Hello guysss!!!
Apa kabarnya kalian hari ini??
Semoga baik-baik aja dan bahagia terus, yaa.. :’)
Nah, pada kesempatan ini gue mau berbagi cerita. Ya,
pengalaman gue tentang “Kesan Pertama”. Mungkin cukup klise, tapi dari
pengalaman ini gue berharap kita bisa mendapatkan suatu pelajaran yang
berharga.
***
Semua ini bermula saat gue kerja kelompok di salah satu
rumah teman. Waktu itu hari Jum’at dan tepat setelah shalat jum’at, salah seorang
teman cowok yang juga tergabung dalam kelompok gue datang. Sebenarnya, tugas
kelompok itu nggak susah, sih. Kita cuma disuruh bikin manisan. Setelah
semuanya selesai, gue dan teman-teman memutuskan untuk beli pizza di salah satu
tempat makan yang beberapa bulan lalu baru aja buka cabang di Banjarmasin. Dua
orang teman gue yang udah pernah nyoba makanan itu, sering banget cerita ke
teman-teman betapa enaknya pizza itu. Itulah kenapa, saat kami selesai ngerjain
tugas, kami langsung setuju kalau mau makan pizza itu bareng-bareng.
Tapi, berhubung jarak tempat makan itu dari rumah teman gue
lumayan jauh. Kami pun memutuskan untuk menyuruh salah satu teman kami untuk
beli kesana. Singkat cerita, setelah teman gue balik dan membawa empat bungkus
pizza, kita langsung melahap pizza itu.
Gue juga bingung sendiri.
Apa itu karena sugesti dari teman-teman yang selalu cerita
kalau pizza di tempat itu enak banget atau karena emang gue lagi laper banget,
yang jelas waktu gue makan pizza itu rasanya ENAK BANGET. FYI, kami memesan 4
pizza yang berbeda. Dan karna saking nafsunya, gue nyicipin semua pizza itu. Whahahahaha...
Setelah kerja kelompok itu, gue pun berkeinginan untuk makan
pizza itu lagi. Nggak tau kenapa sering kebayang legitnya keju di pizza itu,
rasanya, dagingnya (yang entah gue gak tau itu daging apa), pokoknya kepikiran
terus. Lebih sering ngebayangin pizza itu daripada ngebayangin wajah gebetan.
Gue bahkan sampai nangis-nangis minta ditemenin untuk makan
di sana sama Mama. :v
Dan, tepat malam ini gue kesana.
Yap, setelah waktu isya tadi, gue bergegas pergi kesana sama
mama. Ya, kalau jalan-jalan gue emang seringnya sama mama. Maklum lah, gue kan
anak yang berbakti sama orang tua. Jadi, sering banget ngajakin mama
jalan-jalan. Apalagi kalau malam minggu.
Oke, kembali ke cerita tadi, sama seperti apa yang
teman-teman gue lakukan, gue pun juga promosiin pizza itu ke mama. Gue memuji
kalau pizza itu enak banget, kejunya banyak, dagingnya enak, dan berbagai
rayuan maut lainnya. Waktu itu gue bilang ke mama, “Kalau mama nggak suka, nanti Tika makan semua
pizzanya.” Mama cuma diam dan menatap gue penuh keraguan.
Setelah memesan dan menunggu cukup lama, akhirnya pizza itu
datang.
Dan kalian tau apa yang selanjutnya terjadi?
Tepat seperti dugaan kalian. Mama gue nggak suka sama pizza
itu.
Dan sesuai ucapan gue tadi, gue yang ngehabisiin pizza itu.
By the way, sebenarnya gue nggak makan semuanya juga. Jadi,
beberapa yang udah nggak sanggup gue makan, dibungkus. :v
Itulah yang terjadi pada malam ini.
***
Jujur, dari kejadian malam ini bukan masalah pizzanya yang
nggak disukai oleh mama gue. Mulai dari awal, gue juga sudah menduga kalau mama
pasti nggak suka makan begituan. Tau lah, lidahnya ibu-ibu.. -_- tapi, ada hal
yang lebih mengejutkan gue lagi.
Saat makan pizza itu,
tiba-tiba gue juga merasa nggak suka dengan pizza tersebut.
Gue juga nggak ngerti. Selera gue tiba-tiba hilang waktu
makan, bahkan sejak gigitan pertama. Entah itu karena pengaruh dari mama yang
sudah merasa nggak yakin dengan makanan tersebut – sehingga gue juga
terpengaruh untuk tidak suka dengan pizza itu atau karena memang rasa pizza itu
berbeda dengan pizza yang gue makan saat bersama teman-teman gue.
Tapi, berhubung di awal tadi gue udah bilang mau makan
semuanya, saat ngerasa udah nggak selera makan lagi gue tetap memaksakan makan
pizza itu. Dalam hati gue berucap, “Mampus deh, makan segini banyaknya.”
Gue sempat nanya ke mama, kenapa rasa pizza itu beda banget
sama yang waktu itu gue makan bareng teman-teman. Dan mama menjawab, “Karena
kamu makannya waktu lagi kelaparan, makanya jadi enak. Apalagi itu ditraktir
teman, kan!”
Gue terdiam mendengarnya dan kalau dipikir-pikir lagi, apa
yang mama bilang itu ada benarnya juga.
Tapi, selama perjalanan pulang gue terus memikirkan hal ini.
Sampai gue mendapatkan kesimpulan yang tepat:
“Kesan pertama tidak
selalu menjamin keputusan yang tepat.”
– Nur Atika.
Mengapa?
Seperti kejadian yang gue alami malam ini, kalian pasti
sudah bisa menangkap maksud yang gue sampaikan.
Contoh lain, gue akan menganalogikannya dalam pengalaman gue
yang lain.
Beberapa bulan yang lalu, gue dan mama mampir ke salah satu
kafe yang tidak terlalu jauh dari rumah. Di sana, kami memesan salah satu menu
yaitu mie ayam. Dan ketika kami mencicipinya, kami menilai bahwa mie ayam di
cafe itu enak. Saat itu, kami meyakini bahwa kafe tersebut memiliki menu-menu
yang enak untuk dinikmati.
Pada kunjungan kedua, kami mulai beralih pada menu lainnya. Dan
diluar dugaan kami, makanan itu kurang memuaskan. Kunjungan kedua, sedikit
mengecewakan bagi kami. Semenjak itu, saat kami mampir kesana kami hanya
memesan mie ayam.
Dari pengalaman inilah, gue semakin yakin. Bahwa kesan
pertama tidak selalu menjamin kita untuk menilai sesuatu secara tepat. Hal ini bisa
menjadi cerminan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Selama di motor, gue terus berpikir betapa seringnya
kesalahan ini gue lakukan.
Mungkin di antara kalian ada yang pernah melakukan hal ini:
- Ketika kalian bertemu orang yang baru dikenal, kemudian langsung menilai watak orang tersebut di dalam hati.
- Atau ketika kalian bertemu dengan seseorang, mengobrol, kemudian merasa nyaman, sehingga pada saat itu juga kalian sangat merasa cocok bersama orang tersebut.
Bagi kalian yang pernah melakukan hal ini (termasuk juga gue
sendiri), sepertinya kita harus berhenti melakukan hal ini. Karena pada
dasarnya, kita tidak bisa menilai sesuatu secara instan saat kita pertama kali
mengenal hal tersebut. Kesan pertama bisa menjadi sesuatu yang baik atau bisa
juga menjadi sesuatu yang buruk.
Hidup ini penuh dengan hal
yang tidak terduga, bukan?
Itulah mengapa, gue nggak mau lagi tertipu dengan “kesan
pertama”.
Secara tidak langsung, ketika kita bertemu dengan hal yang
baru untuk pertama kalinya kita akan
sangat tertarik dan terpesona dengan hal tersebut. Hingga memutuskan untuk
menilai bahwa apa yang baru kita kenal itu adalah sesuatu yang sangat baik. Namun,
tidak jarang yang justru kita dapatkan adalah sesuatu yang tidak kita inginkan.
Kalian mengerti maksudnya? Ya, seperti – hal yang membuat kalian tertarik pada
awalnya, tetapi setelah didalami kembali ternyata tidak sesuai dengan ekspetasi
kalian.
Itulah yang gue maksudkan.
Tanpa kita sadari, kita sering terjebak dengan “kesan
pertama”. Nah, terus bagaimana cara kita mengatasinya?
Seperti quotes yang (mungkin) sudah sering kalian dengar, “Don’t
judge the book by its cover.”
Begitu juga kesan pertama. Jangan langsung
menilai saat baru pertama kali kita mengenal sesuatu yang baru.
Cover buku tidak pernah menjamin isi dari dalam buku
tersebut. Kesan pertama tidak bisa memberikan pandangan secara menyeluruh
mengenai sesuatu. Untuk membuat keputusan dan penilaian tentunya harus
berdasarkan proses yang kita lakukan berulang kali.
Seperti kecerobohan gue, yang menilai makanan hanya karena
saat itu gue lagi laper-lapernya dan ketika kunjungan kedua gue tidak lagi
merasakan selera yang sama. Begitu juga saat kita mengenal hal baru. Jangan hanya karena
“kesan pertama” yang menyenangkan atau mengecewakan, lalu kita langsung menilai
dan memutuskan bahwa hal tersebut baik atau buruk bagi kita.
Ingatlah, bahwa penilaian itu diambil berdasarkan proses dan
waktu yang telah dilalui berulang kali. Bukan berdasarkan “kesan pertama” yang
kita dapatkan.
So, bijaklah dalam mengenal dan menilai sesuatu.
Dan jangan biarkan “kesan pertama” menjebakmu pada orang yang salah. :)
-
- Nur Atika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar