Sumber: pinterest |
Belakangan, ada hal-hal yang mulanya kita anggap biasa berubah
menjadi sesuatu yang justru sulit untuk kita lakukan. Entah tidak ada semangat,
perasaan takut, atau kurangnya motivasi di dalam diri sendiri. Saya
mengalaminya saat ini. Beberapa hari terakhir, menulis yang seharusnya menjadi
kegiatan menyenangkan, entah mengapa, menjadi aktivitas yang agaknya sulit
dilakukan. Duduk beberapa menit menatap layar laptop membuat saya terdiam dan
tidak menghasilkan apa-apa. Alih-alih mencapai satu halaman, menulis satu
paragraf pun rasanya tidak sampai. Tidak mengerti juga, apa yang sedang saya
alami saat ini. Mungkin karena memang belakangan saya sudah jarang sekali
membaca buku fiksi dan memantau berita. Itu yang akhirnya membuat saya tidak
memiliki bahan sama sekali untuk ditulis. Mungkin, saya kurang nutrisi bacaan.
Saya hanya berpikir, kalau saya membaca novel atau kumpulan cerpen, rasanya
sudah tidak ada waktu lagi. Lebih baik dipakai untuk membaca bahan kuliah yang
akan datang. Tetapi, pada akhirnya kedua hal itu tidak saya lakukan dengan
maksimal.
Rasa malas memang membuat seseorang bisa jadi sebodoh itu yaa…
Sampai detik ini, saya masih merasa tidak cukup baik dalam membagi
waktu ataupun disiplin dengan diri sendiri. Saya membuat sebuah buku planner untuk
mengatur dan memantau jadwal harian saya, motivasi, atau rencana jangka panjang
saya ke depannya. Tetapi, semua itu kebanyakan hanya sebatas pada tulisan di
atas kertas. Sejauh ini, tidak ada yang benar-benar saya lakukan dengan maksimal.
Setiap kali saya memberi tanda centang pada apa yang sudah saya tuliskan,
sering kali saya berucap dalam hati, "Padahal saya bisa melakukan lebih baik
dari ini." tetapi kenyataannya, saya hanya kembali duduk dan tidak berbuat
apa-apa.
Kemudian, malam ini saya memutuskan untuk menulis blog.
Sebenarnya, ada sebuah buku yang baru selesai saya baca. Buku pertama yang saya
tuntaskan di awal tahun ini. Sangat bagus sekali. Mungkin akan saya ceritakan
di lain waktu. Kembali ke topik awal, saya menulis blog. Saya harus mulai
bertanya kepada diri saya sendiri. Apa yang sebenarnya saya pikirkan saat ini?
Apa masalah yang saya hadapi sampai mengganggu rutinitas saya belakangan ini?
Apa kiranya yang menghalangi saya terhadap hal-hal yang saya sukai?
Saya merenung sejenak, lalu menyimpulkan suatu jawaban: Saya tidak
tahu persis, rasa takut mungkin, atau malas.
Yap! Sudah saya temukan pelaku utamanya. Takut dan Malas.
Takut memang sering kali menghampiri setiap orang, ya? Takut untuk
mencoba hal baru, takut gagal, takut salah, takut jika nantinya tidak bisa
diterima, dan berbagai rasa takut lainnya. Rasa takut yang pada akhirnya
melahirkan pikiran di kepala saya untuk berkata, "Ah, sudahlah. Buat apa
mencoba? Toh, nanti tidak akan ada hasilnya." Sungguh pemikiran yang buruk
sekali. Saya menyadari rasa takut yang muncul, sekecil apapun itu, bisa jadi
memunculkan pemikiran-pemikiran negatif yang akan membawa kita pada aksi yang
negatif pula. Kalau sudah begitu, ya jelas kita tahu akhirnya. Sesuatu yang
sudah diawali dengan hal buruk, juga akan berakhir dengan hal yang tidak baik.
Rasa takut itulah yang harus dihilangkan. Betul-betul dimusnahkan.
Semua orang pernah mencoba. Tentu, pernah gagal juga. Kalaupun tidak ada yang bisa menerimamu, paling tidak, dirimu sendiri yang menerima apa yang sudah kamu lakukan. Tidak perlu menghiraukan orang lain yang juga tidak memberimu makan. Melangkahlah dengan pelan, namun pasti. Yakinkan, bahwa kamu bisa menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai.
Sementara, untuk Si Malas. Saya hampir merasa buntu menghadapinya.
Tidak mengerti lagi harus berbuat seperti apa. Kadang dia bersembunyi
lewat handphone yang saya genggam. Melalui folder film yang sudah saya pisahkan
dari loker manapun. Sudah juga saya isolasi dari semua jaringan yang ada.
Tetapi, lagi-lagi dia kembali dalam bentuk yang tidak pernah saya mengerti.
Malas itu memang batu. Saya selalu saja merasa jadi orang paling buruk di dunia
jika mengingat betapa akrabnya saya dengan Malas. Rasanya betul-betul tidak
berguna. Muncul perasaan ingin berbuat sesuatu, action! Namun
kemudian, saya hanya akan terdiam lalu tepekur lagi. Begitu saja terus sampai
matahari terbelah menjadi dua!
Adakah jalan lain yang bisa ditempuh agar Si Malas ini bisa pergi
jauh? Minimal, mengurangi keberadaannya saja. Ingin sekali rasanya, melepas Si
Malas dan berteman dengan Disiplin. Namun hampir dari kita semua sudah tahu,
setiap hal yang telah kita kenal agaknya tidak bisa kita hapuskan seratus
persen. Selalu ada bagian sepersekian yang tersisa. Selalu.
Terlepas dari itu semua, saya tetap berharap agar Takut dan Malas
segera beranjak. Paling tidak, dengan mulai keluar dari zona nyaman sedikit
demi sedikit. Kalau dipertimbangkan dengan matang, ada lebih banyak hal yang
bisa saya temui jika saya mampu melepaskan mereka. Akan ada lebih banyak kesempatan
dan jalan baik. Bukankah kita tidak boleh ragu untuk membuang sesuatu yang
memang tidak membawa kebaikan untuk kita?
Setidaknya, saya harus yakin dulu sebelum akhirnya memutuskan
untuk benar-benar melangkah.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar