Apa yang Sedang Saya Pikirkan?

Rabu, 09 Januari 2019

Sumber: pinterest



Belakangan, ada hal-hal yang mulanya kita anggap biasa berubah menjadi sesuatu yang justru sulit untuk kita lakukan. Entah tidak ada semangat, perasaan takut, atau kurangnya motivasi di dalam diri sendiri. Saya mengalaminya saat ini. Beberapa hari terakhir, menulis yang seharusnya menjadi kegiatan menyenangkan, entah mengapa, menjadi aktivitas yang agaknya sulit dilakukan. Duduk beberapa menit menatap layar laptop membuat saya terdiam dan tidak menghasilkan apa-apa. Alih-alih mencapai satu halaman, menulis satu paragraf pun rasanya tidak sampai. Tidak mengerti juga, apa yang sedang saya alami saat ini. Mungkin karena memang belakangan saya sudah jarang sekali membaca buku fiksi dan memantau berita. Itu yang akhirnya membuat saya tidak memiliki bahan sama sekali untuk ditulis. Mungkin, saya kurang nutrisi bacaan. Saya hanya berpikir, kalau saya membaca novel atau kumpulan cerpen, rasanya sudah tidak ada waktu lagi. Lebih baik dipakai untuk membaca bahan kuliah yang akan datang. Tetapi, pada akhirnya kedua hal itu tidak saya lakukan dengan maksimal.

Rasa malas memang membuat seseorang bisa jadi sebodoh itu yaa…

Sampai detik ini, saya masih merasa tidak cukup baik dalam membagi waktu ataupun disiplin dengan diri sendiri. Saya membuat sebuah buku planner untuk mengatur dan memantau jadwal harian saya, motivasi, atau rencana jangka panjang saya ke depannya. Tetapi, semua itu kebanyakan hanya sebatas pada tulisan di atas kertas. Sejauh ini, tidak ada yang benar-benar saya lakukan dengan maksimal. Setiap kali saya memberi tanda centang pada apa yang sudah saya tuliskan, sering kali saya berucap dalam hati, "Padahal saya bisa melakukan lebih baik dari ini." tetapi kenyataannya, saya hanya kembali duduk dan tidak berbuat apa-apa.

Kemudian, malam ini saya memutuskan untuk menulis blog. Sebenarnya, ada sebuah buku yang baru selesai saya baca. Buku pertama yang saya tuntaskan di awal tahun ini. Sangat bagus sekali. Mungkin akan saya ceritakan di lain waktu. Kembali ke topik awal, saya menulis blog. Saya harus mulai bertanya kepada diri saya sendiri. Apa yang sebenarnya saya pikirkan saat ini? Apa masalah yang saya hadapi sampai mengganggu rutinitas saya belakangan ini? Apa kiranya yang menghalangi saya terhadap hal-hal yang saya sukai?

Saya merenung sejenak, lalu menyimpulkan suatu jawaban: Saya tidak tahu persis, rasa takut mungkin, atau malas.

Yap! Sudah saya temukan pelaku utamanya. Takut dan Malas.

Takut memang sering kali menghampiri setiap orang, ya? Takut untuk mencoba hal baru, takut gagal, takut salah, takut jika nantinya tidak bisa diterima, dan berbagai rasa takut lainnya. Rasa takut yang pada akhirnya melahirkan pikiran di kepala saya untuk berkata, "Ah, sudahlah. Buat apa mencoba? Toh, nanti tidak akan ada hasilnya." Sungguh pemikiran yang buruk sekali. Saya menyadari rasa takut yang muncul, sekecil apapun itu, bisa jadi memunculkan pemikiran-pemikiran negatif yang akan membawa kita pada aksi yang negatif pula. Kalau sudah begitu, ya jelas kita tahu akhirnya. Sesuatu yang sudah diawali dengan hal buruk, juga akan berakhir dengan hal yang tidak baik. Rasa takut itulah yang harus dihilangkan. Betul-betul dimusnahkan.

Semua orang pernah mencoba. Tentu, pernah gagal juga. Kalaupun tidak ada yang bisa menerimamu, paling tidak, dirimu sendiri yang menerima apa yang sudah kamu lakukan. Tidak perlu menghiraukan orang lain yang juga tidak memberimu makan. Melangkahlah dengan pelan, namun pasti. Yakinkan, bahwa kamu bisa menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai.

Sementara, untuk Si Malas. Saya hampir merasa buntu menghadapinya. Tidak mengerti lagi harus berbuat seperti apa. Kadang dia bersembunyi lewat handphone yang saya genggam. Melalui folder film yang sudah saya pisahkan dari loker manapun. Sudah juga saya isolasi dari semua jaringan yang ada. Tetapi, lagi-lagi dia kembali dalam bentuk yang tidak pernah saya mengerti. Malas itu memang batu. Saya selalu saja merasa jadi orang paling buruk di dunia jika mengingat betapa akrabnya saya dengan Malas. Rasanya betul-betul tidak berguna. Muncul perasaan ingin berbuat sesuatu, action! Namun kemudian, saya hanya akan terdiam lalu tepekur lagi. Begitu saja terus sampai matahari terbelah menjadi dua!

Adakah jalan lain yang bisa ditempuh agar Si Malas ini bisa pergi jauh? Minimal, mengurangi keberadaannya saja. Ingin sekali rasanya, melepas Si Malas dan berteman dengan Disiplin. Namun hampir dari kita semua sudah tahu, setiap hal yang telah kita kenal agaknya tidak bisa kita hapuskan seratus persen. Selalu ada bagian sepersekian yang tersisa. Selalu.

Terlepas dari itu semua, saya tetap berharap agar Takut dan Malas segera beranjak. Paling tidak, dengan mulai keluar dari zona nyaman sedikit demi sedikit. Kalau dipertimbangkan dengan matang, ada lebih banyak hal yang bisa saya temui jika saya mampu melepaskan mereka. Akan ada lebih banyak kesempatan dan jalan baik. Bukankah kita tidak boleh ragu untuk membuang sesuatu yang memang tidak membawa kebaikan untuk kita?

Setidaknya, saya harus yakin dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk benar-benar melangkah.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS