yang lalu Herman pergi dan menghilang. Pada mulanya, kakek masih memperoleh kabar mengenai anak kesayangannya itu. Tetapi, beberapa waktu kemudian kakek benar-benar kehilangan komunikasi. Itulah mengapa ia menanam pohon kamboja tersebut. Pohon kamboja selalu mengingatkannya pada Herman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Bunga kamboja ialah bunga yang berwatak. Ia tidak terpengaruh oleh keadaan. Ia senantiasa mempunyai keagungan. Meskipun ia biasa tumbuh di kuburan, ia tak bisa dinamakan bunga kematian. Terbukti apabila ditanam di halaman seperti ini, ia pun akan bisa memberikan keindahan yang tersendiri. Itulah namanya watak dan keagungan."</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 103</span></blockquote>
<br />
<b>Ia Membelai-belai Perutnya</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY8a24s1AHQMLu_6xa_JddqpO70KQxazyFAwPnOcWVO0dK5XbOJXhbspm6u6ZV16zo4TchqNHqDRwhXN-Mx4Gu5DOpUos7CVryZRxYj1q8gGMexfeIP09ICoHG5uhRFEjxymOIgl4jNF8/s1600/pacar+seorang+seniman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY8a24s1AHQMLu_6xa_JddqpO70KQxazyFAwPnOcWVO0dK5XbOJXhbspm6u6ZV16zo4TchqNHqDRwhXN-Mx4Gu5DOpUos7CVryZRxYj1q8gGMexfeIP09ICoHG5uhRFEjxymOIgl4jNF8/s1600/pacar+seorang+seniman.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seorang gadis yang tidak disebutkan namanya, telah terjerat dalam lubang kemaksiatan. Ia begitu bingung dan takut terhadap jabang bayi yang tengah dikandungnya. Narso, lelaki yang sangat ia cintai yang juga menjadi orang yang harus bertanggungjawab atas segala yang terjadi, tidaklah patut untuk dituntut kewajibannya. Ia seorang lelaki yang liar dan bengal. Kawin dengannya hanya akan melahirkan persoalan baru; nestapa dan penderitaan. Melihat masalah pelik yang dialami oleh gadis itu, kita akan tahu betapa dilemanya ia. Konsekuensi dari apa yang telah ia lakukan sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Kemudian ia tengadah, mencari wajah Tuhannya. Ia tak berani minta ampun. Menatap saja ia dengan matanya yang basah. Tuhan tahu segalanya karena itu terserahlah semua kepada-Nya."</span></blockquote>
<blockquote style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 116</span> </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<b>Gaya Herjan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Herjan baru saja putus cinta. Pelawak itu benar-benar patah hati dengan kekasihnya yang lebih memilih seorang pilot daripada dirinya. Kepatahatian itu membuatnya mengurung diri di dalam kamar. Ia tidak ikut bergabung dengan kawan-kawannya yang bertamasya. Kawan-kawannya pun memahami apa yang sedang bergejolak di dada Herjan. Sepanjang perjalanan, kawan-kawan Herjan terus saja membicarakan dirinya. Mengenai lelucon yang tidak akan ada lagi pada dirinya. Mereka bahkan memikirkan hal-hal lain yang mungkin akan dilakukan oleh Herjan. Gantung diri, minum racun tikus, dan hal lainnya semacam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Mas Herjan yang baik.</span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dengan surat ini saya akan menyatakan dengan perasaan yang sangat menyesal, bahwa saya tidak berani mencintai Mas lagi, sebab saya selalu merasa diri saya rendah apabila berada di dekat Mas. Pikiran saya hanya mampu untuk sampai kepada hal-hal yang ringan dan gampang, seperti tentang hal keadaan cuaca dan mesin terbang umpamanya, tetapi saya tidak mampu untuk bisa ikut menjangkau cita-cita Mas untuk menjadi seorang artis film. Meskipun akan lekas gampang dimengerti oleh orang yang normal bahwa kedudukan seorang bintang film lebih tinggi dari seorang pilot. Sebab, bukankah letak bintang memang lebih tinggi dari sebuah pesawat terbang yang paling tinggi sekalipun?</span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Sekianlah.</span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Harap Mas memaafkan saya."</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">MURNI</span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">- Hal. 126</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak pesan yang saya dapatkan dari buku ini. Pacar seorang seniman menunjukkan kacamata yang berbeda dalam menilai dan memandang suatu perkara. Mengembalikan kenangan kita pada suasana silam yang penuh dengan kesederhanaan dan kedamaian. Mengajar sekaligus menghibur.</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-79038484776692306002017-03-02T05:58:00.001-08:002017-03-11T03:59:38.273-08:00Books Review: Sharp Objects by Gillian Flynn<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6yHB2kXWQ_H103sty7QmctcEPvwPI-17tPmC_RYp74juK9hIXr1HteVlZHb1HYXcXtmvVqbyv9-QUlJHV7Nnrc0sfEEURYZtEVHLCaRszqLyvXclmO_NE3amwoVQOpNCv-DYGMr9V1IU/s1600/2017-02-21+01.20.34+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6yHB2kXWQ_H103sty7QmctcEPvwPI-17tPmC_RYp74juK9hIXr1HteVlZHb1HYXcXtmvVqbyv9-QUlJHV7Nnrc0sfEEURYZtEVHLCaRszqLyvXclmO_NE3amwoVQOpNCv-DYGMr9V1IU/s320/2017-02-21+01.20.34+1.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Kalau mendengar judulnya, mungkin
belum terdengar familier. Tapi, bagaimana dengan penulisnya?
Gillian Flynn adalah penulis Best Seller novel Gone Girl yang juga telah
diadaptasi ke dalam film pada tahun 2014. Salah satu film terbaik dan masuk ke
beberapa nominasi penghargaan film. Genre dari kedua buku Gillian
sendiri, tidak jauh berbeda. Berkaitan dengan pembunuhan, misteri, dan wanita.
Bahkan setelah menikmati dua karya Gillian dalam bentuk buku dan film, saya
berpikir kalau Gillian memang ingin menunjukkan sisi kelam dan liciknya seorang
wanita. Karena Gillian akan mengenalkan kita pada sosok wanita yang sangat
berbeda daripada yang biasa kita temui. Jauh dari kata manis, lembut, dan
ramah. Ya, meskipun tidak semua karyanya menggambarkan hal itu. Berikut adalah sekilas trailer dari film Gone Girl:</span><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><o:p></o:p></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/QZsF7IRTgMQ/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/QZsF7IRTgMQ?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sharp Objects sendiri berkisah
mengenai seorang reporter berita kriminal bernama Camille Preaker. Ia
ditugaskan oleh atasannya untuk meliput sekaligus menyelidiki kasus pembunuhan
dua anak perempuan di kampung halamannya, Wind Gap. Sebenarnya ia tidak mau,
tapi ia tidak punya pilihan lain. Camille harus kembali ke tempat yang paling
ia hindari. Bertemu dengan orang yang paling ia jauhi, Ibunya. Hubungan Camille
dan Ibunya memang tidak baik. Sejak kecil, ia tidak pernah dekat dengan Ibunya.
Sementara Ayah, Camille bahkan tidak mengetahui nama laki-laki yang harusnya
menjadi sosok Ayah baginya. Ia hanya mengenal Alan, suami baru Ibunya yang juga
Ayah dari adik tiri yang ia sayangi, Marian. Sayang, Marian meninggal karena
sakit yang ia derita ketika Camille berumur 13 tahun. Hal itu semakin membuat
jarak antara Camille dan Ibunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bertahun-tahun tidak kembali ke
kota kelahirannya, tidak banyak yang berubah. Hampir semuanya masih sama begitu
pula dengan orang-orangnya. Camille bisa bertemu dengan beberapa teman lamanya
dan teman Ibunya. Ia juga bertemu Amma, adik barunya yang kini menginjak umur
belasan tahun. Begitu muda dengan kebinalan yang sangat lihai ditutupi lewat
tingkah manis dan lugunya. Selama mencari berita yang bisa dikutip, Camille
turut berusaha untuk mencari tahu pelaku pembunuhan. Awal yang memperkenalkannya
dengan Richard, seorang detektif khusus dari Cansas City yang sengaja dipanggil
untuk menyelidiki kasus tersebut. Itulah yang saya sukai dari Gillian Flynn. Ia bisa
membungkus percintaan, kegilaan,
kebrutalan, dan kesedihan dalam satu paket yang apik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: center; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Masalah selalu datang jauh sebelum kau benar-benar melihatnya. </span><br />
<blockquote>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> Hal. 83</span></span></blockquote>
</blockquote>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Satu hal pasti
yang bisa dijadikan garis besar dari novel ini. <i>Sakit.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Entah itu
menyakiti, disakiti, bahkan mencari kesenangan dari rasa sakit itu sendiri.
Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa buku ini diberi judul “Sharp Objects”.
Membaca buku ini, kalian akan diajak untuk berhadapan dengan kegilaan yang
perlahan akan menggiring kalian untuk membuka rahasia yang tersembunyi. Sesuatu
yang bisa jadi sesuai dengan apa yang kalian pikirkan atau malah sebaliknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dari segi
penulisan, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Sharp Objects milik
saya, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga saya juga kurang
tahu dengan tulisan asli yang menggunakan bahasa Inggrisnya. Namun, dari terjemahannya,
saya masih bisa menangkap maksud yang disampaikan oleh Gillian. Meskipun ada
beberapa kalimat yang perlu dibaca beberapa kali untuk memahaminya. Terlepas
dari penulisan, Sharp Objects mengajarkan sesuatu yang baru bagi saya. Mungkin juga
kalian, para pembacanya.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Kadang-kadang
saat kau membiarkan orang-orang melakukan sesuatu padamu, sebenarnya kau
melakukannya pada mereka.</span><br />
<blockquote>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">- Hal.
328</span></blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sayangnya, bagian
akhir dari novel ini terkesan buru-buru dan terlalu cepat. Seolah teka-teki
terungkap dengan begitu saja. Tanpa penambahan atau pengurangan. Sehingga lebih
terlihat sebagai pemaparan dari rahasia demi rahasia. Seperti kunci jawaban
yang dibuka satu persatu. Selain itu, secara subjektif, saya mengalami
kepatahatian di bagian akhir. Karena, tebakan saya mengenai <i>ending</i> novel ini ternyata benar. Bagi
saya, itu sesuatu yang buruk sekaligus menyenangkan. Buruk, dikarenakan tebakan
yang benar, saya justru tidak bisa merasakan ketakjuban yang harusnya saya
alami. Saya tidak terkejut di saat seharusnya saya terkejut. Hal itu yang membuat saya malah tidak bisa
menikmati bagian akhirnya secara maksimal. Bagian menyenangkannya adalah, ya
jelas, karena tebakan saya benar mengenai akhir ceritanya. Kalian tahu? Betapa bahagianya
ketika saya ternyata memiliki jalan pikiran yang sama dengan penulis buku ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Secara
keseluruhan, saya menyukai buku ini. Sebagai novel bergenre <i>thriller</i>, Sharp Objects bisa menjadi
salah satu hiburan yang menyenangkan, menegangkan, sekaligus mencengangkan.
Secara tidak langsung, Gillian juga menunjukkan lika-liku yang harus dihadapi
oleh seorang reporter kriminal seperti Camille. Ada satu kutipan yang paling
saya sukai dalam novel ini terkait dengan profesi reporter:</span><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Reporter
itu seperti vampir. Mereka tidak bisa masuk ke rumahmu tanpa undangan, tapi
sekali mereka masuk, kau tidak akan bisa mengeluarkan mereka hingga mereka
menyedot darahmu sampai kering.</span><br />
<blockquote>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Hal.
138-139</span></blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-49318944672285903122017-02-23T21:11:00.000-08:002017-02-25T16:35:30.779-08:00Cerpen: Musim Panas Elina<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJxkLekfRm6cVnU_S2l4JmZ4Pl83ESzWKcRNLLNlYmKoKgJkqhWPidYDW29i7JGGfisb7FipfsHqlIWQQ6pzzITVqKOb0GeYt_iAPp38Wz9xikanZ-C50Fa9ffhyphenhyphentWe4J00RK-2WfeeE/s1600/8fb8111a504dd560481d899502994c97.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJxkLekfRm6cVnU_S2l4JmZ4Pl83ESzWKcRNLLNlYmKoKgJkqhWPidYDW29i7JGGfisb7FipfsHqlIWQQ6pzzITVqKOb0GeYt_iAPp38Wz9xikanZ-C50Fa9ffhyphenhyphentWe4J00RK-2WfeeE/s1600/8fb8111a504dd560481d899502994c97.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pinterest</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /> Gadis itu
menatap lembut awan dan desiran angin yang menggoyangkan dedaunan pohon di
hadapannya. Begitu menyenangkan. Dari balik jendela, ia duduk dengan kedua
tangan menopang dagu. Indah sekali di luar sana. Andai saja, aku bisa bebas
melangkah di rerumputan yang tinggi dan menikmati dinginnya embun pagi hari
ini, pikirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Tanpa ia
sadari, seseorang memasuki kamarnya. Seorang lelaki seumuran dengannya. Ia
selalu memakai baju putih berkancing dan membawakan senampan makanan berisi nasi–di
lain waktu berupa bubur atau sup, lauk-pauk, buah, dan segelas air mineral.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Masih
menatap langit?” tanyanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Gadis itu
berbalik ke arahnya, “Bukan. Aku sedang mencari hujan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Tanpa
menghilangkan senyumannya lelaki itu menaikkan salah satu alisnya, “Lalu, kalau
tidak ada hujan hari ini bagaimana?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Aku akan
tetap menunggu di sini.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Begitukah?”
lelaki itu memiringkan sedikit kepalanya, “Apa kau tidak mau keluar menikmati
hangat mentari hari ini? Kalau kau mau, aku bisa menemanimu. Tapi, sebelum itu
habiskan dulu sarapanmu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Tidak.
Aku tidak akan makan, sebelum hujan turun hari ini.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Wah,
sayang sekali. Padahal hari ini sepertinya tidak akan ada hujan. Itu berarti
kau tidak akan makan seharian.” ucap lelaki itu yang kini telah duduk di kursi
yang berada tak jauh dari tempat si gadis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kalau
memang begitu, biarlah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Lelaki
itu terdiam. Ia sedang memikirkan kata apa lagi yang harus diucapkannya agar
gadis di hadapannya ini menyuapkan sedikit nasi ke mulutnya. Sudah dua hari
gadis ini hanya duduk di depan jendela. Hanya mau minum itupun kalau dipaksa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Siapa
namamu?” tanya lelaki itu kemudian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Elina.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Sambil
berdehem lelaki itu memicingkan kedua matanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Namaku
Adera.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Aku
tidak bertanya.” balas si gadis terus menatap jendela.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Baiklah,
Elina. Aku akan membiarkanmu duduk di sini dan menikmati apa yang sedang kau
tunggu. Tapi jika kau berubah pikiran, panggilah aku. Aku akan mengantarkan
makanan lagi siang nanti.” Jelas lelaki itu akhirnya setelah hampir lima menit
mereka terdiam, “Dokter akan memeriksamu jam 3 sore nanti. Sebelum kunjungan
itu, kuingatkan agar kau menghabiskan makanmu. Sebab, jika tidak mereka akan
membawa perawat lain untuk memaksamu makan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Aku
mengerti.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Lelaki
itu memandang beberapa lembar kertas di tangannya. Pikiran jauh melayang pada
seorang gadis yang tadi pagi ditemuinya. Elina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Gadis itu
sudah hampir satu bulan tinggal di tempat rehabilitasi di mana ia bekerja saat
ini. Dirinya sendiripun hampir dibuat tak percaya saat melihat gadis yang
begitu manis dan anggun seperti dia terikat di ranjang atau duduk dengan
tatapan kosong menghadap jendela. Di lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin
menolong gadis itu. ‘Gadis itu gila. Jangan dengarkan apa yang diucapkannya.
Calon suaminya tewas dalam kecelakaan yang mereka alami tepat dua hari sebelum
pernikahan mereka. Tragis sekali. Akupun sering kasihan melihatnya. Seharusnya,
dia bisa melewati masa sulit itu dan tidak terjebak di tempat ini’ ucap kawan
lelaki itu suatu kali padanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Tiba-tiba
telepon di ruangannya berdering. Ia segera membuyarkan lamunannya dan meraih
ganggang telepon.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Dera,
cepat ke ruangan Elina. Gadis ini mengamuk lagi!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Baiklah!
Aku akan ke sana.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Perawat
bernama Dera itu, bergegas menuju ruangan si gadis. Di tangannya sudah tersedia
sekeranjang kecil suntikan, jarum, dan botol kecil berisi cairan. Ketika masuk
ruangan, sudah ada dua orang perawat lelaki yang menahan tangannya dan seorang
perawat wanita yang berusaha menenangkannya. Tanpa bertanya, Dera segera
menyiapkan suntikan dan menusukkan jarum tajam itu di kulit si gadis. Untuk
beberapa menit, napas Elina mulai melambat. Gerakan tubuhnya pun mulai melemah.
Matanya perlahan menutup seakan tidak sanggup melawan kekuatan yang
menyerangnya. Lalu, mereka kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kita
harus mengikatnya agar dia tidak kembali memberontak seperti tadi.” Ucap salah
seorang perawat lelaki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Memang,
sebelumnya apa yang dia lakukan hingga mengamuk?” tanya Dera.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kau tahu
sejak tadi pagi dia hanya memandang jendela dan menunggu hujan. Hingga larut
begini, ia tidak juga mendapati apa yang ditunggunya. Maka diapun mengamuk.”
Jelas perawat wanita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kalau
begitu, jangan ikat dia dulu. Akan kucoba besok pagi untuk membujuk dan
menenangkan pikirannya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Perawat
lelaki yang tadi bicara terkekeh, “Sepertinya kau mulai menyukai gadis gila
ini, ya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Apa
maksudmu? Aku hanya prihatin melihat keadaannya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Tak usah
bohong. Kalau gadis ini waras, akupun yakin pada diriku sendiri kalau aku akan
jatuh cinta padanya. Sayang, dia gila.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dera
tidak membalas perkataan temannya. Mereka kemudian keluar dari ruangan dan
mengunci pintu kamar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggY-ISLtOKsXFZKUwvnka3-V6erXoBWa5RTcR7HPVLpzW-xeI5CGL2DYUswqrXsmUJIqIw1Ox361TSn7OiER7TDxF7AlI5MipXaTw8R7_vzu8oYx_X287g1R3KHurSzsnFDqZCbZGnU1E/s1600/242ba4354ce4f82144c341a6afdb37d1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggY-ISLtOKsXFZKUwvnka3-V6erXoBWa5RTcR7HPVLpzW-xeI5CGL2DYUswqrXsmUJIqIw1Ox361TSn7OiER7TDxF7AlI5MipXaTw8R7_vzu8oYx_X287g1R3KHurSzsnFDqZCbZGnU1E/s1600/242ba4354ce4f82144c341a6afdb37d1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pinterest</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dera
kembali memasuki kamar Elina. Gadis itu sudah duduk di tempat biasanya ia
berada. Sepanjang hari hanya dihabiskannya dengan menatap jendela.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Mengapa
kau selalu menunggu hujan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Mana
makanan yang selalu kau antarkan untukku?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Aku
yakin selama kau tidak melihat hujan, kau tidak akan makan sedikitpun.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Gadis itu
tersenyum pahit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Lalu,
mengapa kau selalu menunggu hujan?” tanya Dera lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Leon
suka sekali dengan hujan. Oleh karena itu, dia hanya akan datang saat hujan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Oh ya?
Hanya karena itu?” Dera diam sejenak, “Kalau dirimu sendiri, sejujurnya apa kau
juga menyukai hujan sama seperti Leon?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Elina
berpikir. Mulutnya ia monyongkan ke depan dan menerawang jauh, “Sebetulnya,
tidak juga. Aku sendiri biasa saja. Tapi demi bertemu dengan Leon, aku akan
terus menunggunya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Begini,
Elina. Kau tahu tidak, di negara kita ada dua musim. Hujan dan panas. Nah,
sekarang ini sedang musim panas. Sebab itulah, jarang sekali hujan turun.” Dera
menghentikan ucapannya sebentar, “Kalau kau mau, aku bisa menunjukkan keindahan
musim panas padamu. Setidaknya, kau jangan hanya bergantung pada satu musim,
kan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Tanpa
menunggu jawaban dari Elina, Dera melanjutkan, “Kau tidak boleh menolak. Aku
akan mengajakmu ke luar. Aku tahu kau pasti sangat bosan di kamar ini.
Lagipula, aku pernah sekali-dua mendengarmu mengeluh betapa indahnya sinar
matahari pagi.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dera
meraih tangan Elina. Menggiringnya keluar ruangan. Ia sudah minta izin
sebelumnya kepada dokter dan perawat lainnya. Tentu, awalnya mereka tidak
setuju. Tapi setelah Dera membujuk mereka tiada henti, maka dokterpun
mengizinkan. Lebih-lebih, dokterpun merasa Elina perlu sedikit hiburan agar
mengurangi tekanan yang dideritanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kemana
kita akan pergi?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Kita
akan piknik di taman.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dera
memandang foto-foto di tangannya tanpa henti. Sesekali ia tersenyum, lalu
menghela napas. Hari itu menjadi hari yang sangat menyenangkan baginya. Entah
bagi Elina. Mereka makan di tengah taman yang hangat. Untungnya, Elina mau memakan
sandwich dan roti panggang yang sudah ia siapkan dengan lahap. Untuk pertama
kalinya, Dera melihat senyum gadis itu kembali merekah. Elina semakin terlihat
manis di bawah banjuran sinar matahari di musim panas. Mereka duduk, berfoto,
dan Dera membacakan sebuah cerita untuk Elina hingga gadis itupun tertidur
beberapa saat. Seakan hari itu Elina telah menjadi gadis yang sangat berbeda
dan sehat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Terima
kasih untuk caramu mengatasi masalahnya.” Dokter menjabat tangannya penuh
sukacita, “Kalau kau melakukan ini dengan rutin, aku yakin Elina akan segera
membaik. Oh ya, apa yang kamu katakan padanya ketika kalian berada di taman
tadi?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Sebagian
hanya omong kosong saja. Aku menceritakan dongeng padanya. Selain itu aku juga
berkata, kau boleh saja menunggu hujan. Tapi, setidaknya kau bisa melakukan
sesuatu sembari menunggu hujan itu datang. Maka, kuajaklah dia bermain dan
piknik di taman.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Setelahnya, keadaan Elina berangsur-angsur
membaik. Ia memang masih duduk menunggu hujan datang, tapi tak lagi
meraung-raung atau menahan lapar sampai ia melihat hujan. Ia bahkan sering
berkeliling taman dengan Dera sambil bercerita banyak hal. Musim panas yang
dilaluinya tidak lagi kering seperti sebelumnya. Dua bulan yang akan datang,
dokter sudah bisa memastikan bahwa Elina bisa pulang dan dirawat di rumah.
Betul-betul suatu keajaiban.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Seminggu
sebelum kepulangan Elina dari rumah sakit, hujan turun begitu derasnya.
Rintik-rintiknya bergemuruh di atas atap. Petir dan kilat menyambar-nyambar
silih berganti. Pemanasan global memang mengubah segala sesatu di permukaan
bumi ini. Sampai-sampai musimpun dapat berganti-ganti sesuka hati mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Elina
tengah menulis sesuatu di meja kamarnya–bahkan saking pesatnya perkembangan
kesehatannya, dokter mengizinkan beberapa barang untuk ia pakai. Setelah
selesai menulis, dilipatnya kertas itu kemudian diletakkan di atas meja. Dengan
penuh kehati-hatian, ia berjalan ke luar kamar. Ia menghamburkan diri dan
membiarkan tubuhnya diguyur hujan penuh dentuman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dengan
riang, ia berjalan menuju taman yang gelap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Leon,
aku datang.”<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Paginya,
semua orang di rumah sakit dibuat terperanjat setengah mati. Bahkan,
kecoa-kecoa dan tikus-tikus rumah sakitpun melongo dengan apa yang mereka lihat
saat itu. Elina ditemukan tergeletak tak berdaya di ujung taman dekat pintu
gerbang. Dari tubuhnya menguar bau hujan. Bajunya basah dan kotor dengan
bekas-bekas tanah lembab. Di pergelangan tangannya, tergores lubang begitu
dalam. Darahnya mengalir kemana-mana, seolah menjadi kubangan tempat ia berbaring
dan menunggu. Wajahnya begitu putih dan dingin. Namun ia tersenyum begitu
bahagia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> <i>Terima kasih untuk musim panasnya. Kau
mengenalkanku pada musim panas yang indah dan hangat. Aku tidak akan melupakan
itu. Tetapi, bagaimanapun hujan akhirnya datang juga. Leon menjemputku dan aku
akan tinggal bersama dengannya. Selamanya.<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">-Elina<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: right;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dera
memandang kertas itu dengan tatapan nanar. Jari-jari tangannya amat ringkih
menggenggamnya. Bagaimana bisa begini? Kukira, aku sudah bisa menyembuhkanmu.
Membuatmu merasa lebih baik. Namun ternyata aku salah. Kau tidak akan pernah
benar-benar sembuh, pikirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU-eBceXtaTdSsFt0oYofayZr2XsceVytQdFd5doWI_ncAu-pjZ6fGkDdobIjbBWmU0hgQEtD127UCO2t5Jco8QqL2v6k9qPPjv58qN7uFK2Qd7VcYQQGRZNR0w1EtdtbhzojAzTxQguE/s1600/edf594f745a117b60b6aa58ae54fab21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU-eBceXtaTdSsFt0oYofayZr2XsceVytQdFd5doWI_ncAu-pjZ6fGkDdobIjbBWmU0hgQEtD127UCO2t5Jco8QqL2v6k9qPPjv58qN7uFK2Qd7VcYQQGRZNR0w1EtdtbhzojAzTxQguE/s1600/edf594f745a117b60b6aa58ae54fab21.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pinterest</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">****<o:p></o:p></span></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-76108307466143137942017-02-18T03:24:00.001-08:002017-03-11T04:00:10.981-08:00Books Review: Corat-Coret di Toilet by Eka Kurniawan<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGs-0W-XMZ6esLxJ4w9Gt-6iblz2pwW71Tbb2-uiWSAnZi8t8m8WIzYrWrdOi_laxRyvl-dK1Q9XQRxf35Fe-GOl-NINDur2iXkISwvvCWqUrIDJrS6WURcjp9DzMQDznnQkrUZfOAyPs/s1600/PhotoGrid_1487329432447.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGs-0W-XMZ6esLxJ4w9Gt-6iblz2pwW71Tbb2-uiWSAnZi8t8m8WIzYrWrdOi_laxRyvl-dK1Q9XQRxf35Fe-GOl-NINDur2iXkISwvvCWqUrIDJrS6WURcjp9DzMQDznnQkrUZfOAyPs/s1600/PhotoGrid_1487329432447.png" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah karya ketiga dari Eka Kurniawan yang telah saya <i>khatam</i>-kan. Setelah sebelumnya saya menyelesaikan Cantik Itu Luka, kemudian disusul dengan Sama Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Kesan pertama kali saya terhadap tulisan Eka adalah, sangat arkais dan berani. Eka dengan yakinnya mengambil <i>setting</i> di tahun kolonial dan mengangkat cerita-cerita penuh konflik juga romantis. Meskipun begitu, saya tetap bisa menikmati setiap gaya bahasa dan penuturan yang disampaikan Eka dengan begitu manis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali kepada judul <i>postingan</i> ini, Corat-Coret di Toilet merupakan buku kumpulan cerita Eka yang pertama kali saya baca. Buku ini terdiri atas 12 cerita dengan tema yang berbeda. Namun kebanyakan mengandung unsur percintaan dan politik. Terlalu sedikit bagi saya, dengan jumlah buku yang hanya sekitar 120 halaman. Di antara semuanya, saya hanya akan menuliskan 3 sinopsis cerpen yang paling saya sukai. Berikut sinopsis singkatnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><b>Siapa Kirim Aku Bunga?</b></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Henri merupakan seorang kontrolir yang hidup pada akhir tahun 20-an di Hindia Belanda. Suatu ketika, ia mendapatkan sebuah bunga di restaurant tempat ia biasa bersantai dan berkumpul bersama teman-temannya. Dalam tangkai-tangkai bunga itu terselip kartu yang bertuliskan "Untuk Henri". Kejadian tersebut tak hanya terjadi sekali. Mulanya di restaurant, lalu di rumahnya, berlanjut di pemandian umum yang ia datangi. Berhari-hari ia terus dihantui oleh bunga-bunga yang selalu datang tanpa mengenal waktu dan tempat itu. Ia merasa takut dan bingung menerima bunga itu. Ia penasaran siapa gerangan yang telah mengirim bunga itu untuknya? Kebingungannya berujung pada seorang gadis penjual bunga yang ternyata selalu ada di manapun dirinya berada. Ia merasa gadis penjual bunga itu mengikutinya. Bisa jadi pula, gadis itulah yang memberinya bunga setiap hari. Maka, ia pun mencoba bertanya dan mendekati gadis tersebut. Hingga akhirnya, Henri sendiri yang jatuh hati pada gadis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">"Bunga itu lambang cinta, dan kau manusia yang kering akan cinta. Sudah selayaknya kau peroleh banyak-banyak bunga."</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir cerita yang sangat miris dan menyayat hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><b>Peter Pan</b></li>
</ul>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Bercerita tentang seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya. Ia hanya sebut sebagai kekasih Tuan Puteri yang kemudian dijuluki dengan Peter Pan. Peter Pan sangat membenci para pencuri buku. Maka, ia menjelma jadi seorang pencuri buku agar para penegak hukum menangkapnya. Dengan begitu, ia akan tahu kalau pemerintah juga memperhatikan betapa pentingnya sebuah buku. Tetapi, perkiraannya salah. Sudah bertahun-tahun ia mencuri buku, namun ia masih bisa berlenggang ke sana dan ke mari. Lalu, ia berniat untuk melakukan demonstrasi. Demonstrasi kecil-kecilan kalau saya bilang, sebab tidak ada yang simpati terhadap aksi protes tersebut. Tak juga digubris, akhirnya ia menuangkan pemikiran dan suaranya lewat sastra. Ternyata cara itu sangat berpengaruh dan mengancam Sang Diktator saat itu. Orang-orang pun ikut melakukan pemberontakan. Kini, justru hidup Peter Pan yang terancam.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">... Tuan Puteri berkata kepadanya, di mana-mana rakyat begitu miskin sementara para pejabat hidup mewah. Negara sudah di ambang bangkrut karena utang luar negeri dan sang diktator sudah terlalu lama berkuasa, menutup kesempatan kerja bagi orang yang memiliki bakat menjadi presiden. Menurut Tuan Puteri, itu semua alasan yang cukup untuk mengumumkan perang gerilya, tetapi laki-laki itu keberatan. Katanya, alasan seperti itu sudah terlalu banyak diketahui orang, tapi nyatanya tak seorang pun menyatakan perang karena itu.</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul>
<li><b>Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti</b></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sesuai judulnya, Eka akan mengenalkan kita pada seorang anak lelaki yang hidup sebatang kara di sebuah kota kecil. Ia tinggal di hutan yang terletak di pinggir kota. Ia biasa memperoleh makanan dari warga kota yang bersimpati padanya. Sedangkan anak-anak sangat merasa iri padanya. Sebab, ia tidak perlu bersekolah, tidak perlu bangun pagi dan pulang siang hari, ia hidup bebas dan bisa pergi ke mana pun yang ia inginkan. Sampai suatu ketika, anak laki-laki itu mencuri roti di toko. Awalnya pemilik toko maklum akan hal itu. Tetapi ia terus mencuri. Sehari sekali, dua kali, lalu di toko roti lainnya. Warga kota pun geram dan melaporkan hal ini pada polisi. Pihak polisi tidak menggubris laporan itu mulanya. Namun, karena semakin hari para pemilik toko roti kian merasa dirugikan, maka para pemilik toko mengancam polisi kalau mereka tidak menangkap anak kecil itu, maka warga kota akan melaporkan polisi pada pihak atasannya. Itulah mengapa anak kecil itu dipanggil sebagai Bandit Kecil Pencuri Roti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">... Aku dan beberapa temanku pergi ke tempat persembunyiannya, untuk menangkap si pencuri berdosa itu, dan memberikannya kepada bapak polisi. Tapi ketika kami sampai di tempatnya, ia menawari kami roti-roti curian itu. Kami semua terpaku, mencoba mencicipi sedikit, dan lupalah kami kepada rencana untuk menangkapnya. Roti dari toko ternyata memang enak, satu jenis roti yang belum pernah kami temukan sebelumnya.</span></blockquote>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun cerpen lainnya adalah:</div>
<blockquote class="tr_bq">
Dongeng Sebelum Bercinta</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Corat-Coret di Toilet</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Teman Kencan</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Rayuan Dusta untuk Marietje</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Hikayat Si Orang Gila</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kisah dari Seorang Kawan</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Dewi Amor</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kandang Babi</blockquote>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Corat-Coret di Toilet memang merupakan cerpen yang diambil judulnya sebagai judul utama buku ini. Tetapi saya justru tidak merasa istimewa dengan cerpen ini. Cukup menarik, namun tidak cukup untuk membuat saya berkata "Wahh". Selain itu, meskipun mengambil tema politik atau percintaan, Eka tetap menyisihkan sisi humornya. Dalam beberapa cerpennya, saya bisa dibuat tertawa rendah atau bersimpati kepada tokoh dalam cerita tersebut. Akan tetapi, tidak jarang pula saya sedikit bingung dengan makna yang ingin disampaikan oleh Eka. Ya, memang. Dari pandangan saya, Eka sering kali memasukkan pesan-pesannya secara tersirat dan untuk menemukannya, saya harus membaca bagian itu berulang kali lalu terdiam sejenak. Berdeham, kemudian mengangguk (sedikit) paham.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah yang dapat saya bagikan mengenai kumcer dari Eka Kurniawan ini. Sama seperti karya-karya Eka sebelumnya, ia selalu bisa menyajikan konteks yang berat diiringi dengan guyonan dan mengudek perasaan.</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-28734093455140999912017-02-14T20:24:00.000-08:002017-03-11T04:00:38.852-08:00Books Review: Elegi Rinaldo By Bernard Batubara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMh4YZ9zY6nX4HgBl4AJpemuT0BIdW34HjAo9Bc7yju3j7QJpMVXXDfgPQfiXrHuH1uuPpztyo4TMGiZROYF76-YXhuPA3uEp6Pp2HCGlcEv06HfnE9keTROgI81GFMbHUW1YEouZZq2s/s1600/elegi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMh4YZ9zY6nX4HgBl4AJpemuT0BIdW34HjAo9Bc7yju3j7QJpMVXXDfgPQfiXrHuH1uuPpztyo4TMGiZROYF76-YXhuPA3uEp6Pp2HCGlcEv06HfnE9keTROgI81GFMbHUW1YEouZZq2s/s1600/elegi.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Pada
kesempatan ini, saya ingin meresensi buku fiksi karya Bernard Batubara yang berjudul
Elegi Rinaldo. Elegi Rinaldo termasuk ke dalam Blue Valley Series yang
diterbitkan oleh Falcon Publishing. Terdapat 4 seri lainnya, yaitu Asa Ayumi
karya Dyah Rinni, Melankolia Ninna karya Robin Wijaya, Lara Miya karya Erlin
Natariwiria, dan Senandika Risma karya Aditia Yudis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> Elegi
sendiri berarti syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan
dukacita. Meskipun belum membaca keempat seri lainnya, saya merasa bahwa Blue
Valley Series ini mengangkat satu tema yang sama. Cinta dan Kesedihan. Mungkin,
lebih tepatnya kepatahatian. Karena, setiap judul dari serinya memiliki arti
kata yang menggambarkan duka atau ungkapan kesedihan. Seperti asa, melankolia,
lara, senandika, dan elegi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dalam
novel ini, Blue Valley digambarkan sebagai tempat perumahan yang dihuni oleh tokoh
utama dalam cerita. Bisa dibilang, kalau ceritanya cukup klise. Seperti
kebanyakan konflik yang diangkat dalam novel-novel lainnya. Sehingga saya
dengan mudah bisa menebak akhir dari ceritanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di pojok selatan Jakarta, kau akan
menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana
sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa
menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu
Blue Valley.</span></span></span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika kau berjalan ke salah satu blok, kau akan
menemukan rumah yang setiap pagi dipenuhi nyanyian Rihanna. Seorang pemuda
kribo yang selalu menenteng kamera tinggal di sana bersama tantenya. Dia sering
kali bersikap dingin. Dia menyimpan duka. Sisa penyesalan terdalam dua tahun
lalu.</span></span></span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ada gadis yang menantinya, dan ingin menamai
hubungan mereka yang kian dekat. Namun, pemuda itu selalu ragu. Dia menyukai
gadis itu, tetapi… selalu merasa bersalah jika memberikan tempat yang sengaja
dia kosongkan di hatinya. Namanya Rinaldo. Panggil dia Aldo, tapi jangan tanya
kapan dia akan melepas lajang.</span></span></span></blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span></blockquote>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dari sinopsisnya, kita bisa
langsung menangkap masalah yang ditawarkan oleh Bernard. Kita akan mendapati
Aldo, seorang <i>food photographer</i></span><span style="font-family: "arial unicode ms" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">yang memiliki luka di masa lalunya.
Saking pahitnya, ia bahkan sengaja mengosongkan hatinya untuk sekian lama.
Sehingga ketika dia mengenal gadis bernama Jenny, dia mulai bimbang untuk
membuka hati atau melewatkannya saja. Aldo masih belum bisa melupakan masa lalu
beserta kehilangan demi kehilangan yang dirasakannya. Itulah mengapa ia sulit
untuk memulai suatu hubungan yang serius. Begitu pula dengan Jenny yang
memiliki pandangan berbeda dengan gadis pada umumnya mengenai suatu hubungan.
Jenny ragu pada ikatan pernikahan. Menurutnya, pernikahan justru mengikat
seseorang dari usahanya dalam meraih mimpi. Pernikahan akan membatasinya dan
mengurungnya dengan segala kewajiban yang harus dijalankan sebagai seorang
istri, dan dia tidak mau itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Elegi Rinaldo akan membawa kalian pada
banyak kebimbangan. Kemudian, menemukan bahwa sebenarnya keyakinan itu dapat
berubah seiring dengan kejadian demi kejadian yang dialami oleh orang tersebut.
Lebih-lebih, kalau mengenai hati. Keyakinan seseorang mengenai ‘cinta’ bisa
berubah seiring berjalannya waktu. Ketika orang tersebut mengenal orang yang
dapat mengisi hatinya kembali, saat itulah pandangan dan anggapannya tentang
cinta akan berubah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Jujur saja, saya merasa kurang puas
dari segi kepenulisannya. Saya sudah pernah membaca karya Bernard batubara yang
lain, dan saya cukup kaget dengan karyanya yang satu ini. Dari kacamata saya, penulisan
Bara penuh dengan bahasa yang manis dan penuturan yang begitu elok. Tetapi saya
tidak menemukan hal itu dalam buku ini. Bahkan saya merasa ini bukan tulisan
Bara. Tidak menggambarkan karakter dan identitas dari Bara. Saya berasumsi,
kalau Bara (mungkin) ingin mencoba menulis dengan gaya yang berbeda dari
biasanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Keseluruhannya, buku ini disusun
dengan cukup apik. Covernya yang menarik, mampu menggambarkan kepedihan yang
disuguhkan dalam kisahnya. Meskipun konflik yang diangkat sangat lazim, Elegi
Rinaldo tetap layak dijadikan sebagai salah satu buku referensi untuk mengisi
waktu luang dan hiburan. Akan tetapi, (menurut saya) Elegi Rinaldo bukanlah
karya terbaik dari Bernard Batubara. Mengingat, karya-karya Bernard sebelumnya
memiliki rasa dan penulisan yang jauh lebih kuat serta identitas yang selalu menjadi
ciri dari setiap karyanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">***</span></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-21081638734279794762017-02-11T07:01:00.003-08:002017-02-12T03:14:52.732-08:00Antara Berkorban dan Menyakiti Diri Sendiri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUuod9ilpMTotxh1r1PQ84oHijbL5-ikUnEgDE-wYb8pBrosvbvyzEG6ANcSp1K5gDezgGoxRrEFTH8Ywv0DqjtxgaG4YB4CSAsKNgjK1UGJ7tE_HG2NmPuLWHhAql-uPeytfVJk763gg/s1600/large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUuod9ilpMTotxh1r1PQ84oHijbL5-ikUnEgDE-wYb8pBrosvbvyzEG6ANcSp1K5gDezgGoxRrEFTH8Ywv0DqjtxgaG4YB4CSAsKNgjK1UGJ7tE_HG2NmPuLWHhAql-uPeytfVJk763gg/s320/large.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: weheartit</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div>
<br /></div>
Selamat malam...<br />
<div>
Selamat bermalam minggu,</div>
<div>
Selamat berbahagia,</div>
<div>
Selamat menikmati kesendirian,</div>
<div>
dan Selamat menunggu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam ini, saya ingin berbagi cerita. Mengingat, memang cukup lama saya tidak lagi bercerita di blog ini. Bukan, ini bukan review buku atau film. Saya kembali lagi pada kebiasaan saya yang dulu. Curhat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bermula dari salah seorang teman, saya terdorong untuk membahas masalahnya dalam blog ini. Haha, sepanjang dia tidak membaca, sepertinya tidak akan menimbulkan masalah. Tapi, kalaupun dia membaca, paling tidak dia bisa mendengar pendapat saya. Meskipun pada kenyataanya, dia tidak membutuhkan pendapat dari saya. #okelupakan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang kamu pikirkan jika seseorang yang kamu sukai ternyata menyukai orang lain? Lebih parahnya lagi, dia justru kerap bercerita tentang orang yang dia sukai itu kepadamu. Bukankah itu sangat menyakitkan untuk didengar? Tapi percayalah, di dunia ini masih ada orang yang mau dan merelakan dirinya untuk melakukan hal bodoh itu. Ya, menurut saya <i>sih</i> begitu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begini, dalam hal jatuh cinta, entah itu benar-benar cinta atau hanya sekadar menyukai, terkadang kita sering larut dalam perasaan itu dan membiarkan diri kita dikuasai oleh perasaan kita sendiri. Sebenarnya itu bukanlah hal yang baik. Karena dengan begitu, kita akan <i>selalu mau</i> melakukan apapun yang dikatakan oleh hati kecil kita. Kita akan menurut saja. Tidak peduli apakah itu akan menyakiti perasaan kita sendiri. Yang penting, dia bahagia. Begitulah pikir kita. Akan tetapi, hal yang perlu dipertanyakan adalah, apakah keinginan untuk selalu membantu dan melakukan apapun untuk orang yang tidak menyukai kita, meski orang itu menyukai orang lain, benar-benar berasal dari hati kecil kita?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terkadang saya heran. Sangat dibuat heran. Boleh dikatakan, bahwa saya memang tidak tahu apa-apa mengenai suatu hubungan. Namun, suatu kali saya pernah melihat seorang teman lelaki, yang saya tahu bahwa dia menyukai seorang gadis. Sebut saja misalnya lelaki itu bernama A dan gadis yang disukainya bernama B. Sayangnya, gadis B ini justru menyukai lelaki lain bernama C dan tetap menganggap A sebagai teman dekatnya. Kemudian, C ternyata menyatakan hubungan secara resmi dengan seorang gadis lain bernama D. Pastilah, si gadis B sangat patah hati. Kemudian, lelaki si A datang dan terus menemani gadis B itu. Seakan tak cukup sampai disitu, hubungan antara lelaki C dan gadis D berakhir singkat. Mereka tidak lagi berhubungan resmi, namun sebagai teman dekat. Kalau menurut kacamata saya, lebih seperti hubungan komensalisme. Lelaki C yang selalu memberi manfaat kepada gadis D, sedangkan gadis D tidak memberi dampak apapun pada lelaki C. Lucunya, lelaki C mengatakan bahwa itu ia lakukan atas dasar rasa suka. Cerita yang sangat klise, bukan?<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoWFn3Rz-Yl-gIoaXaZnbxWXW_qWNIfZ6yk00XUSWZS4vAcZAu98lKGVyZ7gB8kBKXy__F-SlQZjBHN9a995PbGC88dq5D7M4VtmKu5MEp8M6mmdjEDfuROCkCJ1DliMUEWTt3AH6HtoY/s1600/large+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="301" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoWFn3Rz-Yl-gIoaXaZnbxWXW_qWNIfZ6yk00XUSWZS4vAcZAu98lKGVyZ7gB8kBKXy__F-SlQZjBHN9a995PbGC88dq5D7M4VtmKu5MEp8M6mmdjEDfuROCkCJ1DliMUEWTt3AH6HtoY/s320/large+%25282%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: weheartit</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak habis pikir dengan orang-orang semacam A, B, dan C itu. Gadis D bisa dibilang tidak masuk hitungan. Karena gadis D lah yang pintar dalam memanfaatkan keadaan. Hhmm.. bisa dibilang, kalau gadis D menggunakan rasa suka lelaki C untuk kepentingannya sendiri. Itu menurutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah saya yang kurang tahu tentang cinta atau memang mereka yang terlalu dibutakan dengan perasaan dan tidak bisa mengontrol diri mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang menjadikan lelaki A selalu setia menemani gadis B meski sebenarnya (aku rasa) lelaki A (pasti) sangat patah hati setiap kali B bercerita mengenai lelaki C dengannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang membuat gadis B begitu mudah bercerita dengan lelaki A tentang si C, padahal dia dengan sangat jelas mengetahui kalau lelaki A juga memendam perasaan padanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang membuat lelaki C lebih memilih gadis D daripada gadis C yang sudah nyatanya, bisa dengan mudah ditebak, kalau gadis C lebih tulus daripada gadis D?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur saja, saya tidak paham dengan sistem ini. Saya pernah berada di posisi lelaki A dan juga pernah berada dalam posisi gadis B. Sehingga saya sangat tahu apa yang mereka rasakan. Ketika melihat mereka, apa yang mereka lakukan, dan itu membuat saya merasa keheranan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada dasarnya, saya merasa kasihan dengan lelaki A. Dia begitu menyukai gadis B dengan setulus hati. Tetapi gadis B, yang sebenarnya tahu hal itu, justru mengabaikannya dan meminta mereka untuk tetap berteman seperti sedia kala. Kemudian bercerita tentang lelaki C kepada lelaki A. Kalau saya menjadi A, mungkin saya akan sedikit memberi jarak antara saya dan gadis B. Sebab, bukanlah hal yang mudah untuk mendengarkan orang yang kita sukai bercerita tentang orang yang ia sukai. Itu akan sangat menyakitkan hati. Saya bukanlah tipe orang yang akan menyakiti diri sendiri. Kalaupun saya sedikit menjaga jarak dari gadis B, tentunya gadis B itu bisa mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan kalau saya berada di posisi sebagai gadis B, saya akan menjauhi lelaki C. Itu sudah pasti. Kemudian, saya juga akan menjaga jarak dengan lelaki A. Karena kalau kembali dekat dengan A atas nama "teman", saya sangsi jika A masih tetap memendam perasaan dan penolakan dari saya itu akan menyakiti hatinya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat apa yang terjadi dengan teman-teman saya itu, saya terheran-heran dan merasa geli. Betapa mereka sudah bisa belajar mengorbankan diri demi orang lain di usia yang terbilang masih sangat muda untuk mengenal apa cinta itu sendiri. Saya sendiri bingung. Cukup sulit membedakan antara mencintai dengan tulus dengan dibodohi oleh cinta. Cinta dengan tulus itu memang memerlukan pengorbanan. Namun kita juga harus menjaga hati kita sendiri. Jangan terlalu melukai diri sendiri untuk memberikan kebahagiaan pada orang yang dia pun belum tentu peduli dengan kita. Tapi balik lagi, bukan pengorbanan namanya kalau tidak melukai diri sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta memang begitu. Sering sekali membuat para pecandunya lupa diri bahkan rela melakukan apapun. Semua hal yang dilakukan oleh orang yang kita sukai, itulah yang benar dan baik. Tidak pernah cacat. Seakan sejauh mata memandang, hanya dia dan dia yang memenuhi penglihatan mata dan hati. Padahal kita seharusnya punya kuasa atas diri kita sendiri. Karena, kalau sampai saatnya kita memasuki fase patah hati, di saat itulah baru kita menyadari betapa bodoh dan dungunya kita dulu. Kalau sudah begitu, saya akan memandangnya di sisi yang positif. Setidaknya, saya belajar suatu hal dari ini. Begitu pikir saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah mengapa, sekarang saya tidak ingin lagi terlalu larut dengan yang namanya jatuh hati. Saya belajar untuk bisa mengontrol diri dan memiliki kuasa atas akal dan pikiran saya dalam menyukai seseorang. Kalau kata guru biologi saya, "Jangan berikan seluruh hatimu untuk seseorang. Karena kalau kamu berikan semuanya, ketika suatu hari hati itu jatuh, maka ia akan pecah berkeping-keping. Benar-benar berkeping-keping." Saya pernah merasakan itu. Cukup bodoh bagi saya, jika mengulangi hal itu untuk kedua kalinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 27px; font-weight: 400; line-height: 38px; margin: 30px 0px 20px; text-align: start;">
<div style="text-align: center;">
“Tonight I realized you weren’t the one</div>
<div style="text-align: center;">
who wrecked me, ruined me, or</div>
<div style="text-align: center;">
destroyed me, it was me, it was me</div>
<div style="text-align: center;">
because only I have that power to do</div>
<div style="text-align: center;">
that to myself. I destroyed myself by</div>
<div style="text-align: center;">
loving you”</div>
<div class="td-g-rec td-g-rec-id-content_inline " style="box-sizing: border-box;">
</div>
<div style="box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; text-align: center;">
– unknown (via Ixwseptember)</div>
</h2>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, saya juga belajar dari hubungan teman-teman saya itu. Bahwa kita harus bisa membedakan dengan benar, siapa orang yang sungguh-sungguh tulus dengan yang hanya memanfaatkan. Sebab kalau sampai kita salah mengambil keputusan, maka akan ada yang patah hati. Itu sudah jelas. Lebih parah lagi, kalau kita kehilangan orang yang tulus untuk selamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin, cukup sampai di sini saja <i>ngalor-ngidulnya</i>. Malam ini saya hanya ingin sedikit bercerita. Saya merasa kalau apa yang kita lakukan untuk orang yang kita cintai, yang kita sebut sebagai 'pengorbanan' itu, harus benar-benar kita pertimbangkan. Bisa saja itu bukan yang sesungguhnya kita inginkan. Bukan yang kita harapkan. Kalau memang tidak sanggup untuk berkorban, lebih baik menjaga jarak saja. Itu bukanlah hal yang salah. Tidak ada yang salah dari seseorang yang ingin mencoba untuk mengobati lukanya sendiri. Akan tetapi, kalau memang yakin bahwa apa yang sedang kamu rasakan itu <i>ketulusan</i>, cobalah untuk berkorban. Tapi jangan mengharapkan apa-apa. Sebab, tidak ada yang bisa memastikan hasil dari sebuah pengorbanan itu sendiri. Mungkin, kamu memang benar mencintainya, tapi bisa juga itu sebagai bentuk kebodohanmu terhadap perasaan yang tidak bisa kamu kuasai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaC75jrjbdwUWcgwlZrm5_nQ5SkSaFKf41dexCPJwrdDCU6BfGHHKGr-ayYorqrty0g-SNVjexkXcCTpDNzbo6Ji1kjv8ZMhKhzA02D9FS8Kf81eenY5w7-wQ2udrAJYlJlBMNM05bEWU/s1600/large.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaC75jrjbdwUWcgwlZrm5_nQ5SkSaFKf41dexCPJwrdDCU6BfGHHKGr-ayYorqrty0g-SNVjexkXcCTpDNzbo6Ji1kjv8ZMhKhzA02D9FS8Kf81eenY5w7-wQ2udrAJYlJlBMNM05bEWU/s320/large.gif" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: weheartit</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-56261742827941134832017-02-02T20:42:00.000-08:002019-07-12T05:59:21.035-07:00Media Sosial<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
* Follow me on Instagram:</div>
<div dir="ltr">
<a href="https://www.instagram.com/nrratikaa/" target="_blank">@nrratikaa</a></div>
<div dir="ltr">
* Add me via Line:</div>
<div dir="ltr">
@nuratika012</div>
<div dir="ltr">
</div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5629059375490978973.post-19047398562842759732017-01-30T21:33:00.001-08:002017-01-30T21:40:28.211-08:00La La Land, Kota Penuh Mimpi, Cinta, dan Harapan<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXr-R6uvEYsZF_0-1Qk5C0k_PUqhlgJOmLSQFD87-TnkjcqYFmoQx7D2zIkExmnFPRXDmjt0ycGxkHgsPcFTNImBut6j6onlEQx-eE48W3ifLrOW7tauCj2NuhVLIol4EMpV_BQQay4Wg/s1600/la%252Bla%252Bland.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXr-R6uvEYsZF_0-1Qk5C0k_PUqhlgJOmLSQFD87-TnkjcqYFmoQx7D2zIkExmnFPRXDmjt0ycGxkHgsPcFTNImBut6j6onlEQx-eE48W3ifLrOW7tauCj2NuhVLIol4EMpV_BQQay4Wg/s1600/la%252Bla%252Bland.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google.com</td></tr>
</tbody></table>
Beberapa hari yang lalu, saya menghabiskan waktu dengan menonton film. Salah satu film yang membuat saya tertarik untuk mengulasnya adalah, La La Land.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, ini adalah film yang sedang naik daun sekarang. Karena sering kali dibuat <i>meme</i> untuk debat cagub DKI Jakarta saat ini. Terlepas dari itu semua, saya memang sejak awal ingin menonton film ini. Apalagi, setelah salah seorang Youtuber mengcover salah satu soundtrack film ini. Itu semakin menambah rasa penasaran saya mengenai film ini. Alasan lain yang mendorong saya untuk segera menonton film ini adalah, seperti yang kalian tahu, film ini banyak memenangkan penghargaan di ajang perfilman hollywood.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***<br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDm3YuZSpNdMK7RBlqvqi2xn2b101leBZRL4C34grTqp4A-W89QP5-OOJ5STLcGxIPW9gM2saez8gPA8SONOoYJg_Iu3w2grBsz0zefgL_QMuFgjqSJT_bLi9RTSV0THQHHRXXeXQAGVI/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDm3YuZSpNdMK7RBlqvqi2xn2b101leBZRL4C34grTqp4A-W89QP5-OOJ5STLcGxIPW9gM2saez8gPA8SONOoYJg_Iu3w2grBsz0zefgL_QMuFgjqSJT_bLi9RTSV0THQHHRXXeXQAGVI/s1600/download.jpg" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
La La Land merupakan film drama komedi musikal romansa Amerika Serikat. Disutradarai oleh Damien Chazelle dan dibintangi oleh Ryan Gosling, Emma Stone, John Legend, dan Rosemarie DeWitt.(Wikipedia)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alurnya sendiri, bercerita tentang dua orang yang sama-sama memiliki mimpi besar. Sebastian (Ryan Gosling) adalah seorang pianis yang sangat menyukai musik jazz. Ia bekerja sebagai pemain piano di sebuah restoran kecil di Los Angeles, sebelum akhirnya ia dipecat karena melanggar perintah bosnya untuk tidak memainkan musik yang tidak boleh ia mainkan. Mia (Emma Stone), merupakan gadis yang bermimpi menjadi seorang aktris terkenal. Ia selalu mengikuti <i>casting</i> meski entah sudah berapa kali pihak perfilman menolaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka bertemu secara (tidak) sengaja, ketika Mia mendengar dentingan piano yang dimaikan Sebastian di dalam restoran. Kemudian, Mia memasuki restoran untuk melihat siapa yang memainkan musik itu. Tetapi, suasana hati Sebastian sedang tidak baik saat itu sehingga Sebastian mengabaikan Mia. Lalu mereka bertemu lagi saat pesta musim panas. Mulai dari situlah, mereka saling berhubungan dan dekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebastian punya mimpi untuk mendirikan kafe yang memainkan musik jazz murni di dalamnya. Sebab, kebanyakan musik jazz yang ia lihat, tidak mengalunkan musik jazz yang murni. Pasti ada saja tambahan atau aransemen yang justru menghilangkan identitas dari jazz itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Mereka berdua memiliki banyak kesamaan (menurut saya). Mereka adalah dua orang yang sama-sama mencari harapan di kota yang penuh bintang. Mereka saling berusaha untuk meraih impian dan saling menguatkan satu sama lain. Pada akhirnya, apa yang mereka inginkan dapat tercapai. Tapi dengan cara yang berbeda. Sebastian bisa membangun kafenya sendiri dengan musik jazz murni mengalir anggun dari dalam kafe. Namun sebelumnya, ia harus menunda apa yang menjadi prinsipnya. Ia mengalah untuk mengabaikan musik jazz murni dan bergabung dengan band yang ditawarkan temannya. Sedangkan Mia, ia bisa menjadi seorang aktris yang begitu terkenal. Ia pergi ke Paris untuk bermain film. Setelah sebelumnya, ia hampir gagal dengan penampilan monolognya. Setelah ia menyerah untuk tidak mengikuti audisi lagi. Dan akhirnya, panggilan itu datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDajNdzW5JA7whONs6v8EITJ-YNy02lR5X3jIx1yxDYKdS2AZls63_BdKV4QG4V1XIYX7oL_aAV8nLXvJh50uHTneUnr6ubPH_YhnBODclAuomBPyFZql63O2FDM55uFe5XCgVhiPjWyM/s1600/download+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDajNdzW5JA7whONs6v8EITJ-YNy02lR5X3jIx1yxDYKdS2AZls63_BdKV4QG4V1XIYX7oL_aAV8nLXvJh50uHTneUnr6ubPH_YhnBODclAuomBPyFZql63O2FDM55uFe5XCgVhiPjWyM/s1600/download+%25282%2529.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: google.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari alur cerita yang begitu manis dan elegan, film ini disuguhkan dengan berbagai soundtrack yang juga tak kalah romantis. Kita juga akan ikut tenggelam dalam alunan lagu City of Stars yang menjadi salah satu soundtrack utama film ini. Mengingat genre film ini yang merupakan film drama musikal, film ini menyatukan antara drama dan musik dengan sangat baik. Selain itu, adegan demi adegan antara Ryan Gosling dan Emma Stone membuat kita semakin terpesona dengan keteguhan mereka dalam meraih mimpi. Juga dalam menerima apa yang menjadi risiko untuk mendapatkan mimpi itu. Dan benar saja, mereka bisa menjadi apa yang mereka inginkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kekurangan film ini, hmm.. saya masih mencari. Yang jelas, banyak nilai plus yang bisa saya dapatkan dari film ini. Untuk judulnya, La La Land sendiri, ada yang mengatakan bahwa itu merupakan gambaran kota yang dipenuhi oleh mimpi dan harapan banyak orang. Mengingat, Los Angeles, tempat syuting film ini, merupakan salah satu tempat yang banyak diimpikan orang untuk meraih mimpi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir dari film ini, sebenarnya sangat mengecewakan (bagi saya). Tapi, memang menggambarkan kenyataan yang biasanya terjadi di sekitar kita. Terkadang, kita harus bisa merelakan sesuatu demi hal lain yang kita inginkan, yang benar-benar kita butuhkan. Sebab, ada banyak hal di dunia ini yang dipertemukan, tetapi dengan maksud yang berbeda. Bahkan jauh dari apa yang kita harapkan. Meski begitu setiap cerita yang terjadi selalu punya alasan untuk terjadi. Dan akan selalu manis untuk dikenang kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/0pdqf4P9MB8/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/0pdqf4P9MB8?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nur Atikahttp://www.blogger.com/profile/06172473987643281588noreply@blogger.com0