Kali ini, saya akan menghadirkan sebuah biografi tentang ilmuwan Louis Pastuer. sekilas, ini hanya bagian cerita singkatnya saja. Louis Pastuer sendiri, adalah seorang ilmuwan yang telah banyak menemukan vaksin untuk membantu dunia kedokteran. Inilah, biografi singkatnya.. Setelah membaca, mohon tinggalkan komentar.. :)
Biografi
Louis Pastuer
Louis Pastuer, lahir pada tanggal
27 Desember 1822 di kota Dole, bagian timur Perancis. Louis lahir di rumah, di
jalan yang bernama Reu Des Tanneurs, yang artinya jalan para penyamak. Salah
satu alasan mengapa jalan ini disebut jalan para penyamak, karena sebagian
besar tetangganya adalah penyamak kulit. Termasuk juga ayahnya Louis Pastuer.
Kelak, jalan ini akan dinamai Jalan Louis Pastuer.
Saat usia Louis menginjak tiga
tahun, keluarganya pindah ke Arbois. Disinilah Louis dan ketiga saudara
perempuannya dibesarkan. Mereka sering bermain di tepi sungai Cuisance. Pada
usia 13 tahun, Louis telah menunjukkan kehebatannya melalui lukisan-lukisannya.
Pada tahun 1838, saat usianya
yang ke-16 tahun Louis lulus sekolah dan melanjutkan ke Ecole Normale
Superieure di Paris untuk belajar menjadi guru kimia dan fisika. Berangkatlah
Louise menuju Paris, 400 km dari Arbois. Louis kini menjadi mahasiswa.
Beberapa minggu tinggal di Paris,
Louis merasa tidak betah. Lalu, pada minggu keenam, ia memutuskan untuk kembali
ke Arbois. Ia sekolah di Kolese di Besan On, 40 km dari Arbois. Ia menekuni
kegemarannya menggambar dan melukis.
Louis mempersiapkan diri untuk
mengikuti ujian masuk. Tiba saatnya pengumuman, Louis Pastuer mendapat
peringkat 15 dari 20 peserta. Ia merasa tidak puas. Dan ia memutuskan untuk
kembali ke Paris. Ia mendapat pemondokan di Barbet. Kegiatan hariannya dimulai
dengan kuliah di sekolah terkenal, Liseum St. Louis dan kuliah di Universitas
Sorbonne.
Louis terpana ketika melihat
dunia yang baru dikenalnya. Louis mengagumi Profesor Dumas. Baginya, Profesor
Dumas adalah penceramah yang tak ada duanya. Louis menulis surat pada profesor
Dumas tentang kuliah-kuliahnya. Pengalaman pertama di kelas terpatri di
hatinya. Ia pun bersahabat dengan profesor Dumas.
Berkat ketekunan dan
kesungguhannya, Louis dapat menyelesaikan kuliahnya dengan meraih peringkat
keempat dalam ujian masuk ke Ecole Normale. Pada bulan Oktober 1843, pada usia
21 tahun Louis masuk ke Ecole Normale untuk menjadi guru fisika dan kimia.
Menjelang akhir studinya di Ecole
Normale, ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang khusus untuk dipelajarinya.
Yang bisa memberinya kesempatan untuk lebih berkembang.
Louis bertekad, bahwa ia harus
menjadi guru yang baik. Segala materi yang akan diajarkan harus benar-benar ia
pahami. Sehingga dapat membangkitkan semangat dan gairah belajar murid-muridnya
kelak. Seperti profesor Dumas yang mempesonanya.
☺ Dalam
kuliahnya
Salah seorang dosennya secara
kebetulan mengambil contoh sebuah garam yang telah mengkristal “Garam ini
tampak murni sekali. Padahal, ini terdiri dari tiga jenis kristal.” Louis
terperangah.
Kesungguhan Louis untuk belajar
membawa ke jalannya sendiri untuk menemukan jawaban atas soal-soal yang paling
mendasar dalam ilmu pengetahuan, dari apakah suatu zat terbentuk? Dan bagaimana
kita dapat menguraikan zat itu?
Louis mempelajari dengan teliti
rangkaian senyawa. Asam tartar dan tartrat. Mulailah Louis melakukan penelitian
yang pertama. Mengamati sebuah kristal dari segala sudut.
Pada tahun 1848, Louis lulus
sekolah Ecole Normale, membacakan makalahnya tentang kristal di hadapan
perhimpunan ilmu pengetahuan. Di awal tahun 1849, Louis dipercaya memegang
jabatan penting yang merupakan awal perjalanan karirnya.
Louis menjadi dosen kimia di
Universitas Strasbourg. Menginjak usia 26 tahun, Louis berkenalan dengan putri
rektor Universitasnya yang bernama Marie Laurent. Perkenalan itu menumbuhkan
benih cinta di hati Louis. Dua minggu kemudian, ia menulis surat pada bapak
rektor untuk melamar Marie untuk dijadikan pendamping hidupnya.
Tepat pada tanggal 19 Mei 1849
Louis Pastuer menikah dengan Marie Laurent. Marie bukan sekedar istri, tapi
juga seorang mitra kerja yang baik. Selama 5 tahun, berikutnya, mereka tinggal
di Strasbourg. Louis sibuk dengan penelitiannya kristal dan tugas mengajarnya.
Pengabdian Marie tak hanya sebatas istri dan mitra kerja, namun juga sebagai
calon ibu bagi anak-anak mereka.
Pada tahun 1850, lahir anak
pertama mereka, Jeanne. Setahun berikutnya, lahir anak kedua bernama, Jean
Baptis. Dan lahirnya anak ketiga, Cecille. Menambah kebahagiaan mereka. Karir
Louis semakin menanjak setelah tahun 1854, ia mendapat gelar profesor dan
diangkat menjadi dekan fakultas sains di kota industri yang makmur. Tepatnya
kota Lille.
Para mahasiswa sangat tertarik
pada kuliah-kuliah Louis Pastuer. Louis mengajak murid-muridnya mengunjungi
pabrik pengolahan logam dan produk-produk teknologi yang terbuat dari baja atau
logam di Perancis dan Belgia. Pada tahun 1856, Louis Pastuer dimintai saran
tentang fermentasi yang gagal oleh seorang pemilik pabrik pembuatan alkohol
dari gula bit, Monsieur Biqo.
Bulan Agustus 1857, ketika sudah
betul-betul yakin, ia membacakan makalahnya di depan perhimpunan ilmuwan Lille,
tentang apa sebenarnya yang terjadi di balik proses fermentasi. Pada tahun
1859, Jeanne, putri tertua Louis Pastuer meninggal akibat demam tipus.
April 1864, Louis Pastuer berpidato
di di aula Universitas Sorbonne, Paris, menunjukkan bahwa di udara terdapat jutaan, partikel
debu. Pada bulan Juli, Louis Pastuer menguji fermentasi anggur ke Arbois dan
menemukan teori pasteurisasi.
1865, profesor Dumas, sahabat
lama sekaligus penceramah pertama yang ia kagumi ketika kuliah dulu,
mengundangnya untuk datang ke Alais, sebuah kota di Selatan Perancis.
Bulan Juni, Louis Pastuer
menyelidiki epidemi yang banyak membunuh ulat sutera di Alais Perancis Selatan.
Dan pada bulan September, Camille, puteri ketiganya meninggal. Pada bulan Mei
1866, Cecille, puteri keduanya meninggal di usia 12 tahun karena demam tipus.
Mei 1867, teorinya tentang
pasteurisasi mendapat anugerah medali Penghargaan Utama pada Exposition
Universelle. Tanggal 19 Oktober 1868, ketika masih sibuk dengan penelitiannya,
Louis kembali ke Paris dengan perasaan aneh.
Louis Pastuer merasa kesemutan
pada seluruh tubuh bagian kirinya lumpuh dan ia terkena stroke. Ia tak dapat
bicara dan bergerak. Namun, Louis tak patah semangat. Ia berusaha untuk bisa
bicara lagi. Awalnya hanya sepatah dua patah kata, kemudian cukup lancar.
Seminggu kemudian, Louis sudah
mendiktekan ide-idenya kepada para asistennya. 1871, ia meneliti fermentasi
yang terjadi pada bir. Dan pada tahun 1873, ia diangkat sebagai anggota Ikatan
Dokter Perancis. Tahun 1876, Louis Pastuer menyimpulkan, “Setiap penyakit
disebabkan oleh mikroba.”
Pada tahun 1877 saat usianya 55
tahun, Louis Pastuer meneliti penyakit antraks yang sedang melanda wilayah
Perancis Timur. Sedangkan penelitian
tentang mikroba penyebab kolera ayam mulai ia lakukan tahun 1878. Dan akhirnya,
tahun 1879 menemukan vaksin kolera ayam.
Tahun 1880, Louis Pastuer
meneliti penyakit rabies. Pada tanggal 5 Juni 1881, Louis Pastuer menguji
vaksin temuannya di tanah pertanian milik Pouilly-le-Fort, di desa Melun, dan
berhasil. Ia juga mendapat anugerah Salib Utama oleh Legion d’Honneur. Dan pada
tahun 1882, para dokter mulai menggunakan vaksin temuannya.
1885, Louis Pastuer menulis surat
pada seorang teman tentang keberhasilannya memberikan vaksin rabies pada
anjing. Namun belum berani mencoba pada manusia. Pada tanggal 6 Juli 1885,
Joseph Meister digigit anjing gila, lalu dibawa ke laboratoriumnya, dan
berhasil sembuh dengan vaksin temuannya. Berbondong-bondong korban rabies dari
penjuru Eropa menuju ke Paris untuk dirawat oleh Louis Pastuer.
Pada tahun 1892, ulang tahunnya
yang ke-70, tepatnya pada tanggal 27 Desember dirayakan dengan meriah sekaligus
sebagai upacara penghargaan prestasi-prestasinya di Universitas Sorbonne.
Setelah ulang tahunnya yang
ke-70, stroke yang dideritanya semakin parah. Ilmuwan yang terkenal gigih ini,
akhirnya harus menyerah ketika yang Maha Kuasa mengisyaratkan bahwa tugas
mulianya telah selesai. Pada tanggal 28 September 1895, dalam usia 72 tahun,
Louis Pastuer wafat.
Sejak tahun 1888, karya Pastuer
dilanjutkan di Institut Pastuer di Paris. Kini, institut itu mempunyai cabang
di 60 negara. Makamnya terdapat di bawah institut tersebut. Jenazahnya
dimasukkan ke dalam peti mati terbuat dari marmer dan granit.
Keren,, :D
BalasHapusAyey :D
BalasHapusweess *numpang lewat
BalasHapus