Akhirnya, Dia Tau...

Sabtu, 24 Oktober 2015

Bismillah...

Aku mulai gugup untuk menulis di blog ini lagi. Ragu, karena kini semua telah berbeda. Dua hari yang lalu tepatnya Jum'at, 23 Oktober 2015. Sesuatu terjadi padaku. Yang membuat segalanya kini berubah dan....
Aku tidak tau ingin menulis apa lagi. Aku takut, jika dia akan membacanya lagi.

*****

23 Oktober,

Aku tak sengaja bertemu dengan sahabatku di suatu tempat yang tak terduga. Kami langsung saling berteriak dan memeluk satu sama lain. Entahlah, aku begitu senang hingga tak bisa mengekspresikannya dengan apapun selain dengan pelukan. Saat itu, kami tak sadar bahwa kami telah berdiri cukup lama dan terus bicara tanpa henti. Ya, memang sudah sangat lama kami tidak bertemu dan Allah mempertemukan aku dengannya hari itu.
Obrolan kami terus mengalir sampai ketika dia mengatakan sesuatu padaku. Dia bilang, "Tik, aku hari ini ngasihin nama blog kamu ke si gamers." Aku sempat terdiam beberapa detik untuk meyakini dengan apa yang telah kudengar. Kemudian, aku menatapnya serius dan langsung berteriak histeris.

Tak lama setelah obrolan itu, aku kembali pulang ke rumah. Ku buka ponselku kemudian ku lihat aplikasi itu sekali lagi. Dan benar saja, dia mem-Pingku.

***

Sungguh, aku benar-benar gugup saat itu. Separuh diriku merasa takut dengan reaksi yang akan kuterima darimu. Tapi, separuh diriku yang lain justru merasa tenang dan lega. Itu karena akhirnya kamu tau semuanya. Ya, semua yang telah aku lakukan dan rasakan di belakangmu.

Di sini, kau akan menemukan diriku yang berbeda. Sangat berbeda. Kau akan melihat sisi lain dariku. Yang tak pernah kau temui di dunia nyata. Apalagi di hadapanmu. Karena ku pastikan jika aku berhadapan denganmu, aku akan diam seribu bahasa.

Selain itu, aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu. Kamu sudah terlalu banyak minta maaf padaku. Sekarang, aku yang ingin bicara panjang lebar padamu.

***

Jujur, aku sama sekali tidak tau apa yang akan kamu pikirkan jika membaca semua postinganku ini. Mungkin, aku akan sangat malu padamu. Tapi, pada kenyataanya aku justru merasa sangat lega. Ternyata memang benar, segala sesuatu itu lebih baik untuk diungkapkan saja. Dan tidak seharusnya dipendam. Namun sayangnya, aku baru menyadari itu sekarang.
Padahal, yang perlu kulakukan padamu adalah mengungkapkan. Dan aku pun akan merasa tenang. Tapi aku tidak melakukan hal itu, dulu.

Aku juga ingin bilang, bahwa tidak seharusnya kamu merasa bersalah. Karena memang kamu tidak salah apa-apa. Semua postingan itu hanya gambaran perasaanku saja. Itu karena aku memang biasa meluapkan semuanya lewat tulisan. Lagipula, aku juga salah. Karena sudah bersikap tak baik padamu, dengan berlaku cuek. Maaf, aku sungguh minta maaf. Bukan maksudku bersikap cuek. Itu karena aku memang bukan tipe orang yang mudah menyampaikan perasaan pada orang lain. Sehingga, aku justru jadi bersikap dingin padamu.

Oh ya, aku juga senang akhirnya aku bisa kembali bicara denganmu. Meski pun hanya lewat media sosial. Banyak yang sudah berubah pada obrolan kita. Dan jujur, sekarang aku bisa jadi lebih terbuka dan apa adanya.

Terima kasih, ya. Kamu sudah ngajarin aku banyak hal. Ngajarin aku untuk bersikap lebih dewasa dan merubah sudut pandangku tentang berbagai hal.
Terima kasih juga karena telah membuatku lebih banyak menulis tentangmu.

Dan, inilah tulisan yang aku buat untukmu. Kamu sudah membuka blogku. Dan jika kamu menyadarinya, kamu akan menemukan banyak tulisan tentang dirimu di sini. Jadi, kuucapkan selamat datang untukmu dan selamat membaca blog ini. :-)

Ungkapan

Kamis, 01 Oktober 2015

Kejadian belakangan ini, cukup menganehkan.
Ku dengar dari sahabatku, kalau kau ingin kembali dekat denganku. Ingin kembali membangun pertemanan yang putus beberapa saat.
Hingga akhirnya, kudapatkan pinmu kembali.

Maaf, jika malam itu aku mengecewakanmu.
Maaf, memang tak seharusnya aku begitu.
Maaf, aku masih sangat egois dan teringat dengan cerita yang dulu.

Sekarang, kau telah berubah.
Menjadi orang yang sangat sibuk. Sangat berbeda dengan yang dulu. Rasanya, begitu lama aku tidak bisa mengamatimu sedekat ini. Dari intensitas keaktifan medsosmu pun bisa kulihat, kau banyak mengalami perubahan.

Maaf, ini bukan waktu yang tepat bagiku untuk kembali dekat denganmu.
Memang, sejak dulu kuimpikan aku bisa menjadi teman bagimu.
Tapi sepertinya, tidak untuk sekarang. Ini bukan waktu yang tepat. Karena setiap kali kulihat percakapan singkat kita, aku masih teringat rasa sakit itu.

Aku tidak mengharapkan agar kamu mengerti. Karna kusadari, kita memang tidak pernah sama. Selalu salah paham. Setiap perkiaraanku tentangmu pun tak pernah selalu tepat. Kau melakukan sesuatu yang tak pernah terkira olehku.

Sekarang, ku pahami bahwa kita memang bukan sepasang. Selalu ada celah yang membatasi. Entah itu oleh manusia, ruang, bahkan waktu. Kita tidak pernah bisa bertemu di waktu yang tepat. Termasuk pula saat ini.

Maaf, jika aku melukaimu.
Maaf, jika aku mengecewakanmu.
Aku pun ingin jadi temanmu. Tapi, luka yang kau buat terlalu sempurna. Hingga perlu waktu lebih lama bagiku untuk sembuh.

Dan terima kasih pula.
Darimu, kutemukan banyak inspirasi untuk berkarya.

Puisi: RASA

Aku yang bodoh.
Berharap, sesuatu yang tak pantas.
Aku yang salah.
Bermimpi, yang tak pernah terwujud.
Aku yang lemah.
Selalu mengalah, hingga terus terinjak.
Aku yang marah.
Meski sejujurnya, aku tak berhak.

Kau datang membawa tawa.
Bak lentera di tengah kegelapan.
Kau pula serigala berbulu domba.
Terlihat baik, namun menyakitkan.

Aku terlalu bisu untuk bicara.
Terlalu buta untuk mengungkapkan.
Hingga kecewa hanya terpendam.
Dan tangisan tersembunyi di balik layar.

Tak pernahkah kau sadar?
Aku ini yang terus bersabar.
Meski hatiku selalu bergetar.
Namun ku coba untuk tegar.

Kini, kau kembali datang.
Mencoba untuk kembali memulai.
Namun, hari telah petang.
Dan bagiku, semuanya sudah selesai.

Goresan Pena: N. A

Puisi: KAMU

Kamu bagaikan embun
Penyejuk hati, penenang jiwa
Kamu bagaikan angin
Membawaku terbang begitu tinggi

Kamu...
Awalnya pelita di hening malam
Awalnya sinar dikala gelap
Awalnya teman dikala sepi

Kamu datang membawa tawa
Namun pergi meninggalkan luka
Seakan lupa dengan semua
Merasa tak terjadi apa-apa

Apa salahku?
Kamu tancapkan belati di hatiku
Kamu hapuskan harapanku
Kamu hancurkan semua mimpiku

Tahukah kamu?
Dalam diamku, aku menangis
Dalam bungkamku, aku kecewa
Sedang kamu? Begitu kencang tertawa

Kini, kamu kembali
Membawa cerita yang pernah kita lewati
Mengingatkan, dengan semua kenangan pedih
Tanpa kamu tahu, aku sudah terlalu letih...

Goresan Pena: N. A

Gamers Galau

Selasa, 04 Agustus 2015

Kemarin, kulihat profilmu. Salah satu akun sosial media milikmu, yang menjadi satu-satunya sumber untukku mengetahui semua kabarmu.
Sudah beberapa hari ini aku tidak membuka aplikasi sosial media lagi. Ya, sesuai niatku dari awal. Aku ingin sungguh-sungguh belajar. Menyibukkan diri juga menjadi alternatif lain untuk melupakanmu.

Jujur, aku cukup terkejut melihat statusmu yang kini serba galau. Di akunmu pun, tak kulihat lagi namanya. Dan akhirnya, kusimpulkan satu jawaban: kalian putus.

Awalnya aku tak percaya. Mengingat, usahamu yang begitu keras untuk mempertahankan hubungan kalian. Selain itu, aku juga meyakini dalam hati kalau kamu sungguh menyukai dia. Hingga meskipun kalian jarang bertemu, hubungan kalian akan tetap baik-baik saja.

Oke, dalam postinganku ini aku tidak ingin berkomentar yang aneh-aneh. Jika kamu berpikir kalau aku senang dengan hubungan kalian yang berakhir, kamu salah.

Menurutmu, bagaimana perasaan seseorang yang menyukaimu, jika tau kau tertimpa masalah? Kuakui, kurasakan sedikit sesak itu.

Ketika mengetahui kamu begitu sakit dengan keputusan dia untuk mengakhiri hubungan kalian, begitu banyak kata seandainya yang bermunculan di kepalaku.

Seandainya yang kamu pilih itu aku.
Seandainya perempuan yang beruntung itu aku.
Mungkin ceritanya akan berbeda.
Mungkin, kita bisa belajar di sekolah yang sama. Atau bahkan sekelas.
Mungkin, kita akan bisa bertemu setiap hari.
Tapi sayang, kenyataannya tidak berjalan seperti itu.

Jujur, aku sangat menyesali keputusanmu memilih dia. Bukan karena aku tidak menyukainya atau karena kamu lebih memilih dia dibanding aku, tapi karena aku gak mau kamu juga ngerasain apa yang aku rasain. Berjuang tapi nggak dihargai. Aku tau rasanya. Maka dari itu, aku harap kamu nggak jatuh dilubang yang sama denganku.

Tapi, semuanya diluar kehendakku. Yang sekarang bisa kulakukan, hanya memantau semua statusmu dari layar ponselku. Àku tak cukup berani untuk mengajakmu kembali mengobrol. Karena ku tau, semua itu akan sia-sia saja. Kamu bukan tipe orang yang mudah melupakan seseorang. Apalagi orang yang kamu sukai. Jadi, mungkin lebih baik aku hanya bisa melihatmu dari jauh saja.

Oh ya, selain itu aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu (meskipun aku tau, pesanku ini tidak akan pernah sampai padamu). "Semuanya akan baik-baik saja. Tuhan telah menunjukkan jalanNya padamu. Jika kamu dipisahkan darinya, itu berarti dia bukanlah yang terbaik untukmu. Kamu yakin, kan, dengan kalimat Allah Maha Mengetahui? Maka kamu harus percaya, bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang lebih baik untukmu. Percayalah, kamu pasti bisa melewati semuanya. Ini hanya masalah waktu."

Oh ya, btw, postingan ini menceritakan orang yang sama dengan judul jatuh dan bangkit (lagi), pelajaran dari 8 April, nice dream :-D, Wake up!, I'm stalker, dan Untuk Si Gamers. Jadi, untuk kalian yang nggak tau ceritanya, mungkin bisa baca dari postingan terdahulu.

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. :-)

MOS

Minggu, 26 Juli 2015

Assalamualaikum, wr. Wb

Haallooo semuanyaaaa!!!!!!!
Apa kabarnya nih? Nggak kerasa, udah lama banget ya, gue gak nulis lagi. Semenjak kegalauan yang berkepanjangan+proses menata hati yang memakan waktu sangat lama, akhirnya saya nyatakan "SAYA SUDAH MOVE ON!!!!" Yyeeaayyy!!!!.

Tapi, postingan kali ini gue bukan mau ngebahas move on. Melainkan tentang MOS (Masa Orientasi Siswa) sesuai dengan judul di atas. Karena berhubung, gue baru aja masuk SMA dan baru saja menyelesaikan 3 hari MOS yang melelahkan+ 1 hari Pra MOS.

Oke,, sebelum berlanjut apakah dari kalian ada yang masih belum tau sama MOS? Nah, MOS itu adalah masa di mana, kita sebagai anak baru diperkenalkan pada lingkungan sekolah, kita bertemu dan mengenal banyak teman baru, selain itu juga ketemu sama kakak-kakak kelas yang (awalnya) galak.
Maaf ya, itu pengertian MOS menurut apa yang telah saya alami. Kalau mau tau tentang definisi MOS itu sendiri, silakan tanya kepada Om Google.

Btw, gue melewati masa MOS yang gokil abiss., sebagian gambarnya akan gue share di sini.
Ada banyak tugas yang gue dapetin. Dari disuruh bawa sapu lidi, topi purun, tas purun, bikin name tag + foto puberty, bawa teka-teki makanan, bikin surat benci+kagum+bunganya, bikin puisi tentang MOS, karikatur kakak kelas, sampai yang paling mendebarkan, minta tanda tangan kakak kelas.

Kkyyaaaaaa!!!!!! Banyak banget kan?

Tapi kalian tenang aja., jangan takut sama yang namanya MOS, sekarang udah ada peraturan pemerintah yang melarang adanya kekerasan fisik, so nggak ada yang bakalan disiksa-siksa lagi pas MOS. Yaa,meskipun begitu tapi tetap aja ada kakak kelas yang galak.

Contohnya nih, di sekolah gue yang ada kelompok kakak PDnya (Penegak Disiplin). Kakak PD itu terkenal sama galaknya, tegasnya, dan disiplinnya. Semua itu dilakukan juga untuk mengajarkan kedisiplinan sama kita. So, nikmatin aja. Hehehe...

Selain itu, juga ada yang nggak kalah gokilnya. Yakni minta tanda tangan kakak kelas. Beehh,,, dijamin kalian pasti akan merasakan pengalaman baru. Whahahha...

Sebagian ada kakak kelas yang mau ngasih tanda tangannya dengan percuma, palingan cuma nyuruh kita nebak namanya aja. Tapi juga ada kakak kelas yang akan nyuruh kita nyanyi, jawab pertanyaan, atau disuruh sesuatu, baru mau ngasih tanda tangannya.

Dan juga, MOS itu gak akan terasa lengkap kalau nggak ada yang namanya surat benci+surat cinta untuk kakak kelas. Whahahaha,,, seru deh pokoknya. Meskipun jujur ya, semua itu memang melelahkan. Bahkan nyari teka-teki makanan itu pun menghabiskan waktu seharian. Tapi kita ambil sisi positifnya aja. Minimal, kita telah mendapatkan pengalaman yang gak pernah kita bayangin.

Oh ya, sekarang gue udah selesai MOS dan bagi kelas. Alhamdulillah, gue sekarang udah jadi anak SMA dengan kelas X MIA 2. Rasanya tuuuhhhhh............ senenggg bangeett.
Hehehehe,, nggak kerasa udah SMA aja..

Hhmm,, mungkin cukup sampai disini dulu gue sharing pengalaman tentang MOS. Inget ya, sekarang udah nggak ada lagi MOS yang bikin mati anak orang. Justru, kalian bakalan ngerasain pengalaman yang.........

Unexpected banget.

Wassalam.,

Nur Atika

Patah Hati Terhebat

Kamis, 07 Mei 2015

Assalamualaikum, wr. Wb.

Alhamdulillah,kemarin gue sudah menyelesaikan Ujian Nasional tingkat SMP. Tinggal nunggu hasil dari usaha, belajar, dan berdoa gue selama hampir 3 bulan terakhir. Semoga hasilnya memuaskan, aminnn.. :-)

Terlepas dari itu semua, gue mau berbagi cerita hari ini. Beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan, gue sempat beli buku Koala Kumalnya Bang Raditya Dika. Perlu waktu 1 hari penuh buat gue baca buku itu sampai selesai.

Secara keseluruhan, buku itu menceritakan tentang patah hati. Mulai dari patah hati gara-gara persahabatan, pacar, hingga mematahkan hati orang lain. Dan bagian yang paling "ngena" banget sama gue adalah Patah Hati Terhebat dan Koala Kumal.

Jujur, pas baca 2 bagian itu, gue ngerasa hal yang sama. Di mana pada bagian Patah Hati Terhebat, ada pernyataan yang menerangkan bahwa "Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya terhadap cinta seumur hidupnya. Cara dia ngelihat cinta akan berbeda semenjak patah hati itu. - Yang jelas, orang setelah mengalami patah hati hebat akan berubah." Dan gue membenarkan hal itu.
Kalian bisa membaca postingan-postingan gue sebelumnya. Hampir semuanya menceritakan tentang kepatahhatian. Mulai dari cinta ditolak sampe jadi korban PHP orang-_-. Parahnya, yang terakhir itu baru-baru aja gue alami. Ketika gue mau fokus sama sekolah dan ujian, gue sempat PDKT sama seorang cowok yang awalnya gue kenal dari 'mengikuti lomba sekolah'. Yap! Gue kenal dia karna kami sama-sama mewakili sekolah dalam ajang lomba yang sama. Oke~ gue gak mau ngebahas dia lebih lanjut. Kalo kalian pengen tau ceritanya, silakan baca di postingan gue sebelumnya.
Kemudian, saat ngalamin yang namanya 'dikasih harapan palsu', gue bener-bener bimbang. Sedih itu sudah pasti. Bahkan, karna saking sakitnya sampe air mata susah keluar-.- jengkel? Marah? Gak terima? Entahlah. Gue juga gak ngerti. Saat gue tau dia jadian sama orang lain, yang memenuhi otak gue adalah ketidakpercayaan kalau dia jadian dan pelajaran Bahasa Inggris yang gue pelajari semalam. Karna waktu itu, kami sedang melaksanakan Ujian Sekolah. See? Betapa sempurnanya kekacauan ini terjadi. Aku patah hati di saat harus fokus-fokusnya belajar. :-(

Ketika UAS sudah selesai, saat itulah aku sempat membaca buku Bang Radit, Koala Kumal. Dan jleb! Bab Patah Hati Terhebat itu kutemukan. Jujur, gue paling suka bab itu dan terus membacanya berulang-ulang. Memang benar, setiap orang yang mengalami patah hati akan menjadi berbeda. Ada hal yang pastinya telah membuat kita jadi berbeda dari sebelumnya. Dan itu terjadi sama gue. Sejak yang gue alami beberapa bulan terakhir,gue mulai jadi orang yang beda. Mungkin kedepannya, gue akan jadi orang yang lebih hati-hati dalam menjatuhkan hati. Mungkin, dalam hubungan berikutnya gue akan jadi orang yang sulit memberikan kepercayaan. Itu karna gue pernah dikecewakan sama orang lain. Dan berbagai pelajaran lainnya yang gue dapat selama ini. Itu semua telah mengubah cara pandang gue dalam menjalani suatu hubungan. Gue pernah mengecewakan seseorang. Dan itu menjadi penyesalan terbesar dalam hidup gue. Dari situ gue mulai belajar untuk jadi orang yang lebih baik lagi dalam menjalani hubungan atau paling tidak, berubah jadi lebih baik dari gue yang sebelumnya.

Kemudian, di bab terakhir tentang Koala Kumal. Waktu baca bagian itu, gue ngerasa kayak lagi bercermin. Ya, gue ngerasaain gimana perasaannya si Koala itu waktu ngelihat rumahnya yang dulu, kini jadi sangat berbeda buat dirinya. Hutan yang dulunya jadi tempat ternyaman, kini justru membuatnya merasa asing. Ya.. paling tidak seperti itulah.
Gue pernah punya sahabat yang dulunya akrab banget. Saking akrabnya sampe kayak permen karet. Lengket selengket-lengketnya. Sayangnya, waktu itu gue harus pindah ke luar kota. Maka persahabatan gue pun terputuskan oleh jarak dan waktu. Awalnya, semua berjalan aman. Gue dan dia masih sering berkomunikasi lewat berbagai media. Tapi lama-kelamaan, gue ngerasa hal yang beda. Kami sempat hilang komunikasi, mungkin karna gue dan dia juga sama-sama sibuk. Dan ketika gue kembali menghubunginya, gue ngerasa hal itu. Ada yang berbeda. Gue ngerasa, dia sudah tidak seterbuka dulu lagi. Dia jarang membagi ceritanya ke gue. Dan mungkin, kepercayaannya ke gue juga mulai berkurang. Entahlah, yang jelas sesuatu telah mengubahnya.

Gue ngerti, setiap manusia pasti pernah mengalami fase di mana dari sana kita belajar sesuatu. Fase itu membuat kita mengubah cara pandang tentang suatu hal secara subjektif. Contohnya, gue yang sekarang jadi takut jatuh hati lagi, setelah dikecewain seseorang. Mungkin, gue akan jadi orang yang sulit memberikan kepercayaan. Gue setuju dengan ungkapan, "Jangan mudah percaya dengan orang!" Dan jujur, gue gak tau apakah perubahan gue ini adalah perubahan yang positif atau justru negatif.

Ya, setidaknya itulah yang bisa gue simpulkan dari buku Koala Kumal itu. Memang setiap orang punya hak untuk berubah. Dan setiap orang memang pasti akan berubah. Seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang kita dapatkan, masing-masing dari kita akan jadi orang yang berbeda. Belajar dari kesalahan sebelumnya, kemudian menjadi lebih baik untuk berikutnya.
Dan dari sanalah kita melewati fase hidup yang disebut dengan, "menjadi dewasa."

Jatuh dan Bangkit (lagi)

Rabu, 15 April 2015

Kejadian ini terulang lagi padaku:
Menyukai seseorang, menantinya, menerima (dengan senang hati) semua harapan yang dia berikan, mendapat keputusan pahit-begitu pahit hingga aku sulit untuk menangis, menyadarkan diri sendiri-bahwa terlalu bodoh untuk mengharapkan orang yang telah menyia-nyiakan kita, kemudian belajar untuk kembali bangkit-melupakan semua kejadian itu. Berusaha menutup mata, telinga, dan hati, serta menjaga jarak dalam beberapa waktu dari dia. Mengobati luka dan kembali merangkai mimpi-mimpi yang sempat hilang hanya karna kedatangannya dalam hidupku.

Aku ingat, tak sedikit yang mengatakan kalau cinta itu bisa merusak sekolah. Apalagi kalau sampai pacaran. And I think that's true!.

Dan bodohnya, aku mengalaminya lagi.-_-
Yang paling sial adalah, kuketahui bahwa dia menyatakan perasaannya pada teman sekelasnya, ketika aku masih melaksanakan UAS. Aarrgghhhh!!!! Adakah berita yang lebih buruk dari itu?
Saat itu aku masih begitu kaget. Bahkan, butuh beberapa hari untuk menyadarkan diri bahwa "dia sudah punya pacar".

Ada rasa kecewa ketika aku tahu hal itu. Banyak pertanyaan yang muncul dariku, dan aku lebih memilih untuk memendamnya. Toh, aku bukan siapa-siapa dia, kan? Aku cuma seorang anak perempuan (bodoh) yang mau berkorban untuk dia(yang jelas-jelas hanya memanfaatkanku).

Jujur, aku tak habis pikir denganmu. "Apa aku pernah berbuat jahat padamu? Apa aku pernah menyakiti hatimu? kenapa kamu membuat luka padaku? Kenapa kamu memberi harapan setinggi langit, jika pada akhirnya kamu jatuhkan aku begitu saja? Kamu tau? Kamu telah mengecewakan hati seseorang. Dan kurasa, itu juga tak akan penting bagimu."

Oke, kuputuskan untuk menjauhimu dalam beberapa waktu ini. Karena terkadang hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka. Aku ingin berusaha lebih giat lagi untuk kembali merangkai mimpiku. Sama seperti saat ketika aku masih belum terlalu dekat denganmu. Aku ingin benar-benar belajar. Melupakanmu, yang hanya datang untuk menorehkan sakit. Aku ingin kembali bangun. Dari mimpi yang awalnya indah yang kemudian berubah jadi mimpi buruk.

Aku harus bangkit.
Masih banyak yang perlu kuperjuangkan.
Mimpi, sekolah, keluarga, dan hidup.
Tak akan kubiarkan seorang cowok (sepertimu) merusak segalanya.
Aku akan sungguh-sungguh belajar.
Karena, aku tidak mau menjadi seperti dirimu.
"Mengecewakan seseorang, yang sudah menaruh harapan begitu tinggi. Dan tak akan kulewatkan waktu untuk melakukan kesalahan yang sama."

Pelajaran dari 8 April

Sabtu, 11 April 2015

Bismillahirrahmanirrahim...
Jujur, aku sangat berharap ini akan jadi postingan terakhirku tentangmu.

*****

Hari Rabu, tepatnya 8 April 2015. Ketika hari itu aku masih menjalani Ujian Sekolah dan pada hari itu juga aku mendapat berita tentangmu. "Kamu jadian dengan seorang perempuan."

Jujur, bagiku itu sungguh mengejutkan. Butuh beberapa hari untukku meyakini diri sendiri, bahwa kamu benar-benar telah memutuskan untuk kembali menjalin hubungan (dengan orang lain).

Ada tanda tanya besar dalam diriku. "Apa yang membuatmu melakukan itu?  Tak sedikit yang mengira kamu menyukaiku. Bahkan hampir satu kelasku tahu hal itu. Dan kurasa, kamu pun tahu bahwa aku juga punya rasa yang sama. Tapi kenapa? Kamu justru melakukan hal yang sungguh diluar dugaanku."

Oke~
Cukup sakit, memang. Aku bahkan tak ingin mengingat hal ini lagi. Tapi, jika tidak ditulis dalam blog, aku selalu merasa tidak lega. Aku butuh ketenangan. Dan inilah salah satu caraku.
Btw, aku juga sangat berterima kasih dengan semua teman sekelasku. Yang sudah berusaha untuk menyembunyikan hal ini dariku. Whahahahaa......, kalian tak perlu khawatir kalau sekolahku akan terganggu atau aku akan patah hati jika tau dia jadian dengan orang lain. Aku tidak apa-apa. Lagipula, aku sangat bersyukur. Sebelum semuanya jadi lebih rumit, Tuhan telah menunjukkan jalan untukku. Dan aku sangat yakin, ini adalah jalan yang Tuhan pilihkan untukku. Jalan terbaik yang memberitahukan aku, bahwa dia bukanlah sosok yang baik untukku. Tentunya, dalam artian 'pasangan'. Kalau menjadi teman, ku yakin, dia adalah sosok yang baik.

Oh ya, selain itu aku juga belajar satu hal lagi.

Yaitu tentang ikhlas.
Dari semua ini, aku belajar untuk ikhlas. Menghargai keputusanmu yang begitu mengejutkan. Menerima dan menyakini diriku sendiri untuk sadar, bahwa kamu bukanlah orang yang kucari selama ini. Aku juga mulai sadar, ternyata waktu 1 tahun menguntitmu diam-diam tidak akan cukup untuk mengenalmu dengan lebih baik. Bahkan hanya dengan waktu 1 bulan, aku tahu bagaimana sikapmu dengan lebih dekat. Oke, mungkin ini sulit dipahami. Jadi lupakan saja, whahahaa...

Ya, jadi kurasa aku banyak dapat pelajaran darimu. Terima kasih, ya. Paling tidak, sakit yang kamu buat itu bisa membimbingku jadi orang yang lebih baik lagi.

Sebuah Pilihan

Rabu, 01 April 2015

Malam ini, tepatnya beberapa menit yang lalu aku membaca statusmu di BBM.
Aku lupa persisnya bagaimana, tapi intinya adalah "Haruskah, aku memberikan segala perhatianku supaya kamu jatuh cinta?" Ya.. intinya begitu.

Aku tidak tau status itu untuk siapa. Tapi aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. Ada perasaan dari dalam hatiku yang mengatakan bahwa status itu dimaksudkan untukku?
Sebelumnya maaf, mungkin aku terlalu pede. Tapi, aku juga tidak mau terlalu yakin. Aku ragu.

Jika memang status itu untukku, silakan kamu baca postingan ini hingga selesai. Tapi jika status itu bukan untukku, maka lebih baik kamu tutup saja website ini. Whahaha... karna akan sangat memalukan kalau membiarkan kamu membaca postingan ini hingga selesai.

*****

Oke, kalau kamu berpikir seperti itu, kamu salah besar!
SANGAT BESAR!!!

Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tidak menyukaimu?
Aku cuek? Pendiam? Atau apa?
Apa kamu tidak bisa melihat lebih jelas lagi?
Setiap malam kita chattingan (yang jujur saja, rasanya topik obrolan kita itu-itu saja), kucoba untuk memberi perhatian dengan menanyakan 'shalatmu', 'makanmu', dan kebiasaan burukmu 'begadang' itu. Entahlah, apa kamu menganggap hal itu biasa saja?
Tapi bagiku, itu sungguh tidak biasa.

Jujur, aku tidak pernah sedekat ini dengan seorang cowok. Kuaktifkan BBM hanya untuk mengecek apakah hari ini kamu mem-Pingku atau tidak. Mengobrol sepanjang malam hingga aku jadi ikut begadang. Menunggu balasanmu yang cukup lama karna kamu selalu bermain game. Menjawabkan tugas seni budayamu. Melawan rasa ngantukku hanya untuk membantumu mengerjakan soal matematika. Hingga meminta mamaku untuk membuatkan surat izin sekolahmu. Dan masih belum cukupkah itu?

Benar, mungkin aku juga terlalu naif. Pada kenyataannya, aku selalu diam ketika bertemu denganmu. Kamu tau? Saat itulah aku bisa merasakan detak jantungku begitu kencang. Dan yang kamu lakukan? Kamu juga ikut diam. Oke~ mungkin, Tuhan memang membiarkan kita dekat hanya untuk di dunia maya. Sedangkan kenyataannya? Kita justru saling diam dalam keraguan.

Apakah kamu sudah membaca postinganku sebelumnya? Wake up dan Saatnya untuk Berhenti. Postingan itu tentangmu. Dan menuliskan tujuan yang sama. Aku harus bangun dan berhenti untuk bermimpi. Ku coba hal itu. Tapi nyatanya? Hubunganku denganmu justru semakin dekat tiap malamnya. Dan kuharap, ini postingan terakhir tentangmu.

*****

Kamu pernah, gak? Menyukai seseorang secara diam-diam selama 1 tahun lamanya. Memendamnya terus-menerus karna kamu sadar, orang yang kamu suka itu tidak mungkin punya rasa yang sama. Tetapi kemudian, keajaiban terjadi. Ketika kamu akan pindah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ketika itu juga dia datang. Yap! Orang yang kamu idam-idamkan itu akhirnya melihat sosokmu di antara ratusan murid di sekolah. Dia memandangmu begitu lama yang justru hal itu membuatmu jadi gugup setengah mati. Bahkan untuk bernafas pun sulit. Akhirnya, penantianmu yang begitu lama terbayar. Dia yang dulu hanya bisa kamu lihat, berjalan melewatimu dengan begitu acuh, kini melihatmu dengan pandangan yang berbeda.

Tapi bagaimana sekarang? Kenapa waktu yang begitu indah itu datang di saat semuanya akan berakhir. Toh, kamu dan dia juga akan berpisah. Masa depan kita ditentukan di kelas ini. Kelas di mana semuanya jadi terasa begitu manis ketika aku bertemu denganmu. Bisakah kamu bayangkan bagaimana rasa sakitnya?
Penantian diam-diam yang akhirnya terbalas itu, justru datang di waktu yang begitu singkat.
Dan itulah yang aku alami saat ini.
Jujur, kalau aku boleh memilih. Seandainya aku bisa mengatur ulang segala kekacauan ini, aku lebih memilih untuk 'kamu tidak perlu menyukaiku'. Karna pada dasarnya, semua itu akan berakhir sia-sia juga.

Saat ini, aku ingin fokus pada belajarku dulu. Kelas 9 bukan hal yang mudah. Aku pun juga sudah bertekad untuk tidak menyukai siapa pun lagi (pernah kutuliskan di salah satu postingan beberapa bulan lalu). Tapi hal itu gagal, ketika kamu datang di saat aku sudah terlalu lelah berharap.

Bismillahirrahmanirrahim.
Inilah pilihanku.
Untuk beberapa waktu ini, mungkin memang lebih baik kita tidak berhubungan dulu. Bagaimana pun pendidikan lebih penting. Dan aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku hanya untuk memikirkanmu. Sedangkan kamu? Aku bahkan ragu, kalau kamu juga memikirkanku seharian. Seperti yang pernah aku lakukan.

Aku ingin sungguh-sungguh belajar. Kembali membanggakan orang tua dan membangun mimpiku yang sempat beberapa kali terkubur.
Hmm.. kalau begini, aku jadi teringat dengan ucapan Ibu Mariyana, guru Bahasa Indonesiaku, beliau berkata, "Nak, ingat! Sebentar lagi UN. Kalian harus sungguh-sungguh. Kalau mau ujian itu, biasanya banyak godaan. Kalian harus bisa bersabar dan jangan sampai terlena."
Dan aku percaya ucapan beliau. Mungkin, inilah maksud godaan itu. Perasaan suka yang malah jadi malapetaka buat nilai-nilai dan belajarku.

Maka dari itu, aku berharap keputusanku ini adalah yang terbaik.
Aminn...

Saatnya Untuk Berhenti

Sabtu, 21 Maret 2015

Aku bingung harus mulai darimana. Hubungan kita terlalu rumit untuk ku mengerti. Yang ku tahu, kita begitu dekat dalam dunia maya. Meskipun pada kenyataannya, kita bertemu seperti dua orang manusia yang saling tak mengenal. Berjalan melewati, sekadar menatap dari jauh, kemudian berpura-pura membuang pandangan. Dan rasanya, aku sudah lelah jika harus begini terus.

Aku mendengar banyak berita tentangmu belakangan ini. Banyak yang bilang, jika kamu menyukaiku. Benarkah? Andai kamu tahu, saat aku mendengar berita itu, sesuatu membuat darahku mengalir begitu deras. Aku tak bisa mengatur nafasku dan rasanya... aku ingin mendengar hal itu berulang kali.

Pada awalnya, aku sangat menerima berita itu dengan senang hati. Aku sangat bersyukur, akhirnya kamu juga punya rasa yang sama denganku. Andai kamu tahu, menjadi penggemar rahasiamu selama 1 tahun membuatku begitu lelah. Dan ketika aku sampai pada titik di mana aku sadar bahwa kamu tak pernah bisa kuraih, justru di saat itulah kamu datang. Bisa kamu bayangkan bagaimana rasanya?

Kemudian, kita jadi begitu dekat lewat media sosial. Yang pada kenyataannya, hal itu hanya mampu membuatku gembira sesaat. Dunia nyata tak memungkinkan kita untuk jadi lebih dekat. Dan itu membuatku ragu padamu.

Banyak yang bilang, jika kamu begitu menyukaiku? Menceritakan berbagai hal tentangku di kelasmu? Tapi kenapa ketika bertemu, kamu justru jadi sosok yang begitu kaku? Apa memang seperti itukah caramu menyukai seseorang? Aku mengerti, aku juga melakukan hal yang sama. Ketika berpapasan, aku hanya diam dan melewatimu dengan jalan yang ku percepat. Tapi, jangan salah prasangka dulu! Aku tidak menjauhimu. Aku hanya begitu gugup.

Andai kamu tahu...
Kamulah orang pertama yang mengucapkan "nice dream" dengan begitu manis.
Kamulah orang pertama yang mendekatiku dengan perantara media sosial.
Kamulah orang pertama yang membuatku begitu gugup dan mati rasa ketika bertemu. Dan itu sangat jauh berbeda dengan apa yang kita lalui di media sosial.

Awalnya, ku pikir semua ini baik-baik saja. Yang perlu aku lakukan, hanya menikmatinya dan membiarkannya mengalir. Ya, kedekatanku denganmu yang kubiarkan mengalir itu, justru semakin lama semakin tak tentu arah.

Belakangan ini, aku jadi ragu padamu.
Setelah ku pikir-pikir kembali, aku tidak bisa jadi seperti ini. Aku tak bisa hanya sekadar menikmatinya dan membiarkannya mengalir begitu saja. Bagaimana bisa? Aku menikmati setiap kedekatan yang terjalin denganmu jika semakin hari rasa yang ku miliki semakin besar? Aku tak bisa bohong pada diriku sendiri. Obrolan rutin kita setiap malam, membuatku semakin menyukaimu. Tetapi, ketika kita bertemu di sekolah, kita hanya mampu menatap dari jauh dan tak berani mendekat. Oh Tuhan, bisa kamu bayangkan bagaimana rasanya?! Semuanya jadi berbeda di dunia nyata.
Aku tak bisa membiarkan hubungan ini mengalir begitu saja. Aku yakin, kamu pasti tahu bahwa setiap aliran sungai memiliki arus. Tapi, aku tidak mau jadi orang yang selalu mengikuti arus. Hanya mengalir mengikuti jalannya arus hingga sampai ke muara. Kurasa, seperti itulah hubungan kita saat ini. Bedanya, kita tak pernah sampai ke muara itu. Kita hanya terus mengikuti arah tanpa tahu kemana akhirnya akan bertemu. Dan pada kenyataanya pun, kita tak pernah sampai ke muara itu.
Lama-kelamaan, aku lelah. Terlalu sering mengikuti arus membuatku berkali-kali terbentur batu sungai. Mungkin, saat inilah aku harus menyadari. Jika semuanya dinikmati dan dibiarkan mengalir saja, maka hubungan kita akan begini-begini saja. Dan aku tidak bisa seperti ini. Rasa yang kumiliki, semakin hari semakin besar. Semua itu karna aku terlalu sering mengikuti arus. Kubiarkan kita dekat lewat berbagai cara yang kamu usahakan. Karna aku pun sangat menghargai berbagai hal yang kamu lakukan. Tapi, jika harus seperti ini, aku tidak bisa. Belum lagi, kenyataan yang harus kuhadapi bahwa 2 bulan lagi kita tak akan bertemu lagi. Ya, sepertinya sungai yang kita lalui memiliki percabangan. Dan di saat itulah, mungkin kita akan berpisah. Jujur, mungkin jika saatnya tiba, di mana kita harus berpisah ke arah yang berbeda, di saat itulah aku semakin menyukaimu.

Jadi, aku sudah memutuskan! Aku tidak mau mengikuti arus lagi. Aku bisa berjalan sendiri. Bahkan melawan arus sekalipun. Oke, jika kamu bingung dengan maksudku aku akan memperjelasnya.
Andai kamu tahu, aku sudah menunggu saat seperti ini sejak 1 tahun yang lalu. Saat kamu menyadari ada seseorang yang begitu memperhatikanmu tanpa berani mendekat sama sekali. Tapi sayangnya, saat itu datang ketika kita sudah diujung masa. Di mana sebentar lagi, kita juga akan berpisah. Aarrrggghhhh!!!!!!!!! Itu sangat menjengkelkan.
Aku pun juga semakin ragu padamu. Banyak yang bilang jika kamu menyukaiku, tapi sejauh yang kulihat, kamu tidak berusaha dengan sungguh-sungguh. Hanya mendekat lewat media sosial yang justru membuat kenyataan jadi terlihat semu. Apa itu yang kamu sebut suka? Hanya itu saja yang bisa kamu lakukan? Untuk orang yang telah sekian lama menunggumu, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Mungkin, inilah yang disebut 'digantung'. Tapi, kukira rasanya lebih sakit daripada sebutannya. Lagipula, jika seandainya aku digantung seperti orang yang mau gantung diri, aku lebih baik memilih melepaskan tali itu. Turun dari kursi dan menjauh. Daripada terus berdiri penuh keraguan dan bertanya-tanya dalam hati, "Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku yang berusaha lebih jauh lagi?".

Karena belakangan ini, aku menyadari. Rasa yang kamu sebut suka itu, hanya sementara. Kebahagiaanmu saat chattingan denganku sebenarnya hanyalah sebagai obat untuk mengurangi rasa sakitmu karna patah hati yang terlalu berat. Begitu sakitkah? Hingga aku-orang yang rela menunggumu sejak 1 tahun  silam-hanya menjadi obat untuk mengurangi lukamu. Sedangkan aku? Aku seperti orang bodoh yang selalu menyembuhkan lukamu, padahal aku pun juga sama terlukanya. Kamu bingung, kenapa aku jadi berpikir seperti itu? Karena, kalau kamu memang benar-benar menyukaiku, kamu tidak mungkin membuatku sebimbang ini. Satu hal yang pasti adalah, "Kamu tidak benar bersungguh-sungguh untuk menjalin suatu hubungan denganku. Dan oleh karena itu, kuputuskan untuk berhenti mengejarmu."

Nice Dream... :-D

Sabtu, 14 Maret 2015

Aku terbangun pagi ini. Membuka mata kemudian segera mengambil handphone yang terletak tak jauh dariku. Ku buka aplikasi itu sekali lagi. Membaca obrolan kita yang kemarin, dua hari yang lalu, tiga hari yang lalu, dan beberapa hari yang lalu.

Sambil terus mendengarkan lagu Taylor Swift feat Ed. Sheeran - Everything has Changed, ku baca berulang-ulang obrolan itu. Yang pada akhirnya membuatku tersenyum beberapa menit, kemudian mengulangnya lagi. Whahahaha....
Sungguh, baru pertama kali aku seperti ini.

Malam tadi, percakapan kita berakhir dengan pesan darimu. Ucapan 'selamat malam' yang biasa, tapi sangat berbeda jika kamu yang menyampaikannya. Kamu tau? Kamulah orang pertama yang mengucapkan kalimat 'Nice dream' dengan begitu manis. Dan karena itu pula, aku tertidur dengan untaian senyum yang terus ada di sepanjang malam.

Kamu tau?
Semua ini seperti mimpi yang begitu indah.
Obrolan kita. Ucapan 'night' dan 'night too' yang sangat sederhana tapi membuatku tidur dengan nyenyaknya. Pandangan mata yang tak sengaja bertemu ketika kamu lewat di depan kelasku. Sosokmu yang selalu kucari di antara ratusan murid di sekolah. Kamu yang akhir-akhir ini lebih sering berjalan melewati kelasku. Dan yang paling tidak bisa aku lupakan, your smile.

I just want to know you better, know you better, know you better..
I just want to know you better, know you better, know you better..
I just want to know you, know you, know you...
(Taylor Swift feat Ed. Sheeran-Everything has Changed)

Aku tidak tau sampai kapan ini akan berlangsung. Dan aku juga tidak peduli. Aku hanya mencoba untuk menikmatinya. Rasa ini. Yang membuat tubuhku seketika lemah jika berhadapan denganmu. Yang membuatku beku tiba-tiba ketika mataku dan matamu bertemu. Yang membuat jantungku berdetak cepat, hingga pikiranku jadi kosong.

Aku sedang menikmati mimpi indah ini. Yang membuatku tidak ingin bangun meski harus terlambat sekolah. Aku akan melewati waktu ini dengan senang hati. Karena belum tentu aku akan melewatinya lagi denganmu. Aku biarkan semuanya mengalir. Berjalan hingga sampai pada titiknya untuk berhenti. Pada persimpangan di mana kita akan berpisah nantinya.
Terima kasih, aku sangat senang telah mengenalmu...♥

Give up in the same time.. yeah..

Jumat, 27 Februari 2015

Kamu menyerah.
Maka aku pun juga akan melakukan hal yang sama.
Kamu terlalu sering mengingat dia.
Hingga hampir tak ada celah untukku masuk.
Kamu terlalu dingin dan datar.
Membuatku tergelincir dan jatuh berulang kali.
Dan dengan bodohnya, berkali-kali pula aku bangkit.

Kamu benar.
Semuanya berakhir selalu dengan ending yang sama.
Sakit hati. Pahit. Asam. Asin. Manis.
Rasanya tercampur dan bikin pusing.
Itulah yang aku alami saat ini.
Lebih dari itu, aku hancur karnamu.

Tanpa Kamu Tahu...

Kamis, 26 Februari 2015

Tanpa kamu tahu, aku sudah mencarimu sejak lama.
Menatapmu dari sudut terkecil di antara banyak murid lainnya. Mendengarmu dari sekian banyak berita yang ada. Mengetahui dengan berat hati, ternyata kamu telah menjatuhkan hati pada seseorang. Teman sekelasmu.

Saat itu aku hanya diam. Memandangmu dan dia yang selalu bersama. Sekilas, melihat kalian berjalan beriringan dan aku hanya mampu berdiri seperti patung. Kalian tertawa. Tersenyum. Terlihat begitu bahagia. Saat itu, melihatmu, memandangmu dari jauh, mendengar berita tentangmu, adalah hal yang harus kuhindari. Tanpa kamu tahu, aku berucap dalam hati, "Cukup! Aku sudah lelah. Sudah sangat lelah. Aku akan berhenti. Aku tidak akan jadi Secret Admirernya lagi."

Setelah itu, tak ada lagi tentangmu. Kamu menghilang sama seperti sebelum kita mengenal. Meskipun kulihat kalian selalu bersama, meskipun masih ada rasa canggung dalam diriku, meskipun kamu tak pernah menengok padaku sedikit pun, aku sudah tidak peduli lagi! Yang ku tahu saat itu, aku sudah lelah dan inilah waktunya untukku berhenti. Berhenti memata-matai semua aktivitasmu di sosial media. Berhenti melihat kedekatanmu dengan dia yang jika kulihat, justru hanya membuat nafasku sesak. Berhenti mendengar semua tentangmu seakan berpura-pura menutup mata, telinga, dan hatiku.




Dalam beberapa waktu, aku bebas...






Beberapa waktu, kubiarkan hatiku terbuka untuk siapa pun. Dan aku benar-benar lupa segala tentangmu.

Sampai saat ini datang.

Ketika kita kembali bertemu dengan cara yang sama.
Ketika kamu sudah menjadi sama sepertiku tetapi masih suka mengais masa lalu.
Ketika keadaan memaksa kita jadi semakin dekat.
Hingga kemudian ku dengar berita, kamu berusaha mendekatiku. Dan (bodohnya), aku tidak pernah peka.!

Jujur, aku bingung.
Tuhan telah membuat duniaku benar-benar terbalik!
Ketika aku sampai pada titik terlelahku untuk menunggu, justru kini kamu yang berbalik. Datang. Mengajakku mengobrol. Dekat. Hingga akhirnya kuputuskan hubungan beberapa saat. (Ya.. itu karna aku ingin fokus belajar dulu.)

Aku tau.
Aku memang terlalu egois.
Menjauhimu tiba-tiba, justru di saat kita begitu dekat.
Menghindar darimu, padahal (bersamamu) adalah hal yang kutunggu sejak dulu.

Dan karena sikapku, kamu pun juga sama menyerahnya.
Kamu juga sama lelahnya sepertiku.
Kamu tidak ingin berharap pada orang yang tak sadar dengan kehadiranmu.
Kamu benar dan salah.
-benar, karena sikapmu adalah akibat dari sikapku yang tak pernah peka.
-salah, karena tanpa kamu tahu, aku sangat peka padamu.

Ada suatu alasan yang tak bisa kutuliskan disini. Terlalu rumit.

Tapi, tanpa kamu tahu, aku masih punya rasa itu.
Tanpa kamu tahu, aku masih jadi stalker setiamu.
Tanpa kamu tahu, aku masih melihatmu dari jauh.
Tanpa kamu tahu, aku masih membuka telingaku untuk mendengar semua berita tentangmu.
Tanpa kamu tahu, aku masih membuka mataku untuk memandangmu, mencari sosokmu, menatapmu melalui sudut terkecil di sekolah.
Tanpa kamu tahu, aku masih mengecek kehadiranmu di sekolah dengan melihatmu saat jam Shalat Dzuhur.
Tanpa kamu tahu, aku masih membicarakanmu dengan seorang teman di kelasku.
Tanpa kamu tahu, aku masih selalu penasaran dengan maksud dari semua DP dan statusmu di BBM.
Tanpa kamu tahu, aku masih jadi Secret Admirermu.

Memang, aku sudah lelah. Terlalu capek, bahkan.
Tapi, tanpa kamu tahu, kebiasaanku masih belum berhenti sepenuhnya.







Apa kamu heran, kenapa aku selalu menyisipkan kalimat 'tanpa kamu tahu'?
Karena, tanpa kamu mengetahui semua itu, aku sudah menyadarinya. Aku sudah tahu, bahwa semua yang kulakukan, apapun itu, kamu juga tidak akan pernah peduli. Ya kan?

Wake up!

Jumat, 20 Februari 2015

Akhirnya semua kembali.
Mimpi indah telah usai. Hingga sudah saatnya untukku bangun.
Cerita pendek ini berakhir dengan ending yang tak jelas.
Seperti berhenti di persimpangan. Dan bingung harus melangkah ke jalan yang mana.
Ragu, buntu, hampa.

Sudah kuduga, kedekatan yang terjadi belakangan ini adalah suatu kesalahan yang tidak sepatutnya untuk diingat. Kesalahan yang tak mungkin dilanjutkan. Dan memang sudah sepantasnya untuk diakhiri.

Begitulah...

Betapa mudahnya semua terjadi. Saling dekat, mengobrol, bercanda, kemudian menjauh, tak menoleh, acuh, bahkan seperti tidak pernah mengenal.

Kedatanganmu yang begitu mudah dan tiba-tiba, juga akan membuatmu pergi dengan mudahnya.

*****


2 Minggu terakhir, aku jadi dekat denganmu. (Kurasa) kita semakin mengenal seiring dengan meningkatnya intensitas kita bertemu atau mengobrol. Ketika itu, aku hampir tak percaya. Bahwa kita bisa jadi sedekat ini. Whahahhaaaha... karna menurutku, kamu termasuk anak yang cuek.

Saat itu, kujalani hari-hari seperti sedang bermimpi. Aku sangat sadar. Jika ini kenyataan, mungkin kenyataan ini akan segera berakhir.

Kamu tau?

Dekat denganmu adalah sesuatu yang 'mustahil' bagiku.

Kamu terlalu sempurna untuk bisa kuraih. Sehingga kalau aku sampai 'menyukaimu', itu merupakan suatu kesalahan yang besar. Dan bodohnya, aku sedang melakukan kesalahan itu.


Maaf. Aku sungguh minta maaf.

Terkadang, perasaan membuat kita jadi lupa diri.

Lupa, pada siapa kita seharusnya menjatuhkan hati.

Lupa, pada siapa orang yang lebih tepat menerimanya.

Lupa, di saat kapan kita harus membiarkannya tumbuh.

Lupa, di saat kapan kita harus membiarkannya layu dan mati karna memang tak sepantasnya rasa itu tumbuh.

Dan lupa, bagaimana cara terbaik untuk mengatasi perasaan tersebut.

Dan dengan menyukaimu, aku jadi lupa segalanya.

Wow~

Bisa kamu lihat, betapa hebatnya dirimu? Hanya tersenyum dan menatapku, itu sudah membuat jantungku berdetak jadi sangat cepat. Apalagi ketika kita berhadapan dalam jarak yang dekat, (jika aku tidak punya tulang betis yang cukup kuat, mungkin aku sudah lumpuh seketika).

Apa semua itu terlihat berlebihan? Tapi itulah yang terjadi.

Belum lagi, tentang obrolan kita di BBM. Kalau kuperhatikan, aku jadi terlihat begitu bodoh di depanmu. Whahahaa... Sangat bodoh!

*****


Seperti itulah waktu 2 minggu kita lewati. Sampai kusadari satu hal, bahwa 'aku harus berhati-hati' padamu. Yap! Ketika 'chattingan' denganmu, selalu kubisikkan pada diriku sendiri, "Sadar, Tik. Semua ini akan segera berakhir. Tunggu tgl 28 dan semuanya akan berhenti." Atau "Jangan biarkan rasa itu tumbuh! Menunggunya untuk menyukaimu balik, adalah mimpi yang terlalu kamu harapkan jadi nyata." Atau "Sabar.. sabar.. semua ini cuma sementara. Mimpi indah ini akan segera berakhir. Kamu akan terbangun dan mendapati dia berjalan melewatimu tanpa menoleh sedikit pun."


Dan karena itulah, ku putuskan untuk berhenti berkomunikasi lewat BBM denganmu. Aku tidak ingin rasa yang kumiliki semakin tumbuh subur. Sementara harus kuakui (dengan berat hati), bahwa kedekatanku denganmu hanya suatu kebetulan yang terlalu disengajakan.




Ku coba untuk mengikuti kutipan di atas.
Ku coba untuk menyembunyikan rasa itu dengan berbagai cara yang mungkin bisa kulakukan.
Karena aku (sangat) sadar, kamu tidak mungkin punya rasa yang sama.
Dan menunggunya, adalah hal yang menyakitkan.

I'm your stalker...

Rabu, 18 Februari 2015

Orang yang sama dengan judul yang hampir sama juga.
Saat itu, aku masih bukan siapa-siapamu (bahkan sampai saat ini).
Hari itu, aku baru pertama kali mengenalmu. Di kantor guru dan dipertemukan dalam satu ajang lomba yang sama. Satu kata yang menggambarkan dirimu waktu itu, acuh.

Kamu berjalan melewatiku begitu saja. Bahkan tidak menatapku. Ya, aku mengerti. Saat itu kita belum saling kenal. Dan jujur saja, hari itu aku baru pertama kali menemukan sosokmu di antara ratusan siswa di sekolah.

Setelah lomba berakhir, segera ku sadarkan diriku. Bahwa semuanya juga akan berakhir. Pertemuan tak sengaja kita di kantor guru, bukanlah suatu rencana Tuhan. Hanya kebetulan yang membuatku terlalu ingin mengenalmu. Pada kenyataannya, sesudah lomba, kita menjalani hidup kembali seperti sebelumnya. Saling tak sapa dan hanya 'sekadar tahu nama' saja.
Ditambah, ketika tersebar berita kalau kamu punya pacar. Sejak itu juga, aku berhenti memata-matai semua aktivitasmu di media sosial.

Tapi bagaimana dengan sekarang?

Hubunganmu sudah berakhir dan kamu selalu jadi orang yang gagal move on.
Beberapa bulan kemudian, kita dipertemukan kembali dalam ajang lomba. Dan (entah suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan) kita bekerja sama dalam satu kelompok cerdas cermat.

Oke, awalnya aku agak gugup. Tapi aku berusaha untuk tetap tenang dan bersikap biasa saja.
Lomba itu diadakan hari Minggu dan semuanya berjalan lancar. Ya, syukurlah, kita bisa memperoleh juara 3. Suatu kebanggaan untukku di kelas 9 ini kembali memperoleh prestasi. Kamu juga merasa begitu, kan?

Ketika lomba sudah berakhir, (sama seperti sebelumnya) ku sadari bahwa ini suatu kebetulan yang akan segera berakhir. Duduk sebangku denganmu dalam waktu 2 jam membuatku merasa jadi orang paling aneh di dunia.
Ketika mengerjakan test  pertama - di saat peserta lain mengerjakan soal dengan serius - kita justru tertawa santai dan mengobrol. Whahahahaha.... itu adalah kelompok teraneh yang pernah kuikuti. Apalagi, saat TM sehari sebelumnya, aku sempat salah menuliskan nama anggota kelompok kita pada formulir pendaftaran. -_-"

Lombanya memang sudah selesai. TAPI, hadiahnya belum diserahkan. Dan itulah yang menjadi awal semua ini dimulai...

Beberapa hari setelah lomba, kuputuskan untuk meminta PIN BBmu. Karna itulah cara satu-satunya yang bisa kulakukan jika aku sudah dihubungi pihak panitia untuk menerima hadiahnya. Tapi, di luar dugaanku, sesuatu terjadi.

Sekarang, kita justru sering chattingan tentang banyak hal.
Beberapa kali, sempat kutemukan sorot matamu mengarah padaku saat jam istirahat di sekolah.
Rasa gugup itu, (entah kenapa) kembali muncul ketika kamu menghampiriku hanya untuk sekadar bertanya tentang hadiah lomba itu.
Ditambah, dengan sikap konyolku yang selalu saja menabrak benda apapun di depanku ketika aku tau bahwa kamu memperhatikanku. Jujur, aku sangat canggung dan malu. Bahkan ku pikir, mungkin kamu sudah menganggapku jadi cewek paling aneh dan gak jelas yang pernah kamu kenal. Yap! That's me.

Semua ini,
Aku selalu bingung jika memikirkannya. Tapi ketika mengingatmu aku malah tersenyum lalu tertawa aneh. Whahahaha.. aku juga tidak mengerti. Akhir-akhir ini sikapku sering berubah-ubah.

Terkadang aku mencoba mengingat lagi.
Bagaimana bisa? Kamu - salah satu cowok paling cuek yang pernah ku kenal - dan aku menjadi sedekat ini.
Dulu, aku tak pernah membayangkan hal ini terjadi. Jangankan membayangkan, memikirkannya pun tidak pernah.
Selalu terpasang di otakku bahwa kamu adalah orang (yang termasuk dalam golongan cowok-cowok keren di sekolah) dan sangat mustahil jika aku bisa bergaul denganmu. Ya kan?

Tapi nyatanya?
Baru tadi malam, kita chattingan lagi.
Whahahahaha.. aku tidak tau ini adalah kebetulan atau memang rencana Tuhan. Yang jelas, aku masih merasa seperti mimpi.

Dan yang kutahu, aku selalu merasa senang jika mengobrol denganmu (lewat BBM).
Mungkin, aku memang terlalu naif. Hingga tak berani untuk bicara secara langsung denganmu. Kenapa bisa begitu? Ya, karna aku terlalu gugup. Apa kamu juga bisa merasakan detakkan yang sama? Ketika kita berdiri dan saling berhadapan. Kemudian hanya tersenyum dan diam. Semua itu terjadi karna aku terlalu canggung.

Yang jadi pertanyaanku saat ini adalah, "Kenapa semua itu bisa terjadi? Rasa gugup, canggung, detak jantung yang jadi lebih cepat? Kenapa semua itu tiba-tiba datang, padahal kamu cuma menatapku atau hanya sekadar menyapa?"

Untuk Si Gamers

Minggu, 08 Februari 2015

Apa kamu berfikir bahwa aku terlalu cuek?
Apa menurutmu aku terlalu naif?
Aku juga tidak mengerti.
Yang jelas, beberapa jam yang lalu kamu memasang DP BBM (yang jujur saja) membuatku ke-GEERan. Dan beberapa menit berikutnya, kamu menulis status yang membuatku seperti terhempas dengan ombak yang kuat.

*****

Maaf, jika kamu mengira demikian.
Aku tidak bermaksud cuek. Aku hanya tak berani.
Terlalu takut untukku yakin, bahwa setiap status yang kamu maksud itu adalah AKU.
Aku ragu untuk mengakui bahwa AKUlah orangnya. Jadi kuputuskan untuk tetap bersikap biasa saja.
Aku hanya tidak ingin terlalu berharap. Yang ujung-ujungnya juga akan berakhir dengan patah hati.
Whahahaha... kau tau? Aku sudah terlalu kenyang dengan hal itu.

Andai kamu juga tahu,
Salah satu alasanku untuk menghindar darimu itu adalah karena aku terlalu gugup.
Jujur, setelah hampir 2,5 tahun sekolah SMP, baru kamu yang (ku tahui 'dengan agak ragu') suka padaku. Ya.. maklum saja, kan, kalau aku tiba-tiba jadi bersikap canggung.
Selain itu, dari seorang teman ku dapat informasi kalau kamu ketahuan tengah melihat ke arahku saat kita sedang akan shalat Dzuhur berjamaah. Benarkah?

Aku juga tidak tau, apakah aku suka padamu atau tidak.
Pada kenyataannya, aku selalu gugup jika berhadapan denganmu. Sampai menatap matamu saja(hanya untuk sekadar mengobrol) aku pun tak berani.
Ketika tau kau masuk ke kelasku, kurasakan jantungku berdetak lebih cepat. Tanganku seakan gemetar dan aku tak bisa berbuat apa-apa. Lalu aku berjalan keluar kelas dengan alasan 'mengumpul tugas makalah'.
Kemudian, status-statusmu di BBM itu membuatku keGeeran. Whahaha.. maaf ya, apakah salah jika aku mengira bahwa orang yang kamu maksud itu AKU?
Terkadang aku berfikir, "Siapa orang itu? Yang kamu bilang gak PEKA dan so beautiful?" Sekejap, kurasakan dadaku kembali sesak dan (entah dapat ilham darimana) terbesit dalam pikiran kalau ORANG YANG KAMU MAKSUDKAN ITU AKU.
Tapi kemudian aku mengelak, "Masa iya itu aku? Tapi kan, temannya yang berkelamin perempuan itu gak cuma aku. Mungkin aja orang lain. Lagipula, kalau pun itu aku, kayaknya mustahil deh, aku jadi orang yang beautiful. Secara gitu, aku ini anaknya labil banget. Alay, terus narsis lagi. -_- kalau dibandingin sama mantannya, itu kayak pizza sama pecel. Iya, mantannya itu pizza dan aku pecelnya. .-. Jadi rasanya agak mustahil kalau status itu untukku".

*****

Dan sekarang, apa status barumu di BBM itu benar? Menjauh saja, karna aku terlalu cuek?
Ya.. aku pun tidak bisa berbuat apa-apa. Itu adalah hakmu untuk dekat ataupun menjauh dari siapa saja. Yang jelas, kuharap itu keputusan yang baik. Aku pun juga akan mencoba untuk (tetap) bersikap tenang. Yang pada dasarnya, semua ini semakin membuatku bingung.

Sangat disayangkan..

Kamis, 29 Januari 2015

Bagaimana rasanya?
Ketika kita terpisah oleh jarak yang begitu jauh, melewati waktu yang tidak singkat untuk mengalami perubahan, dan bertemu dengan ratusan orang baru yang masuk dalam hidup kita.

Bagaimana jika...
Selama itu pula kita tidak berhubungan. Saling sibuk seakan kita tidak pernah saling mengenal. Cuek, menganggap bahwa semuanya baik-baik saja tanpa perlu ditanyakan. Hidup untuk masa depan, tanpa perlu mengingat 'orang dulu' yang pernah singgah di masa lalu.

Apa pendapatmu?

*****

Aku tidak mengerti.
Begitu hebatnya waktu yang membuat semua orang kini berubah.
Begitu jahatnya jarak yang bukan hanya memisahkan raga, tapi juga jiwa dan perasaan seseorang.

Sekarang, bukan hanya ragamu yang terasa jauh. Melainkan segalanya. Semua kenangan, masa lalu, persahabatan, pertemanan, canda tawa, curhat, tangisan, (mungkin) semua itu sudah ikut menghilang seiring dengan waktu yang kita lewati.

Jujur, ketika awal kepindahanku, masih kurasakan persahabatan itu. Sejauh apapun jarak yang terpisah, selama apapun waktu yang berjalan, ku akui masih kurasakan kalau aku masih jadi bagian dari kalian. Sejak itu ku pikir, sejauh dan selama apapun aku pergi, aku akan tetap tenang. Mereka selalu bersamaku, tanpa perlu hadir secara nyata di sampingku.

Tapi sekarang, ku rasa pemikiran itu salah.

Pada akhirnya, jarak dan waktu yang akan menang. Mengalahkan segalanya begitu mudah, padahal kita sadar, sangat sulit mempertahankannya.
Pada akhirnya, masa lalu itu akan hilang. Tergantikan dengan masa depan yang jauh lebih indah.
Pada akhirnya, kita semua akan saling berpisah. Lebih jauh lagi dan akan lebih lama lagi. Entah, kalian akan mengingatnya atau tidak.

Kalau menurutku, akan lebih baik jika kita tetap menjaganya. Kalau bisa, ya dipertahankan. Jangan mudah berubah, hanya karna jarak dan waktu yang terpisah. Bukankah persahabatan sejati itu tidak mengenal jarak dan waktu?

One hour ago...

Jumat, 09 Januari 2015

Untuk kesekian kalinya aku mendengus kesal.
Mengepal-ngepalkan tangan di depan layar handphone dengan tatapan muram.
Ku cek aplikasi facebook berulang-ulang, namun namamu hanya terpampang dengan iringan kata, '1 jam yang lalu'
Kenapa sih? Aku terasa sangat sulit menghubungimu.
Kenapa? Rasanya terlalu berat jika aku mengirimkan pesan lebih dulu padamu.
Kenapa? Kamu seakan cuek dan tak pernah peduli.
Kenapa? Selalu ada jarak yang membatasi kita.
Kenapa? Aku sangat gugup padamu.
Kenapa? Kamu terlihat seperti tak ingin berteman denganku lagi.
Kenapa? Apa kamu sudah melupakanku? Apa kamu benar-benar lupa? Semudah itukah?
Tapi, tidak ada yang lebih fatal dari ini: Kenapa kau berubah? Sementara aku sudah mulai ada rasa padamu.

*****

Kamu..
Kamu sudah membuatku jatuh lagi. Entah yang keberapa kalinya. Tapi kali ini, aku begitu sulit bangun. Setiap hari, bahkan setiap waktu, pikiranku terus mengarah padamu. Sesekali, tanpa sadar kunyanyikan sebuah lagu yang mengingatkanku padamu. Oh Tuhan, aku seperti orang gila saja! Mengecek hp berulang kali hanya untuk melihat fotomu. Tersenyum begitu lebar dan tertawa lucu ketika mengingatmu. Dan sepertinya, aku memang sudah gila.
Gila padamu!

Aku tidak tau.
Mungkin, ini akan berakhir sama seperti dulu. Perasaan yang tanpa ada balasan. Sebuah rasa yang tiba-tiba muncul kemudian hilang. Kemudian muncul lagi. Ya, seperti itulah perasaanku padamu.
Bagaimana dengamu? Kamu memang selalu bersikap baik. Ramah dan sangat romantis (itu menurutku).  Tapi di satu sisi, ku tebak, kamu sudah tidak peduli.

Dari sikapmu, aku sudah bisa menyimpulan, kamu memang sudah tidak peduli.
(Ku pikir, aku tidak cukup bodoh untuk menyadarinya)
Sikapmu itu. Mungkin hanya sekadar untuk menghargaiku. Ku akui, aku sangat berterima kasih.

Dan sekarang, apa yang akan aku lakukan?
Ku coba untuk melupakanmu juga. Kuharap, aku bisa~

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS