Diam

Sabtu, 19 April 2014

...
Tak terlalu banyak bicara.
Hanya mengunci mulut dan merapatkan barisan gigi yang ada dibalik bibir.
Menutupnya hingga tak ada celah.
Membiarkannya terbungkam dan membusuk dalam tanda tanya besar.

*****

Pernahkah kau mengalami hal yang sama sepertiku?
Terjatuh dan terjerembab dalam lubang ketakutan yang begitu gelap.
Seakan menerkam tubuhmu hingga segalanya kini terasa begitu dingin.
Tangan yang saat ini tak lagi sesigap dulu.
Kaki yang sekarang tak lagi bisa melangkah bebas.
Mata yang mulai menatap sayu setiap bayangan yang jatuh di lensanya.
Dan mulut yang kini tak lagi bisa berguna.

Pernahkah kau melakukan hal yang sama seperti apa yang aku lakukan?
Mengingatmu dalam heningnya malam dan menggambarkan setiap mimpi yang ku lukis di atas langit-langit rumah sebagai pengantar sebelum tidur?

Maaf.
Mungkin aku terlalu berkhayal. Mimpi ketinggian hingga rasanya takut untukku jatuh.
Membiarkannya dalam bayang-bayang dan terus bermimpi.

Apa kau bisa mengerti?
Disini. Di tempat lain yang tidak kau ketahui, ada seseorang yang sedang menunggumu.
Yang hanya ditemani rasa kesunyian dan pengharapan.
Menunggu dalam diam tanpa bisa berucap sama sekali.

Ya, orang itu hanya bisa menantimu. Tak bisa berbuat apa-apa. Di balik bibirnya yang tertutup, ia menyimpan sejuta pertanyaan. Sejuta permintaan. Sejuta harapan. Sejuta khayalan. Yang sayangnya, hanya bisa ia ungkapkan dalam setiap tulisannya.

"Ada saatnya dimana lebih baik mengungkapkan sesuatu lewat barisan kalimat. Daripada mengucapkannya." - Nur Atika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS