Review Film: One Day (Thailand Movie) (2016)

Selasa, 21 Maret 2017

Assalamualaikum.

Kemarin, saya menonton film thailand yang berjudul One Day. Sebenarnya film ini sudah cukup lama tayang. Namun, karena saya baru sempat mendownloadnya kemarin, dan berbagai kesibukan lainnya. Akhirnya saya baru bisa menontonnya kemarin. Hmm, mungkin supaya bisa mendapatkan sedikit gambaran dari film ini, lebih baik kita melihat trailernya dulu. Cekidot:




Nah, sudah punya sedikit bayangan, kan, mengenai film ini?

One Day bercerita tentang seorang lelaki bernama Denchai yang menyukai teman sekantornya, Nui. Tetapi, Den hanya bisa menyembunyikan perasaannya itu sebab, penampilan dan sifatnya yang sangat tertutup. Ia berambut keriting, berkacamata, dan cukup sulit untuk bergaul. Ia seorang pegawai di bidang IT, semua orang membutuhkan dirinya. Namun tidak satupun yang bisa mengingat namanya. Hanya Nui yang bisa mengingat namanya, itulah yang akhirnya membuat Den jatuh hati pada Nui. Karakter Nui berbanding terbalik dengan Denchai. Ia seorang gadis yang ceria, murah senyum, dan selalu terbuka. Tak heran, jika ia bisa dengan mudahnya menjalin hubungan dengan Top, atasannya di kantor.

Suatu ketika, Top mengadakan liburan pergi ke Jepang untuk semua karyawannya. Sebenarnya itu bukan liburan kantor, melainkan cara Top agar bisa membawa Nui untuk mengunjungi Festival Salju di sana. Tetapi di luar dugaan, istri Top beserta anaknya juga datang menyusul. Lebih lagi setelah terdengar kabar kalau ternyata istri Top hamil lagi. Ya, Top sudah menikah. Ia berjanji pada Nui akan menceraikan istrinya dan menikahi Nui. Namun, dengan keadaan istrinya yang tengah hamil, bagaimana bisa Top menceraikannya? Saat itu, Nui benar-benar patah hati. Ia sangat bersedih. Ketika liburan kantor sudah berakhir. Ia mengambil beberapa hari lagi untuk tetap tinggal di Jepang. Denchai yang selalu memperhatikan dan mengikuti Nui pun juga tak tega meninggalkan ia seorang diri. Sehingga akhirnya Denchai juga tidak pulang ke Thailand.

Kepatahatian Nui berujung pada jatuhnya ia saat bermain ski. Sebenarnya tidak sungguh-sungguh bermain ski. Ia mengalami yang namanya TGA, Transient Global Amnesia. Lupa ingatan sementara yang menghilangkan memori jangka pendeknya. Amnesia itu hanya terjadi satu hari saja. Keesokkan harinya, Nui akan lupa dengan apa yang terjadi hari ini. Ia akan mendapatkan kembali memori jangka pendeknya. Hal itulah yang membuat Den mulai memanfaatkan situasi. Ia mengaku pada Nui kalau mereka adalah sepasang kekasih.

***

Dari film ini saya belajar untuk mencintai seseorang tak hanya sekadar memandang kepada fisiknya. Apa yang dilakukan Denchai adalah hal manusiawi yang sering kali juga dilakukan oleh orang yang sedang jatuh hati. Kita akan melakukan hal-hal yang bodoh karena cinta. Selain itu, saya juga menemukan cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu tindakan. Misalnya seperti di saat Denchai melakukan hal-hal manis kepada Nui secara diam-diam. Di satu sisi, perbuatan itu bisa terlihat menakutkan, ia bisa saja disangka psikopat atau pengintai. Tetapi di sisi lain, bisa menjadi perbuatan yang sangat romantis. Ya, tergantung dari sisi mana kita lebih berpijak.

Apa kau pernah mendengar orang mendaki gunung Everest? Saat pendakian pria itu jatuh, dan semua orang akhirnya mati. Dan seorang pria yang berjalan di atas tali di antara menara di World Trade Center. Sebelumnya aku tak pernah bisa memahami kenapa mereka melakukan hal-hal semacam itu. Sampai ketika aku bertemu denganmu. Saat kau memintaku sebelumnya, kenapa aku menjadi berani untuk merayumu. Saat ini aku tahu jawabannya. Ketika kita mencintai sesuatu dengan sungguh-sungguh, kita tidak butuh sebuah alasan.

Cinta yang membuat kita berani untuk melakukan semua hal-hal bodoh itu.

Film ini lebih menonjolkan sisi romantisnya, berbeda dengan film thailand biasanya yang dibumbui oleh komedi. Sehingga saya dapat merasakan konfliknya lebih mendalam. One Day mengajarkan kepada saya, untuk mecintai dengan setulus hati tanpa berharap apapun. Mengerti, bahwa sering kali cinta membuat kita terluka. Tetapi, kita tidak akan pernah berhenti untuk mencintai. Jujur saja, ketika melihat trailernya, saya pun berpikir kalau Denchai bersikap tidak baik dengan berbohong dan seolah memanfaatkan keadaan Nui. Dan setelah menonton filmnya, ternyata pemikiran saya itu salah. Keduanya sama-sama bodoh dan saya pun tidak jadi berpihak kepada salah satu di antara mereka.

Kau bisa menyebut dirimu bodoh jika kau mau. Tapi apa yang aku lakukan hari ini tidak jauh berbeda. Ini seperti kita mendaki gunung Everest bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS