Sinopsis Novel Remaja
“Mata Kedua”
Kisah ini dimulai dari kegigihan
seorang anak laki-laki tuna netra bernama Ramaditya Adikara. Ia mengalami
kebutaan sejak lahir. Disaat orang lain sepertinya berburu untuk masuk SLB, dia
malah berjuang mati-matian untuk masuk sekolah umum. Sekolahan dimana para
muridnya memiliki keadaan fisik jauh lebih baik darinya. Tapi, dari sanalah,
dia ingin membuktikan bahwa tidak semua tuna netra itu lemah. Meskipun mereka
buta, bukan berarti mereka tidak bisa melihat.
Dengan tekadnya itu, akhirnya dia
dapat masuk di salah satu sekolah. Yaitu, SMA 67. Ketika ia masuk disana, tak
sedikit anak-anak lain yang mengejek, menjahili, dan menghardiknya dengan
berbagai perkataan. Termasuk Cindy. Cindy termasuk salah satu murid baru yang
tidak suka dengan kehadirannya. Begitu juga dengan guru. Ada salah satu guru,
namanya Pak Soemanto. Beliau juga memiliki pandangan yang sama dengan Cindy.
Tapi hal itu tak bisa menyurutkan keinginan Rama. Ia tetap berusaha untuk
membuktikan kalau seorang tuna netra sepertinya juga memiliki hak yang sama
dengan orang yang memiliki fisik sempurna. Dan bukan berarti, orang buta tidak
bisa bersekolah di sekolahan umum.
Meskipun belajar harus dengan
alat bantu seperti alat perekam, alat pencetak huruf braile, dan harus selalu
di dektikan, tapi ia tak pernah mengeluh. Itu semua juga tak terlepas dari
bantuan Rara. Dia adalah seorang gadis pendiam dan pemikir, namun cerdas dan cantik.
Selain itu, dia juga senang menolong. Terutama pada Rama. Ya, saat pertama kali
bertemu dengan Rama, hatinya selalu tergerak untuk membantunya. Dari sanalah,
kisah cinta mereka dimulai.
Rara selalu membantu Rama. Rara
yang pertama kali memberikannya sapu tangan saat hidung Rama berdarah karna tertabrak
pagar sekolah. Rara yang menaruh makanan di kolong meja Rama saat Rama lupa
sarapan. Rara yang merekamkan satu karung kaset berisi pelajaran untuk Rama.
Rara yang membantu Rama untuk belajar karate. Dan Rara juga yang membujuk Rama
untuk ikut lomba pidato bahasa inggris.
Selain itu, mereka juga memiliki
kesamaan. Mereka sama-sama penggila video game! Meskipun Rama seorang tuna
netra, bukan berarti dia tak bisa melakukan hal yang bisa dilakukan oleh orang
normal, bukan? Itulah hebatnya Rama!
Mereka juga tak melupakan tentang
pelajaran. Mereka sepakat untuk membentuk kelompok belajar Happy Army. Itu karna mereka adalah sekelompok remaja yang penuh
semangat bagaikan tentara yang siap berperang. Awalnya hanya 3-4 orang saja,
semakin lama, semakin banyak anak-anak yang ikut dalam kelompok belajar mereka.
Mereka selalu belajar di rumah Rara. Itu karna, rumah Rara memiliki fasilitas
yang lengkap. Dari makanan, buku, bahkan mesin game ding dong pun, ada disana. Rara juga punya hobi unik. Hobinya
merakit robot.
Namun, diantara
keseruan-keseruan kelompok belajar Happy
Army, tak ada yang mengetahui satu rahasia tentang Rara. Rara mengidap
penyakit tumor jinak. Penyakit itu sudah dialaminya sejak SMP. Anak-anak yang lain
baru mengetahuinya saat Rama mengikuti lomba pidato di gedung Bulungan. Ya,
saat Rama menerima penghargaan kemenangannya meraih juara 1, penyakit Rara
kambuh. Tapi, Rara memohon kepada anak-anak yang lain agar tidak memberitahukan
tentang keadaannya pada Rama. Itu karna, ia tak ingin membuat Rama sedih dan
khawatir.
Kisah cinta mereka tak semulus
jalan tol. Penuh dengan ujian. Penyakit yang dialaminya lama-kelamaan diketahui
oleh Rama. Tentu dia sangat syok mendengar hal itu. Tapi, meski dalam keadaan seperti
itu, Rama berusaha tetap tersenyum di depan Rara. Itu dilakukannya agar Rara
juga tetap kuat dan tegar dalam menghadapi penyakitnya.
Tepatnya pada caturwulan ke-3,
penyakit Rara semakin parah. Hingga keluarganya memutuskan untuk melakukan
operasi. Dukungan terus berdatangan untuk Rara. Anggota Happy Army selalu meluangkan waktu mereka di rumah sakit untuk
menemani Rara. Begitu juga dengan Rama.
Tentu, sakit rasanya, melihat orang yang kita sayangi sedang bertempur melawan
penyakit ganas yang sewaktu-waktu bisa meregang nyawa. Saat di rumah sakit,
Rama dan Rara saling meluapkan perasaan mereka. Perasaan yang selama ini hanya
tersimpan dalam hati. Hingga tiba saat operasi.
Semua anggota Happy Army berkumpul di rumah sakit.
Orang tua Rara, dan Rama. Mereka terus menguntai doa untuk kesembuhan Rara.
Hingga selesai masa operasi. Dan Dr. Handoko meyakinkan bahwa operasai Rara
berhasil!
Setelah melewati masa kritis, akhirnya Rara sadar. Selama masa
pemulihan, Rama-lah yang selalu menemaninya. Satu hari sebelum Rara boleh
pulang, Rara meminta agar Rama terus bersamanya. Dan sebelum ia tidur, Rara
minta agar Rama menyanyikan lagi Sleepsong.
Lagi kesukaan Rara. Itu disaksikan juga oleh orang tuanya. Saat Rama
menyanyikan bait terakhir lagu itu, mereka terkejut! Terdengar suara lirih Rara
menyucapkan ‘dua kalimat syahadat’. Dan Rara menghembuskan nafas terakhirnya.
Rara meninggal.
Sampai prosesi pemakaman selesai,
Rama masih belum bisa menerima keyataan kalau Rara sudah meninggal. Semua
oranng terus menguatkan Rama. Tapi tak ada satu pun yang mengubah pandangannya.
Sampai ketika Rama berteriak di tengah lapangan sambil memanggil nama ‘Rara’.
Cindy menghampirinya dan mencoba untuk menyadarkan dan membuka hati Rama, bahwa
Rara itu sudah ‘meninggal’. Pak Soemanto juga membenarkan ucapan Cindy.
Mulai saat itu, Rama mulai
berubah. Ia mulai menerima keadaan. Dan semenjak kejadian itu, Cindy menjadi
salah satu teman yang baik untuknya. Cindy juga tak sejahat dulu lagi. Begitu
juga Pak Soemanto. Kini, beliau sudah dapat menerima keadaan Rama.
“PERSAHABATAN YANG TELAH MENYATUKAN KITA. APAPUN KETERBATASAN KITA.”
Penulis: Ramaditya Adikara
gw nangis hampir 15 menit gra2 baca cerita trakhirya......
BalasHapusItu novel emang asli, nyentuh hati banget..
BalasHapuskeliatan nya ni novel dari kisah idup yg bikin :v
BalasHapuskeren kok bang, boleh bener novel nya
bisa nyentuh hati
Ini novel nya ada tersedia ngga ya dalam versi pdf, pen baca lagi tapi perpustakaan daerah di daerah ku, masih belum buka karna korona 😢
BalasHapus