Sebuah Pilihan

Rabu, 01 April 2015

Malam ini, tepatnya beberapa menit yang lalu aku membaca statusmu di BBM.
Aku lupa persisnya bagaimana, tapi intinya adalah "Haruskah, aku memberikan segala perhatianku supaya kamu jatuh cinta?" Ya.. intinya begitu.

Aku tidak tau status itu untuk siapa. Tapi aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. Ada perasaan dari dalam hatiku yang mengatakan bahwa status itu dimaksudkan untukku?
Sebelumnya maaf, mungkin aku terlalu pede. Tapi, aku juga tidak mau terlalu yakin. Aku ragu.

Jika memang status itu untukku, silakan kamu baca postingan ini hingga selesai. Tapi jika status itu bukan untukku, maka lebih baik kamu tutup saja website ini. Whahaha... karna akan sangat memalukan kalau membiarkan kamu membaca postingan ini hingga selesai.

*****

Oke, kalau kamu berpikir seperti itu, kamu salah besar!
SANGAT BESAR!!!

Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tidak menyukaimu?
Aku cuek? Pendiam? Atau apa?
Apa kamu tidak bisa melihat lebih jelas lagi?
Setiap malam kita chattingan (yang jujur saja, rasanya topik obrolan kita itu-itu saja), kucoba untuk memberi perhatian dengan menanyakan 'shalatmu', 'makanmu', dan kebiasaan burukmu 'begadang' itu. Entahlah, apa kamu menganggap hal itu biasa saja?
Tapi bagiku, itu sungguh tidak biasa.

Jujur, aku tidak pernah sedekat ini dengan seorang cowok. Kuaktifkan BBM hanya untuk mengecek apakah hari ini kamu mem-Pingku atau tidak. Mengobrol sepanjang malam hingga aku jadi ikut begadang. Menunggu balasanmu yang cukup lama karna kamu selalu bermain game. Menjawabkan tugas seni budayamu. Melawan rasa ngantukku hanya untuk membantumu mengerjakan soal matematika. Hingga meminta mamaku untuk membuatkan surat izin sekolahmu. Dan masih belum cukupkah itu?

Benar, mungkin aku juga terlalu naif. Pada kenyataannya, aku selalu diam ketika bertemu denganmu. Kamu tau? Saat itulah aku bisa merasakan detak jantungku begitu kencang. Dan yang kamu lakukan? Kamu juga ikut diam. Oke~ mungkin, Tuhan memang membiarkan kita dekat hanya untuk di dunia maya. Sedangkan kenyataannya? Kita justru saling diam dalam keraguan.

Apakah kamu sudah membaca postinganku sebelumnya? Wake up dan Saatnya untuk Berhenti. Postingan itu tentangmu. Dan menuliskan tujuan yang sama. Aku harus bangun dan berhenti untuk bermimpi. Ku coba hal itu. Tapi nyatanya? Hubunganku denganmu justru semakin dekat tiap malamnya. Dan kuharap, ini postingan terakhir tentangmu.

*****

Kamu pernah, gak? Menyukai seseorang secara diam-diam selama 1 tahun lamanya. Memendamnya terus-menerus karna kamu sadar, orang yang kamu suka itu tidak mungkin punya rasa yang sama. Tetapi kemudian, keajaiban terjadi. Ketika kamu akan pindah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ketika itu juga dia datang. Yap! Orang yang kamu idam-idamkan itu akhirnya melihat sosokmu di antara ratusan murid di sekolah. Dia memandangmu begitu lama yang justru hal itu membuatmu jadi gugup setengah mati. Bahkan untuk bernafas pun sulit. Akhirnya, penantianmu yang begitu lama terbayar. Dia yang dulu hanya bisa kamu lihat, berjalan melewatimu dengan begitu acuh, kini melihatmu dengan pandangan yang berbeda.

Tapi bagaimana sekarang? Kenapa waktu yang begitu indah itu datang di saat semuanya akan berakhir. Toh, kamu dan dia juga akan berpisah. Masa depan kita ditentukan di kelas ini. Kelas di mana semuanya jadi terasa begitu manis ketika aku bertemu denganmu. Bisakah kamu bayangkan bagaimana rasa sakitnya?
Penantian diam-diam yang akhirnya terbalas itu, justru datang di waktu yang begitu singkat.
Dan itulah yang aku alami saat ini.
Jujur, kalau aku boleh memilih. Seandainya aku bisa mengatur ulang segala kekacauan ini, aku lebih memilih untuk 'kamu tidak perlu menyukaiku'. Karna pada dasarnya, semua itu akan berakhir sia-sia juga.

Saat ini, aku ingin fokus pada belajarku dulu. Kelas 9 bukan hal yang mudah. Aku pun juga sudah bertekad untuk tidak menyukai siapa pun lagi (pernah kutuliskan di salah satu postingan beberapa bulan lalu). Tapi hal itu gagal, ketika kamu datang di saat aku sudah terlalu lelah berharap.

Bismillahirrahmanirrahim.
Inilah pilihanku.
Untuk beberapa waktu ini, mungkin memang lebih baik kita tidak berhubungan dulu. Bagaimana pun pendidikan lebih penting. Dan aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku hanya untuk memikirkanmu. Sedangkan kamu? Aku bahkan ragu, kalau kamu juga memikirkanku seharian. Seperti yang pernah aku lakukan.

Aku ingin sungguh-sungguh belajar. Kembali membanggakan orang tua dan membangun mimpiku yang sempat beberapa kali terkubur.
Hmm.. kalau begini, aku jadi teringat dengan ucapan Ibu Mariyana, guru Bahasa Indonesiaku, beliau berkata, "Nak, ingat! Sebentar lagi UN. Kalian harus sungguh-sungguh. Kalau mau ujian itu, biasanya banyak godaan. Kalian harus bisa bersabar dan jangan sampai terlena."
Dan aku percaya ucapan beliau. Mungkin, inilah maksud godaan itu. Perasaan suka yang malah jadi malapetaka buat nilai-nilai dan belajarku.

Maka dari itu, aku berharap keputusanku ini adalah yang terbaik.
Aminn...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS