Yakin?

Minggu, 10 April 2016



Untuk beberapa saat, aku sempat terdiam di hadapan layar ponselku sendiri. Memang benar katamu, aku sudah jarang menulis lagi. Itu karena aku tidak tau ingin menulis apa di blog ini. Dan ketika aku punya inspirasi pun, aku justru bingung bagaimana harus menuliskannya.
Seperti postingan kali ini. Aku bingung harus  mulai darimana. Semuanya terlihat rumit dan buram. Sempat beberapa kali aku berhenti mengetikkan jari, lalu memikirkan lagi. Apa yang harus aku tulis. Aku juga tidak tau kenapa bisa begini.
Rasanya sudah tak sama lagi.


*****


Yakin?



Itulah pertanyaan terakhirmu yang kuingat. Entahlah.

Saat kubaca pesanmu yang terakhir itu, untuk beberapa detik aku terdiam sejenak. Namun, dengan segera kujawab tanpa pikir panjang lagi.
Ya, rasanya aku sudah tidak ingin memikirkan hal ini (lagi). Aku tidak mau menimbang-nimbang keputusan yang pada akhirnya justru membuatku ragu, kemudian berubah pikiran. Itulah sebabnya, aku segera memutuskan. Ketika kau bertanya apa aku yakin? Sejujurnya, aku juga tidak tau. Tapi yang jelas, untuk saat ini itulah keputusan yang terbaik (menurutku).

Kau tau? Setelah chattingan itu berakhir. Aku hanya diam dan terus membaca ulang obrolan kita. Berulang kali juga aku memikirkan hal itu lagi. Menurutmu, apa keputusanku ini salah? Beberapa kali kutanyakan hal ini pada orang-orang terdekatku. Dan mereka mengatakan hal yang sama. Mereka bilang, apa yang kulakukan ini sudah benar. Dan jujur, itu sedikit membuatku lega.

Maaf, aku tidak tau apa yang kau pikirkan jika membaca postingan ini. Aku juga tidak tau bagaimana reaksimu sebenarnya saat aku bilang, bahwa lebih baik kita tidak lagi chattingan atau apapun itu. Tapi yang jelas, ketika kau kembali menyapaku, saat itu juga ingatanku kembali berputar. Aku ingat saat aku dan sahabatku bertemu dan dia bercerita tentangmu.

"Tik, pacarnya udah tau kalau dia chattingan sama kamu."

Setidaknya, seperti itu yang dikatakan sahabatku. Oke, aku tidak akan bertanya bagaimana responnya terhadapku. Karna sudah sangat jelas, bahwa pacarmu pasti tidak akan menyukai keberadaanku. Terlebih, ketika sahabatku bilang bahwa yang menceritakanku pada pacarmu, adalah kamu sendiri.

Jujur, saat itu aku benar-benar tak bisa berpikir. Aku bingung ingin bicara apa dan harus berbuat apa. Kemudian, setelah terdiam cukup lama. Aku memutuskan pada sahabatku, jika pacarmu kembali bertanya tentangku maka ceritakan saja semuanya. Agar semuanya jelas dan pacarmu tidak salah paham denganku. Dan setelah obrolan itu selesai, aku tidak membahas masalah itu lagi.

Sampai akhirnya kau kembali menyapaku. Jujur saja, aku baru bisa menulis hal ini hari ini karna sejak kemarin aku masih tak percaya dengan keputusan yang kubuat sendiri. Kau datang dan berbasa-basi sejenak. Kemudian melarangku untuk memberitahukan apapun pada sahabatku.

Astaga.
Entahlah. Kurasa kau membuatku berada di situasi yang sulit. Saat itu, kita kembali membahas masalah itu. Kau bilang, kau tak punya tempat untuk curhat itulah sebabnya kau datang padaku. Hmmm.. bolehkah aku mengatakan sesuatu?

Begini, aku mengerti jika kau tak tau harus bercerita pada siapa tentang masalahmu itu. Tapi sadarkah kamu? Dengan kamu curhat padaku, itu sama saja membuat masalah jadi semakin rumit. Kamu bilang, semua akan baik-baik saja selama aku tidak mengatakan tentang ini pada siapa pun. Termasuk pada sahabatku sendiri. Are you seriously? Saat membaca pesan itu, aku sampai melongo saking tak percayanya.

Jujur ya, aku sempat menanyakan hal ini pada beberapa teman SMAku. Dan mereka selalu memberi jawaban yang hampir sama.

"Kamu itu harus berhenti chattingan sama dia, Tik."
"Jangan jadi PHO, Tik."
"Astaga, Atika.."
"Nanti kalo dia chat lagi, jangan dibalas lagi."
"Read aja, Tik."
"Jauhin dia, Tik."
Or something like that.

Ya, mereka semua memberi saran yang sama. Untuk lebih baik aku menjauh saja. Lagipula, kamu bisa cari teman curhat yang lain. Yang bisa memberimu saran lebih baik dari aku. Selain itu, aku juga tidak mau dikira sebagai orang yang mengganggu hubunganmu. Terlebih, saat ini pacarmu sudah tau tentangku.

Jadi, kuharap kamu bisa mengerti. Kenapa aku melakukan hal ini. Dan aku juga sama sekali tidak ada niat untuk memutus tali silahturahmi. Kita masih tetap berteman sama seperti biasanya. Hanya saja, lebih baik kita tak mengobrol lagi. Aku tidak tau sampai kapan seperti ini. Ikuti saja jalannya bagaimana nanti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS