Maaf

Kamis, 25 Desember 2014

Maaf...

Cuma itu yang bisa gue bilang.
Satu kata yang benar-benar sulit untuk gue ucapkan.
Satu kata yang memiliki banyak makna.
Satu kata yang menurut orang lain, gak akan bisa menyelesaikan masalah.
Satu kata yang ingin sekali gue ucapkan di depan dia.
Satu kata yang mengartikan sebuah penyesalan.
Penyesalan yang pernah gue lakukan ke dia!
Dan bodohnya, sampai sekarang pun, gue belum mengatakannya.

*****

Gue bingung harus memulai ceritanya darimana. Tapi yang jelas, saat ini gue benar-benar menyesal. Gue tau, kata penyesalan itu gak akan memperbaiki keadaan. Gue juga tau, penyesalan itu selalu datang terlambat.Di saat gue baru tau, betapa baiknya dia sama gue. Dan dengan jahatnya, gue telah membuatnya hancur begitu aja.

Gue benar-benar menyesal. Menyesal atas perilaku buruk gue ke dia. Omongan gue yang terkadang bisa membuat perasaan dia menciut. Atau ejekan yang biasanya gue kasih ke dia.

Menyesal itu memang selalu datang di akhir. Saat gue baru menyadari, betapa spesialnya dia buat gue. Dan di saat itu juga, gue harus menerima kenyataan pahit, kalau gue harus kehilangan dia. Dan selama itu juga, gue belum mengucapkannya. Ya, kata itu!

"Maaf,"

*****

Dulu, 4 tahun yang lalu, tepatnya! Gue sedang kenal sama seorang cowok. Kami duduk sebangku. So, aku jadi dekat sama dia. Menurutku (begitu juga menurut orang lain), dia adalah sosok cowok yang humoris, lucu, baik, dan pintar. Aku sering bercanda, belajar bareng, atau sekedar main saat ada jam kosong. Bahkan, aku pernah kesel sama dia. Ya, begitulah. Apa sih, yang bisa dilakukan anak kelas 4 SD jika mereka sedang berkumpul dengan teman sebaya mereka?

Hari-hari selalu dilewati dengan penuh canda dan tawa. Sampai, saat kami pindah tempat duduk. Kami jadi jarang ngobrol. Dan ketika itu juga, gue dapat informasi, kata temen-temen yang lain, dia suka sama gue.

Saat itu gue gak berfikir yang aneh-aneh. Biasa aja lah. Kalau ada yang suka sama gue, biasanya gue cuma diem dan cuek aja. 'Nanti juga berhenti sendiri.' Itu yang selalu gue fikir.Selama itu gue cuma diam. Gak ngerespon apa-apa. Tapi, ternyata kenyataan jauh beda sama apa yang gue bayangkan. Sempat beberapa kali, gue mergokin dia, lagi senyam-senyum ngelihatin gue. Dan jujur, awalnya gue gak nyaman dengan hal itu. Dan mulai saat itulah, gue sering ngejek dia atau nolak dia di depan temen-temen. Gue benar-benar bimbang saat itu. Gue bingung, dengan apa yang gue lakukan. Terkadang, pernah muncul dalam benak gue sendiri, "Stop, Tika!! Ini sudah keterlaluan! Kamu benar-benar jahat!" Gue gak bisa bohong sama diri gue sendiri, kalau gue juga gak tega ngelihat apa yang gue lakukan ke dia.

Sampai kelas 6, gue pindah sekolah(secara mendadak). Dan itu berarti, gue harus berpisah sama sahabat, temen, dan dia. Jujur, itu membuat gue agak terhenyak.

Kehilangan sahabat secara mendadak itu gak mudah! Gue harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Suasana baru. Banyak orang tak di kenal. Dan belum tentu, dari banyak orang itu cocok sama gue.

Dan setelah itu, dia gak ada kabar lagi. Sesekali, gue pernah chattingan sama dia lewat Facebook. Nanyain kabar, gimana prestasi dia di kelas, dan hal formal lainnya. Jujur, gue merasa seperti dihantui rasa penyesalan. Gue pengen banget minta maaf. Tapi, gue masih belum berani. Gue masih terlalu takut untuk bilang "maaf" ke dia dan mengungkit masa lalu yang kelam itu.

Gue pernah berfikir, kalau di film Cinta Brontosaurus, Bang Raditya Dika punya pendapat, 'Cinta itu bisa kadaluarsa.' Gue hampir setuju dengannya. Gue bahkan punya satu pendapat(yang gue sendiri juga masih ragu), kalau menurut gue 'Maaf itu bisa kadaluarsa'.

Ada secercah rasa malu dan takut di benak gue. Malu, karna harus mengakui kesalahan. Dan takut kalau dia gak mau maafin gue. Gue juga pernah berfikir, "Apakah dia masih ingat sama kejadian itu? Atau bahkan dia sudah lupa? 4 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Gue sudah melakukan banyak kesalahan. Dan sampai sekarang, gue belum memperbaikinya. Masih sempatkah gue bilang maaf ke dia? Setelah sekian lamanya. Apakah tahun ini aku tidak bisa memperbaiki semuanya? Apakah karna sudah terlalu lama, hingga waktuku meminta maaf sudah kadaluarsa dan 'maaf' sudah jadi kata yang 'basi' sekarang?"

*****

"Aku minta maaf atas perilaku ku dulu. Aku benar-benar menyesal sekarang. Aku ingin mencoba untuk memperbaiki semuanya. Bisakah kamu berikan aku kesempatan? Kesempatan kedua? Aku harap, kata 'maaf' masih berlaku. Sebelum kata itu kadaluarsa. Dan tak layak pakai lagi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS