Books Review: Sharp Objects by Gillian Flynn

Kamis, 02 Maret 2017



Kalau mendengar judulnya, mungkin belum terdengar familier. Tapi, bagaimana dengan penulisnya? Gillian Flynn adalah penulis Best Seller novel Gone Girl yang juga telah diadaptasi ke dalam film pada tahun 2014. Salah satu film terbaik dan masuk ke beberapa nominasi penghargaan film. Genre dari kedua buku Gillian sendiri, tidak jauh berbeda. Berkaitan dengan pembunuhan, misteri, dan wanita. Bahkan setelah menikmati dua karya Gillian dalam bentuk buku dan film, saya berpikir kalau Gillian memang ingin menunjukkan sisi kelam dan liciknya seorang wanita. Karena Gillian akan mengenalkan kita pada sosok wanita yang sangat berbeda daripada yang biasa kita temui. Jauh dari kata manis, lembut, dan ramah. Ya, meskipun tidak semua karyanya menggambarkan hal itu. Berikut adalah sekilas trailer dari film Gone Girl:




Sharp Objects sendiri berkisah mengenai seorang reporter berita kriminal bernama Camille Preaker. Ia ditugaskan oleh atasannya untuk meliput sekaligus menyelidiki kasus pembunuhan dua anak perempuan di kampung halamannya, Wind Gap. Sebenarnya ia tidak mau, tapi ia tidak punya pilihan lain. Camille harus kembali ke tempat yang paling ia hindari. Bertemu dengan orang yang paling ia jauhi, Ibunya. Hubungan Camille dan Ibunya memang tidak baik. Sejak kecil, ia tidak pernah dekat dengan Ibunya. Sementara Ayah, Camille bahkan tidak mengetahui nama laki-laki yang harusnya menjadi sosok Ayah baginya. Ia hanya mengenal Alan, suami baru Ibunya yang juga Ayah dari adik tiri yang ia sayangi, Marian. Sayang, Marian meninggal karena sakit yang ia derita ketika Camille berumur 13 tahun. Hal itu semakin membuat jarak antara Camille dan Ibunya.

Bertahun-tahun tidak kembali ke kota kelahirannya, tidak banyak yang berubah. Hampir semuanya masih sama begitu pula dengan orang-orangnya. Camille bisa bertemu dengan beberapa teman lamanya dan teman Ibunya. Ia juga bertemu Amma, adik barunya yang kini menginjak umur belasan tahun. Begitu muda dengan kebinalan yang sangat lihai ditutupi lewat tingkah manis dan lugunya. Selama mencari berita yang bisa dikutip, Camille turut berusaha untuk mencari tahu pelaku pembunuhan. Awal yang memperkenalkannya dengan Richard, seorang detektif khusus dari Cansas City yang sengaja dipanggil untuk menyelidiki kasus tersebut. Itulah yang saya sukai dari Gillian Flynn. Ia bisa membungkus percintaan, kegilaan,  kebrutalan, dan kesedihan dalam satu paket yang apik.

Masalah selalu datang jauh sebelum kau benar-benar melihatnya.
-       Hal. 83


Satu hal pasti yang bisa dijadikan garis besar dari novel ini. Sakit.

Entah itu menyakiti, disakiti, bahkan mencari kesenangan dari rasa sakit itu sendiri. Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa buku ini diberi judul “Sharp Objects”. Membaca buku ini, kalian akan diajak untuk berhadapan dengan kegilaan yang perlahan akan menggiring kalian untuk membuka rahasia yang tersembunyi. Sesuatu yang bisa jadi sesuai dengan apa yang kalian pikirkan atau malah sebaliknya.

Dari segi penulisan, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Sharp Objects milik saya, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga saya juga kurang tahu dengan tulisan asli yang menggunakan bahasa Inggrisnya. Namun, dari terjemahannya, saya masih bisa menangkap maksud yang disampaikan oleh Gillian. Meskipun ada beberapa kalimat yang perlu dibaca beberapa kali untuk memahaminya. Terlepas dari penulisan, Sharp Objects mengajarkan sesuatu yang baru bagi saya. Mungkin juga kalian, para pembacanya.

Kadang-kadang saat kau membiarkan orang-orang melakukan sesuatu padamu, sebenarnya kau melakukannya pada mereka.
- Hal. 328

Sayangnya, bagian akhir dari novel ini terkesan buru-buru dan terlalu cepat. Seolah teka-teki terungkap dengan begitu saja. Tanpa penambahan atau pengurangan. Sehingga lebih terlihat sebagai pemaparan dari rahasia demi rahasia. Seperti kunci jawaban yang dibuka satu persatu. Selain itu, secara subjektif, saya mengalami kepatahatian di bagian akhir. Karena, tebakan saya mengenai ending novel ini ternyata benar. Bagi saya, itu sesuatu yang buruk sekaligus menyenangkan. Buruk, dikarenakan tebakan yang benar, saya justru tidak bisa merasakan ketakjuban yang harusnya saya alami. Saya tidak terkejut di saat seharusnya saya terkejut.  Hal itu yang membuat saya malah tidak bisa menikmati bagian akhirnya secara maksimal. Bagian menyenangkannya adalah, ya jelas, karena tebakan saya benar mengenai akhir ceritanya. Kalian tahu? Betapa bahagianya ketika saya ternyata memiliki jalan pikiran yang sama dengan penulis buku ini.

Secara keseluruhan, saya menyukai buku ini. Sebagai novel bergenre thriller, Sharp Objects bisa menjadi salah satu hiburan yang menyenangkan, menegangkan, sekaligus mencengangkan. Secara tidak langsung, Gillian juga menunjukkan lika-liku yang harus dihadapi oleh seorang reporter kriminal seperti Camille. Ada satu kutipan yang paling saya sukai dalam novel ini terkait dengan profesi reporter:

Reporter itu seperti vampir. Mereka tidak bisa masuk ke rumahmu tanpa undangan, tapi sekali mereka masuk, kau tidak akan bisa mengeluarkan mereka hingga mereka menyedot darahmu sampai kering.
Hal. 138-139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS